Pelindung

1.2K 74 31
                                    

Sekarang adalah jam istirahat di sekolahku, yang mana semua murid akan diistirahatkan dari penatnya beban hidup--ah, tidak, maksudku beban pelajaran yang membuat otak memanas. Tapi bagiku pelajaran bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah berkat yang diberikan Tuhan agar manusia mempunyai akal pikiran.

Beralih padaku. Saat ini aku sedang berjalan sendirian menuju ke kantin sambil sesekali mengulas senyum pada mereka yang menyapaku saat berpapasan.

Di jam sekarang, aku tidak bisa bersama dengan sahabat karibku, Yaya, karena tadi dia ada panggilan dari ketua osis sehingga membuatnya terburu-buru sampai tidak sempat untuk ke kantin. Yah, begitulah wakil ketua osis, sangat sibuk. Sedangkan aku yang hanya anggota osis, cukup bersantai saja. Hihi.

Selain Yaya yang tidak bisa menemaniku, sahabatku yang lainnya juga seperti Boboiboy, Fang, dan Gopal tidak bisa menemaniku ke kantin karena tadi aku menyuruh mereka untuk segera pergi lebih dulu. Apalagi saat itu perut Gopal sudah keroncongan minta diisi. Aku tidak mau membuat mereka menungguku lebih lama lagi karena aku belum menyelesaikan catatan materi tadi.

Perjalanan soloku cukup tenang, damai, aman, dan tentram tidak ada masalah ... sampai akhirnya hal yang tidak kuinginkan terjadi, lagi.

Aku berhenti melangkahkan kakiku ketika aku dihadang oleh dua orang siswa. Aku mengenali mereka. Mereka adalah dua orang siswa yang selalu seperti ini ketika aku sedang berjalan sendirian di sekolah. Aku pun menatap mereka malas, sedangkan yang ditatap mengulas seringaian. Gila memang.

"Hai, Gadis Culun tapi Cerewet!" sapa salah satu dari mereka padaku yang kurasa itu bukanlah sapaan, melainkan hinaan.

"Apa yang kalian mau?" tanyaku to the point.

"Ayolah, jangan terlalu to the point. Beri kami sedikit waktu untuk bermain-main denganmu, 'Ying'." Dia menekankan kata terakhir yang mana itu adalah namaku. Dan tentu saja, aku tidak suka jika namaku disebut oleh badboy seperti mereka.

"Kalian tahu? Di dunia ini ada lebih dari tujuh milyar manusia, dan kalian hanya ingin bermain denganku?"

"Tidak ada yang mau bermain dengan kalian, ya?" sindirku sambil bersila tangan di dada dan tersenyum sinis, bersikap congkak di depan mereka. Sekali-kali mungkin tak mengapa. Hehe.

"Seperti biasa, kau selalu berani melawanku."

"Tentu saja. Untuk apa aku takut padamu? Kau bukan Tuhan." Aku mengacungkan jari telunjukku menghadap wajahnya, tepat di depan matanya.

Siswa yang berada di sebelahnya pun menggeram kesal kala melihatku mengacungkan jari pada wajah temannya itu. Tiba-tiba dia mendekatiku dengan tatapan maut, sedangkan aku dengan perasaan waswas perlahan mulai berjalan mundur.

Oke, kurasa bersikap sok berani di hadapan mereka bukanlah hal yang bagus. Dan sekarang aku merasa ...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Takut. Tolong, aku butuh bantuan! Malaikat, super hero, Cici Ko, Batman, Spider Man, pangeran berkuda, Shiva, Ultraman, Ultrawoman, Sarjan Husein, entah siapa pun itu. Tolong!!!

Oneshoot Fang YingWhere stories live. Discover now