04

129 13 0
                                    

Kemal masih setia menunggu Aziz berkeliling dengan mobil hias itu. Senyumnya kembali saat ia melihat Fiya tertawa senang bersama 2 anak kecil disampingnya. Lagi lagi hatinya bergetar dan jantungnya berdetak cepat kembali. Tanpa sengaja ia memotret kegiatan Fiya.

 Tanpa sengaja ia memotret kegiatan Fiya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia merasa penasaran dengan gadis itu. Rasa penasarannya semakin bertambah ketika ia melihat Aziz memeluk gadis itu dengan erat seperti keponakan gadis itu yang juga memeluknya bersamaan.

Untuk pertama kalinya Kemal bisa melupakan Kanaya karna fokus pada Gadis yang bersama keponakannya. HP nya pun sudah ia simpan namun pandangannya masih pada gadis itu yang masih tertawa bebas. Cantik sekali.. batin Kemal.

Dering ponsel disaku celananya membuyarkan pandangannya pada Fiya.

"Assalamu'alaikum... ada apa Lan..??"
Tanya Kemal pada sipenelpon.

"...."

"Iya gue lagi jalan jalan.. kenapa emang..???"

"...."

"Biasa... sama Aziz..."

"..."

"Berisik lo..!!! Jomblo teriak jomblo..."

"..."

"Yaudah... gue tungguin lo. Cepet ya. Lama gue tinggal."

"..."

"Lo kan emang kaya keong.. "

"..."

"Canda... yaudah. Gue tunggu. Cepetan ya...!!"

Panggilan berakhir bersamaan dengan Aziz yang berjalan mendekat kearahnya.

"Sudah puas mainnya...??" Tanya Kemal pada Aziz yang sudah menggandeng tangan kirinya.

"Udah.. ami... kita jajan dulu disitu ya. Ajak bu Fiya juga." Pinta Aziz pada Kemal. Kemal melihat kearah Fiya. Gadis itu sedang berbicara dengan keponakannya.

"Nisa... ayok kita jajan dulu disitu..." ajak Aziz sedikit berteriak.

Terlihat Nisa menggandeng paksa tangan Fiya menuju kearahnya.

"Ayok Nis..." ajak Aziz sambil menggandeng tangan kecil Nisa dan mengajaknya untuk duduk di lesehan dekat pintu alun alun.

Kemal dan Fiya terpaksa mengikuti 2 anak kecil itu dari belakang. Pandangan Fiya terus ia arahkan pada anak anak. Sedangkan Kemal terkadang mencuri pandang kearah Fiya.

"Sudah lama ngajar ngaji Aziz..??" Tanya Kemal akhirnya.

Fiya yang ditanya sedikit melihat kearah Kemal kemudian mengarah kedepannya lagi.

"Sebulan lebih." Jawabnya dengan suara lembut. Jantung Kemal kembali berpacu lagi. Ia memegang dadanya dan merasakan detakan yang cepat.

"Baru sebulan tapi Aziz terlihat sangat akrab dengan anda. Itu perubahan yang baik buat Aziz. Terima kasih.." ucap Kemal tulus.

Kemudian mereka sampai dan duduk bersama. Karna Aziz dan Nisa memilih duduk bersampingan. Akhirnya Fiya dan Kemal duduk bersampingan juga didepan mereka.

"Ami... kakak mau beli sosis bakar (pinta Aziz sebelum Kemal menanyakannya. Kemudian ia beralih pada Nisa) kamu mau sosis bakar juga nggak Nis...??" Tawari Aziz yang dijawab anggukan kepala dari Nisa.

"Kamu mau pesen apa. Biar saya yang pesankan..." tanya Kemal pada Fiya.

Fiya menggeleng.

"Nggak apa apa pesen aja. Anggap saja ini bentuk terima kasih saya sama kamu karna sudah mau membantu Aziz selama ini." Rayu Kemal lagi.

"Iya bu. Bu Fiya mau pesen apa. Ami Kemal kan punya duit banyak." Itu suara Aziz.

Kemal membekap mulut Aziz dan tersenyum kearah Fiya. Ia agak malu, ini kedua kalinya Aziz mengatakan hal itu.

