[16]

968 177 48
                                    

✨✨✨

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


✨✨✨

"Kau terlihat pucat, Sunny. Apa kau merasa sakit lagi?"

Itu yang pertama kali aku ucapkan ketika baru saja datang mengunjungi Sunny yang saat ini tinggal di apartemen lamaku. Ia menggeleng, tanda jika ia tidak sakit. Pun aku langsung masuk ke dalam, melewati wanita itu begitu saja, segera meletakan beberapa makanan yang tadi sudah ia pesan dan juga beberapa bahan masakan di kulkas untuk mengisi kekosongan. "Ini untuk seminggu. Kalau masih ada yang kurang, kau bisa pesan online saja, nanti aku kirimi nomor penjual online yang sering aku hubungi."

Sunny yang setia mengekoriku sampai dapur itu pun mengangguk lugu. "Kau baik sekali. Selalu baik, Yoon."

"Dari dulu aku memang baik. Hanya waktu saja yang tidak berpihak kepadaku." jawabku, lalu mengajak Sunny untuk segera makan. "Cepat makan, kau kan harus banyak makan agar cepat sehat seperti dulu."

"Aku sudah cukup sehat, Yoon. Nyatanya aku bisa duduk di sini denganmu."

"Sehat apanya kalau wajahmu saja pucat begitu."

Sunny terkekeh kecil mendengarnya, ia lalu mengambil satu potong ayam goreng kesukaannya, "yaampun, memang susah sekali ya membohongimu. Aku sudah memakai riasan tebal padahal. Tetap saja terlihat olehmu." Ia menghela napas panjang, dan mulai menggigit ayamnya pelan-pelan.

"Aku sudah mengenalmu selama 6 tahun kalau kau lupa."

"Tidak lupa kok..."

"Ck, sudahlah, setelah ini minum obatmu, lalu tidur. Jangan bandel. Kau tahu kan? Aku sudah tidak bisa ada di sampingmu 24/7, Sunny. Kau harus bisa jaga dirimu sendiri." omelku sekali lagi.

Terkekeh lagi. Sunny mengacungkan jempolnya. "Iya, siap, bos besar!"

Dan apa boleh buat, niatnya mau menanyakan apakah istriku sempat mampir ke apartemen atau tidak, tapi tidak jadi karena melihat kondisinya yang lemah seperti itu membuatku juga tak enak hati sendiri. Beban dipundaknya bertambah berat juga karena aku. Ah, sial, lagi-lagi aku menjadi lelaki jahat untuk semua wanita yang kukenal.

"Sunny, jangan tersenyum terus. Nanti gigimu kering." kataku menggodanya, mencairkan suasana yang sempat aku buat kacau.

"Aku sekarang suka tersenyum. Aku sudah lelah menangis. Air mataku sekarang sudah mahal." Jawaban yang di luar dugaan itu cukup membuatku terkejut.

"Iya, betul. Memang harus seperti itu. Maafkan aku ya. Gara-gara aku—"

Omonganku segera ia potong, "aduh lagi-lagi minta maaf! Kan kita sudah sepakat untuk tidak membahasnya lagi?" katanya.

"Ya mau bagaimana lagi? Setiap melihatmu aku selalu merasa bersalah, kita berdua jadi terjebak seperti sekarang di hubungan seperti ini."

Sunny lalu mengakhiri makan malamnya. Ia segera mencuci tangan dan mengajakku untuk duduk di sofa depan tv. Tempat paling favorit di apartemen ini. "Yoon, sepertinya aku baru saja membuat kesalahan pada Hyeji...."

"Iya aku tahu." kataku yang akhirnya lega karena Sunny mau menceritakannya sendiri tanpa dipaksa.

"Ia sudah memberitahumu??" tanyanya penasaran.

Aku lalu menggeleng, "ia tidak bicara apa-apa. Tapi hari ini ia kabur ke rumah ibunya."

Sunny terdengar kaget sekali kurasa, ia mengusap wajahnya kasar. "Astaga, sudah kuduga, ia marah sekali padaku setelah kami selesai bicara. Tapi wajah polos dan senyumnya itu sukses menutupi semuanya. Ah, cepat cari istrimu. Aku tidak mau hubungan kalian renggang gara-gara masalalu kita."

Giliran aku yang terkejut mendengar penjelasan Sunny. "Hei— bahkan jika ia ingin bercerai denganku setelah mendengarkan masalalu kita pun itu pantas saja, Sunny. Kau tahu, masalalu kita sekelam apa." Aku ikut mengacak rambutku kasar, bingung dan pasrah menerima takdirku setelah Hyeji tahu apa yang masih aku sembunyikan darinya tentang diriku dan Sunny di masalalu.

"Hahaha— aku juga yakin, cepat atau lambat, ibumu akan mencariku dan membunuh kita berdua, Yoon. Beliau pasti benar-benar tak rela jika menantu kesayangannya disakiti oleh kita."

Ah, benar! Yang dikatakan Sunny semua benar! Jika ibuku tahu masalah ini, ia pasti akan membunuhku dan juga Sunny; mengingat ibuku sebegitu sayangnya dengan Hyeji.

Setelah beberapa menit sama-sama mencari jalan keluarnya, ponselku berbunyi, ada pesan lagi dari istriku. Sepertinya ia sudah sampai di rumah ibunya. Aku lalu membuka pesan tersebut perlahan, takut sekali membaca hal yang belum pasti itu, dan—

Hahahaha, jantungku seketika berhenti berdetak. Aku seakan kehabisan napas. Tanganku bahkan sudah bergetar hebat, ponselku hampir jatuh. Sial sekali nasibku ini.

 Sial sekali nasibku ini

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Yoon, ada apa???" tanya Sunny yang ikut panik melihatku yang sedang kebingungan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Yoon, ada apa???" tanya Sunny yang ikut panik melihatku yang sedang kebingungan.

Tidak sempat menjelaskan apapun. Aku langsung bangkit dari dudukku. Mengambil jaket dan beberapa barangku yang aku letakan di meja, pun segera aku berlari tak tentu arah, "Sunny, aku pergi menemui istriku. Ada hal yang harus aku jelaskan mengenai kita."

Dan sebelum aku benar-benar keluar dari pintu apartemen, Sunny sempat berteriak kepadaku, namun aku sama sekali tak bisa mendengarnya karena fokusku sudah pecah karena pesan yang Hyeji kirimkan padaku barusan itu benar-benar menyeramkan.

Karena, apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan Hyeji menceraikanku. Aku tidak boleh gagal lagi kali ini. Aku tidak mau lagi berserah dengan keadaan.

[]

/Kira-kira masalalu Yoongi sama Sunny apa ya..../

✔️ ILYSB.Onde histórias criam vida. Descubra agora