Disclosed

384 31 2
                                    

*huah, malem jum'at nih hehe..... 

happy reading guys:)

jangan lupa vote dan comment-nya.

salam hangat, rindingdong:)

*******************************************************************

            Aku berjalan dengan ceria untuk menemui kak Ardhan yang sedang bersama teman-temannya di kantin. Aku berjalan sambil menenteng minuman kesukaanya, pocari sweat. Aku menghentikan kakiku secara tiba-tiba begitu mendengar dua kalimat menyakitkan yang diucapkan salah satu teman kak Ardhan.

Lo udah berhasil dapetin cintanya Kara. Itu berarti lo yang menang taruhan sama kita-kita!

Aku segera menjatuhkan minuman yang kubawa ke lantai, lalu segera keluar dari kantin. Aku tidak menyangka kalau kak Ardhan menjadikanku taruhannya, kenapa harus aku? Memangnya tidak ada perempuan lain yang bisa dijadikan taruhan olehnya?

Seharusnya aku curiga dari awal kalau kak Ardhan hanya mempermainkanku saja. Dia tidak mungkin serius menjalani hubungan denganku. Aku duduk di bangku taman dan menyeka air mataku yang terus menerus mengalir dari pelupuk mataku. Kenapa kamu jahat kak? Aku udah cinta sama kamu dari lama, jauh sebelum kita saling kenal.

Aku segera mengiriminya sebuah pesan.

Kak aku minta putus, jangan tanya alasannya…

Aku harus tegar bukan? Walau kenyataannya sangat menyakitkan tapi ini membuatku menjadi tahu sifat kak Ardhan. Aku tertawa meskipun sakit, rasanya aku akan gila. Gila karena jatuh cinta pada orang yang salah. Apakah cinta harus sesakit ini? Kenapa rasanya lebih sakit ketimbang jariku yang teriris pisau saat membantu Mama memasak?

Tiba-tiba ponsel ditanganku bergetar menandakan ada telpon masuk. Nama kak Ardhan tertera di layar ponselku. Aku mengabaikan panggilannya. Aku kecewa dengan diriku sendiri, kenapa dengan mudah percaya bahwa dia juga mencintaiku?

Apakah selama ini aku telah dibutakan oleh cinta? Sehingga menerima pernyataan cintanya begitu saja? Kenapa cinta itu bisa menghilangkan akal sehat seseorang? Kenapa aku sangat bodoh? Kenapa aku bisa dengan mudahnya masuk ke dalam perangkap kak Ardhan dan juga teman-temannya? Mereka pasti sedang mentertawakan aku saat ini

“Kenapa tidak angkat telponku?”suara kak Ardhan terdengar begitu jelas dihadapanku. Kudongakkan kepala dan terlihatlah dirinya dengan tatapan tajamnya. Aku membuang pandangan dengan kesal. Aku menggigit bibirku agar tangisku tidak pecah di hadapannya. Aku tidak ingin dia merasa menang telah berhasil membuatku jatuh terpuruk seperti ini. Aku berniat meninggalkannya namun tanganku dicekal olehnya. “Kamu mau kemana? Jawab dulu pertanyaan aku!”teriaknya sambil menghentakan tanganku yang tadi dia genggam. Aku menatapnya sendu. Tidak menyangka laki-laki yang kucintai tega melakukan hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya, taruhan.

“Aku mau pergi menjauh dari kamu!”ucapku sambil menatap matanya lekat-lekat. Kulihat dia terkejut dengan perkataanku barusan, dia menghampiriku dan terus menatap lekat kedalam kedua bola mataku. “Ma-maksud kamu apa?!”tanyanya kaget. Aku mundur beberapa langkah darinya, menjaga jarak.

“Aku mau kita putus.”ucapku cepat.  Sebenarnya sangat sulit untuk mengatakan hal itu padanya. Dia mengusap wajahnya kasar. “Kenapa kamu minta putus?!”tanyanya tidak terima.

Aku menaikkan satu alisku, “Bukankah kakak udah dapet apa yang kakak pengenin? Kakak udah menang taruhan dan aku minta kita putus!”ucapku, lalu segera berbalik meninggalkannya yang masih terkejut. Kurasakan tanganku ditarik olehnya dan tubuhku membentur tubuhnya. Dia memelukku erat. Dia bergumam pelan, “Maaf.”

Aku segera mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku, namun dia semakin mengeratkan pelukannya. “Maafin aku.”ucapnya lagi, terdengar menyesal. Aku diam, semakin dia minta maaf semakin sakit hatiku saat ini. Aku meneteskan air mata begitu kak Ardhan akhirnya melepaskan pelukannya. “Kamu boleh marah sama aku, tapi please jangan menjauh dari aku.”ucapnya memohon sambil mengusap air mataku yang membahasi kedua pipiku. Aku diam dan pergi dari hadapannya. Kali ini dia tidak menahanku. Biarlah ini menjadi suatu pelajaran buatku, pelajaran agar aku tidak boleh mengambil keputusan dengan cepat disaat hati sedang merasa senang.

KARAWhere stories live. Discover now