◖ A Broken Pinky Promise ◗

929 94 108
                                    

Book ini hanyalah fiksi belaka, alias hanya headcanon buatan saya sendiri. Bukan kejadian yang sebenarnya terjadi.

Enjoy<3

--

Pagi hari cerah dengan burung burung berkicau indah yang mengabaikan kegaduhan dari rumah kediaman keluarga Marvel.

Hari ini, tepat sembilan tahun berlalu setelah janji yang Marvel serta Nevin ucapkan kala itu. Janji saling menjaga hadiah dari masing masing, masih tersimpan jauh di dalam hati.

"MARVEL!!"

"SABAR, HEI!"

"Cepetan, anjer! Udah telat!" Nevin menggedor gedor pintu kamar Marvel, membuat pemuda bersurai ungu itu membuka pintunya dengan wajah kesal.

"Ini masih jam setengah tujuh!" seru Marvel jengkel dengan surai ungu-nya yang masih berantakan, belum sempat tersisir rapi karena Nevin yang sudah heboh duluan.

Ibu Marvel? Tentu saja berada di lantai bawah, bersenandung senang sembari menyiapkan sarapan. Sang ibunda sudah terbiasa dengan keributan di pagi hari ini.

Sasuga Ibu-nya Marvel!

Nevin mengerjap bingung, "eee-- bukannya udah jam delapan?" sahutnya pelan seraya menggaruk pipinya dengan wajah tak bersalah.

"Jam rumah kau, 'kan, rusak, bedebah!" serunya kesal, sedikit merendahkan suara saat dirinya mengatakan 'bedebah.' takut didengar oleh sang ibu.

"Oh, hehe." Nevin menggaruk surai hitamnya dengan cengiran khas-nya yang mengesalkan. Ia menarik tangan Marvel untuk segera turun dari kamarnya--di lantai dua--dan membawanya menuju ke dapur.

"Wait, Vin! Gua lupa ambil syal gua." Marvel yang semula pasrah di tarik Nevin sampai tangga ke sepuluh dari dua belas anak tangga pun berlari menuju kamarnya lagi, membuat Nevin mengerjap bingung.

Sebegitu pentingnya-kah syal darinya itu sehingga Marvel tidak pernah absen memakainya? Nevin heran. Tentu saja ia senang, tapi, tidak membuat rasa penasaran itu terelakkan.

"Makan disini, 'kan, Nevin?" tanya ibu Marvel yang mendadak muncul dan mencolek bahu-nya.

Nevin terperanjat kaget, sang ibu tertawa.

"Iya, dong, Bunda!" serunya dengan jempol yang terangkat sembari terkekeh pelan.

Tak sampai lima menit, tampak Marvel yang sudah siap. Ia turun dari lantai dua dengan rambut yang sudah disisir--tetap tidak terlihat begitu rapi karena rambutnya fluffy--serta syal dari Nevin yang sudah melingkar manis di lehernya.

Nevin yang sudah duduk di meja makan pun menatap Marvel--bukan, ia menatap syal-nya sebentar, dan dibalas dengan tatapan bingung dari Marvel.

Pemuda dengan surai hitam itu terkekeh pelan, ia menggeleng, dan mengambil piring yang diberikan oleh ibu Marvel, dan mereka pun sarapan bersama.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Angin pagi segar masuk ke dalam paru paru. Terhirup dengan di akhiri hembusan lega.

𝑮𝒊𝒇𝒕 || 𝐃𝐮𝐨𝐰𝐢𝐛𝐮Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora