8

2.2K 471 198
                                    

"Cepet sembuh, apa pun yang terjadi aku sama Mira akan selalu jadi sahabat kamu, ya? Cepet pulih." Chika mencium dahi Fiony cukup lama sambil mengusap kedua pipinya, ia berharap Fiony cepat sembuh dan ini terakhir kali ia menjenguk Fiony di rumah sakit jiwa.

"Udah abis waktunya, yuk?" Mira memberikan selembar bukti pembayaran rumah sakit ini. Tanpa duduk, Mira merangkul bahu Fiony lalu menjatuhkan ciuman di puncak kepalanya.

Chika memandangi bukti pembayaran itu, biayanya setiap bulan semakin bertambah. Memang pemerintah membayar hampir seluruh pengobatan, tetapi untuk mendapatkan pengobatan yang lebih spesial dan pelayanan yang baik, mau tidak mau Chika dan Mira harus membayar setiap bulannya, mereka tidak ingin Fiony dirawat di ruangan biasa apalagi dengan fasilitas yang ada di bawah standar. Mereka tidak ingin sahabatnya tidak nyaman dalam proses penyembuhannya.

Setelah pamit pada suster yang merawat Fiony, Chika keluar lebih dulu dari ruangan. Chika mengembuskan nafas panjang seraya mengusap wajahnya sekilas. Ekor matanya tiba-tiba saja terhenti ketika menangkap seseorang yang bersembunyi di balik pohon. Chika memicingkan matanya dan terbelalak ketika mengetahui siapa gadis yang sekarang berlari kencang menjauhinya.

"Chik, lo mau ke mana?!" Mira mengerjar Chika yang berlari cepat ke arah koridor rumah sakit. Apa ada yang menganggu Chika? Mira mempercepat langkah kakinya, beberapa kali ia melambungkan kata maaf saat tidak menabrak seseorang sampai akhirnya ia berhasil meraih tangan Chika yang berdiri sedikit linglung.

"Gue liat Azizi!" Chika menatap Mira dengan resah. "Gue berani sumpah itu Azizi!"

Mira menggeleng, "Gue denger emang makhluk ghaib banyak di rumah sakit."

"Gue liat nyata pake kepala gue sendiri!" Chika menarik kerah jaket Mira. "Itu Azizi, dia gak mati, dia masih idup!!"



***



"Gak mungkin." Ara mengangkat telepak tangannya, memerintahkan Chika untuk berhenti membicarakan omong kosong. Azizi dieskekusi oleh Veranda tepat di depan matanya dan langsung dikremasi, tidak mungkin Azizi masih hidup.

Chika diam sejenak, merunut kembali kejadian yang terjadi beberapa hari ini lalu menatap Ashel dan Indah, "Kalian datang buat balas dendam 'kan?! Kalian disuruh Azizi buat mata-matain kita!!" Chika bergerak mendekati mereka, tetapi Marsha sudah lebih dulu menghalangi langkahnya. "Minggir!! Kamu juga bekerja sama dengan mereka!!"

"Aku masih menghargai kakak, tolong jangan uji kesabaran aku atau-"

"-Atau apa?!" Chika memukul Marsha cukup keras dan menahan tangan Marsha ketika gadis itu hendak membalasnya. Chika memutar tangan Marsha, tangannya yang lain ia layangkan sebelum mendarat dengan keras tepat di leher Marsha sampai Marsha reflek menjerit. "Kamu pengkhianat itu!"

"Chika! Cukup!" Ara menarik tangan Chika. "Masuk ke kamar kamu!"

"Ra percaya sama aku, Azizi masih idup dan mereka berkerja sama un-"

"-Aku bilang masuk ke kamar!!"

Chika tersentak kaget ketika Ara membentaknya. Untuk beberapa detik ia masih diam, menatap Ara tidak percaya, matanya berkaca-kaca.

Ara mengembuskan nafas panjang ketika sadar suaranya sudah terlalu tinggi. Ia mengusap punggung tangan Chika dan berkata lembut, "Maafin aku, tolong ya jangan bikin suasana jadi semakin runyam, kembali ke kamar ya?"

Chika menepis tangan Ara dan mundur ketika Ara hendak mencium dahinya, "Siapa yang akan percaya sama aku kalo kamu sendiri gak percaya?" Air mata Chika benar-benar jatuh sekarang. "A-aku liat Azizi, Ra, dia masih hidup."

ENIGMA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang