Bukan Pinokio

53 18 1
                                    

Menjadi manusia atau tidak, tidak ada artinya lagi jika aku tidak bisa berada di sisimu...

***

Pada suatu hari, hiduplah seorang pria tua pembuat boneka kayu. Dia selalu menyayangi karya-karyanya seperti anaknya sendiri. Dia hidup sebatang kara di tengah hutan, tetapi dia tidak pernah merasa kesepian bersama dengan boneka-bonekanya. Dia jarang berinteraksi dengan manusia lain kecuali ketika dia pergi ke kota untuk menjual bonekanya.

Di suatu malam, ketika hutan sedang tertidur, terjadi bencana yang tidak terduga. Pria tua itu tengah tertidur lelap, begitu pulas, dan ia tidak menyadari jika rumahnya tersulut api entah dari mana. Dia sama sekali tidak menyadari, kalau ia sudah dikepung oleh asap dan api.

***

"Apakah kamu menangis?" ucap suara seorang wanita yang terdengar lembut dan anggun, seolah-olah itu adalah suara salju yang terjatuh di atas tanah.

"Aku ini hanyalah sebuah boneka kayu, bagaimana mungkin aku bisa menangis?" jawab boneka kayu yang merupakan satu-satunya boneka yang tidak terbakar malam itu.

"Seperti apa perasaanmu sekarang ini?" tanya wanita itu lagi. Wanita itu mulai menampakkan dirinya di hadapan sang boneka. Kulitnya begitu putih dan wajahnya bersinar. Dia mengenakan gaun putih bersih dan rambutnya berwarna hitam lurus yang berkilau indah. Sang boneka tidak tahu siapa wanita itu, tetapi mungkin dialah yang disebut sebagai Ibu Peri.

"Aku ini hanyalah sebuah boneka kayu, bagaimana mungkin aku memiliki perasaan?"

"Wahai boneka kayu yang malang, apakah kamu ingin menjadi manusia?"

Boneka kayu itu terdiam untuk sesaat. "Andaikan saja aku ini seorang manusia, mungkin aku bisa menyelamatkan Kakek. Aku ingin dapat bersuara untuk memperingatkannya terhadap api," ucapnya lirih. "Aku juga ingin dapat merasa sedih atau menangis ketika orang yang penting bagiku tiada."

"Baiklah, akan kukabulkan keinginanmu. Aku akan menjadikanmu manusia, dengan beberapa syarat," ucap wanita itu. "Yang pertama, kamu tidak boleh berbohong. Yang kedua, kamu tidak boleh sombong. Yang ketiga, kamu tidak boleh egois. Aku akan memberikanmu tubuh anak manusia selama 14 hari, dan kamu boleh memiliki tubuh manusia itu untuk selamanya jika kamu berhasil memenuhi tiga syarat yang tadi aku sebutkan."

Boneka kayu itu menutup matanya perlahan, lalu membiarkan sang peri melakukan sihirnya. Ketika boneka kayu itu kembali membuka matanya, dia sudah memiliki tubuh anak laki-laki manusia, dan peri itu sudah tidak ada di mana pun dia melihat.

Hal pertama yang dilakukan boneka kayu itu adalah pergi ke kota. Dia terus berjalan semalaman, dan tiba di kota saat matahari terbit. Dia tidak pernah mengira kalau berjalan semalaman akan membuatnya merasa sangat letih. Perutnya pun berbunyi.

Dia terduduk di pinggir jalan yang sepi, tak tahu apa yang harus ia lakukan berikutnya. Setelah duduk selama beberapa menit, dia mendengar suara seseorang terjatuh. Dia pun menoleh ke arah asal suara tersebut, dan menemukan seorang wanita tua yang terjatuh dan menjatuhkan satu kantung plastik berisikan jeruk-jeruk hingga berserakan.

Anak itu pun bangkit dan membantu wanita tua itu. Ia memungut jeruk yang berserakan, lalu memasukkannya ke dalam kantung yang dipegang oleh wanita itu dan membantunya berdiri.

"Terima kasih, Nak," ucap wanita itu sambil meraba tangan anak itu. Ternyata, wanita tua itu tidak dapat melihat. Wanita tua itu sangat kurus dan rambut kelabunya yang bergelombang dipotong pendek di atas dagu. "Apakah kamu sendirian?"

"Iya," jawab anak itu cepat.

"Kenapa kamu sendirian? Ke mana orangtuamu?" tanya wanita itu sambil menggenggam tangan bocah lelaki itu.

They Say Loneliness Could Kill, But Here We Are Nowحيث تعيش القصص. اكتشف الآن