Fiya yang bingung melihat tingkah om dan ponakan itu akhirnya tersenyum. Seketika dunia Kemal runtuh melihat senyum manis Fiya. Ia terpesona dengan senyuman Fiya.

"Saya minta es jeruk aja mas.." suara Fiya membuyarkan lamunan Kemal. Ia tersenyum kemudian melangkah untuk memesan makanan pada penjual pemilik lesehan yang sedang ia duduki.

Setelah memesan ia kembali duduk disebelah Fiya. Memandang Fiya yang sedang asyik menonton Aziz dan Nisa bercanda dan bercerita. Entah apa yang mereka ceritakan. Padahal baru saja ketemu, tapi keakraban langsung mengalir diantara mereka.

"Kamu tinggal dimana..?? Aziz bilang kamu teman uminya..." tanya Kemal pada Fiya. Membuyarkan pandangannya yang sedang fokus melihati 2 anak kecil didepannya.

"Rumah saya dekat dengan balai desa. Saya teman Nadia waktu SD." jawab Fiya. Ia hanya melihat kearah Kemal sebentar kemudian pandangannya beralih lagi.

Kemal masih menatap Fiya yang sepertinya memang selalu menjaga pandangannya.

"Kok saya nggak pernah liat kamu sebelumnya... banyak teman Nadia yang saya kenal. Tapi saya nggak pernah melihat kamu diantara mereka." Jujur Kemal.

"Iya. Saya memang jarang main dirumah Nadia. Mungkin hanya sesekali sewaktu saya masih sekolah SD saja. Setelah itu saya pergi mondok dan sudah jarang sekali bertemu Nadia." Cerita Fiya.

"Sekarang masih mondok juga..??" Tanya Kemal lagi.

Fiya menggeleng "sudah boyongan setahun yang lalu." Jawabnya.

"Lalu kegiatan kamu apa saja setelah boyongan...??"

Fiya melihat kearah Kemal dengan wajah bingung. Seolah olah ia sedang diwawancarai oleh pria disampingnya ini.

"Oh maaf. Saya terlalu banyak bertanya." Kemal sadar akan arti dari pandangan Fiya. Ia merutuki dirinya sendiri yang jadi kepo kepada Fiya. Baru kali ini dia Kepo tentang seorang gadis. Kalau sama Kanaya dia nggak berani saja karna mengingat saingannya.

"Eh bro... ternyata lo disini. Gue cariin lo dari tadi." Kemal kenal suara itu. Milik Arlan. Ia melihat kesumber suara.

"Oh iya. Sini duduk dulu." Ajak Kemal pada Arlan yang terlihat sedang memandangi gadis disebelah Kemal.

"Eh.. nggak usah dech bro. Ntar gue ganggu lagi. Oh ya. Gue cuma mau ngasih ini aja. Dari Naya. Katanya anaknya ulang tahun yang ke 3. Lo tadi pulang dulu jadi nggak liat dia." Sedikit ada rasa menyesal dalam diri Kemal karna tidak bisa melihat Kanaya.

"Gue tadi kerumah lo. Tapi sepi. Eh.. taunya lagi kencan disini. Akhirnya lo move on juga... syukur dech..." mendengar ucapan Arlan, Kemal langsung melirik kearah Fiya. Sepertinya dia tidak mendengarkan percakapannya dengan Arlan. Dia terlihat fokus bercanda dengan Aziz dan Nisa.

"Berisik banget lo jadi cowok...! " bentak Kemal lirih saat ia melihat lagi kearah Arlan. Arlan hanya nyengir tanpa dosa.

"Yaudah. Gue pergi dulu. Mau ngapel ini. Biar bisa nyusulin Romy sama Doddy. Gue juga kan pengin ena ena." Kemal mendelik kearah Arlan yang tidak bisa menjaga ucapannya didepan anak anak kecil.

"Lan.. kondisiin mulut lo. Ada anak kecil ini" sewot Kemal.

"Iye iye... sorry. Yaudah. Gue pamit."

Setelah kepergian Arlan. Ia menatap kue brownis kecil yang ia tebak adalah buatan Kanaya sendiri. Ia selalu membuat ini setiap ulang tahunnya dulu dan membaginya pada teman teman koki. Sampai sekarang ia melakukan itu saat ulang tahun anaknya.

True Love (END)Where stories live. Discover now