1

96 5 12
                                    

Gelap itulah yang ada di benak Nami saat ini. Permata nya masih terpejam, tidak lebih tepatnya permatanya masih tertutup oleh sebuah kain yang saat ini masih melekat di wajahnya. 'ini dimana?' batinnya ketakutan.

Suara langkah kaki terdengar, badan Nami mulai bergemetar mendengar suara itu. Seorang pria dengan wajah dan badan penuh dengan bekas darah membuka penutup mata miliknya. Bibir pria itu tersenyum lebar mata onyx pria itu menatapnya seperti singa kelaparan. Nami manatap pria itu ketakutan, ia menarik nafasnya dengan dalam dan mengeluarkannya menghentikan rasa ketakutannya.

Pria berambut hitam itu sepertinya sadar apa yang ditakuti oleh gadis didepannya ini. "Kau takut karena Aku berlumuran darah?" tanyanya kepada Nami, tetapi gadis itu tak menjawab. Seakan tahu oleh jawaban gadis itu, pria itu mengambil sebotol air yang telah ia siapkan tadi dan membasuh wajahnya dengan air hingga darah yang melekat pada wajahnya menghilang.

"Kau sudah tak lagi takut padaku bukan?" ucap pria itu sambil tersenyum.

Nami hanya mengangguk, tetapi hatinya berkata lain, sebenarnya ia masih takut dengan pria didepannya ini. Namun gadis itu berusaha tuk menenangkan dirinya. 'Satu-satunya jalan tuk pergi dari sini adalah pria ini, Aku harus bisa memanfaatkan dia tuk pergi dari sini,' Pikirnya.

"Apa Kau yang menculikku?" tanya Nami kepada pria itu.

"Bukan Aku yang menculikmu, Aku ditugaskan untuk membunuhmu, itulah pekerjaanku," ucap Pria itu.

"Siapa yang ingin Aku mati?" tanya Nami kembali. Pria itu terdiam berpikir lalu menjawab pertanyaan Nami, "Aku tidak tahu, mungkin musuhmu. Karena aku hanya di beri uang saja tanpa melihat wajah yang menyuruhku, biasalah tipikal bangsawan tinggal terima beresnya saja."

"Bagaimana jika Aku membayarmu lebih mahal, apa Kau mau melepaskanku?" tanya Nami kembali.

Pria itu berjalan mendekati Nami lalu menaikan dagu Nami serta mendekatkan wajahnya ke arah gadis berambut ginger itu. "Tergantung berapa banyak ingin Kau bayarkan, tapi melihat keadaanmu saat ini pastinya Kau tak punya uang yang cukup untuk membayarku bukan." Nami terdiam mendengar ucapan pria tampan didepannya ini hingga sebuah suara menghentikan mereka,

"Luffy!! jangan ganggu gadis itu." Pria itu langsung melepaskan tangannya dan menjauh dari gadis cantik itu.

"Kapan kita harus membunuhnya, Hachi?"

"Entahlah, Arlong sedang menunggu kabar dari Ibu tiri gadis itu." Nami terkejut mendengar ucapan salah satu pria didepannya ini. 'ibu, ibu tiriku ingin membunuhku.'

"Ya sudah aku pergi dulu cari makan, jaga dia, Hachi."

Pria bersurai hitam itu pergi meninggalkan Nami bersama dengan Hachi. Hachi hanya terdiam sambil terduduk di kursi mengawasi gadis cantik yang sedang disandera oleh bosnya ini.

"Hachi!" Hachi langsung menoleh ke arah asal suara berada.

"Bos, kenapa Anda kemari?"

"Pergilah, Aku ingin berdua saja dengan gadis ini." Hachi mengangguk mendengar perintah dari bosnya ini.

Melihat Hachi telah pergi Arlong, nama pria berambut hitam dengan hidung yang panjang layaknya hiu pedang ini langsung masuk ke dalam sel gadis cantik berambut ginger ini. "Lady, Kau tahu Ibu tirimu menyuruhku untuk membunuhmu saat ini juga, tapi aku pikir sayang sekali jika Aku langsung membunuhmu tanpa menikmati keindahan tubuhmu ini bukan?" ucapnya sambil menurunkan sedikit gaun baby blue milik Nami ini.

"Ap...apa tidak, jangan lakukan kumohon," ucap Nami ketakutan.

Arlong mulai menurunkan gaun gadis itu hingga bagian dadanya, Ia mulai mencium leher jenjang milik gadis itu hingga tangannya yang ingin menggenggam dada gadis itu ia hentikan karena terdapat suara kunyahan makanan tepat dibelakangnya.

"Cih, Luffy ada apa kau kemari menganggu saja?" tanya Arlong.

Sambil memakan daging, tentunya daging yang berhasil ia curi dari dapur markas Arlong ini ia menatap Arlong dengan pistol yang tepat berada di kepala Arlong. "Nyam..nyam... nyam... bukannya kita disuruh membunuhnya, bukan memperkosanya," ucapnya sambil memakan daging.

"Diam Kau, mending Kau ikutan saja denganku jangan sampai menyesal tidak menikmati badan seindah ini," ucap Arlong.

Pria bernama Luffy ini menelan kunyahan terakhirnya dan membuang tulang daging itu tepat dibawah kakinya. "Tidak, terimakasih. Aku tidak tertarik. tugasku disini hanya membunuhnya," ucap Luffy.

"Cih Kau terlalu naif Luffy," ucap Arlong.

Nami menatap Luffy dengan pandangan meminta tolong dan berkata dengan lantang, "Tuan Luffy, mari kita menikah. Aku mencintaimu."

Pria bernama Luffy itu langsung terkejut, begitu pula dengan Arlong. Permata onyx milik Luffy langsung menatap tak percaya kepada gadis yang berada disampingnya ini.

"Hahahaha... apa-apa an ini, pernyataan cinta sebelum ajal menjelang," ucap Arlong sambil tertawa kencang.

Luffy tak memperdulikan suara tawa Arlong, ia mendekatkan diri ke arah gadis itu dan menyingkirkan Arlong yang masih menindih gadis itu. "Hei apa-apan itu Luffy!" ucap Arlong tak terima.

"Diam!!" Ucap Luffy membuat Arlong terdiam.

"Apa itu benar, Kau mau menikah denganku?" tanya Luffy dan Nami mengangguk menjawabnya.

"Apa benar Kau ini cinta padaku?" tanya Luffy kembali dan dibalas anggukan oleh Nami. Luffy tersenyum lalu mengelus kepala Nami dan membungkus Nami dengan kemeja hitam yang ia pakai lalu menaruh kemeja tersebut pada bahu Nami.

(baju Luffy, aku kurang tahu sih kalau baju-baju zaman eropa kayak gimana, ini aku terinspirasi dari manhwa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(baju Luffy, aku kurang tahu sih kalau baju-baju zaman eropa kayak gimana, ini aku terinspirasi dari manhwa. ok back to story)

Arlong melihat hal tersebut langsung murka dan melempar kepala Luffy dengan sepatu yang ia pakai. "Hei, apa yang kau lakukan, Luffy?" ucapnya kesal.

Luffy langsung mengambil pisau kecil miliknya di kantung celananya dan langsung melempar pisau tersebut tepat pada kepala Arlong dan membuat Arlong mati ditempat.

"Ayo kabur bersamaku,....."

"Nami, namaku Nami."

"Ayo kabur bersamaku, Nami," ucapnya sambil menggendong Nami menuju jendela dan lompat ke arah jendela tersebut.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

THE END CHAPTER 1

-

Hai hai hai, gimana cerita kali ini?

berikan kritik dan sarannya untuk kisah kali ini ya

thanks udah mampir cerita saya

Salam

Arazaku Vya

Lily Of The Valley Where stories live. Discover now