25. Dia ke mana?

292 73 13
                                    

Pukul enam pagi kurang lima menit. Yumna menatap ragu sebuah pintu di depannya. Setelah menerima telepon waktu itu, sosok Jordy tiba-tiba menghilang. Sudah hari ketiga dia absen dari sekolah dan nggak ada yang tahu kabarnya. Guru-guru pun nggak ada yang mengetahui kondisinya karena memang Jordy tidak izin. Kemarin wali kelasnya bilang, setelah pulang sekolah hari ini mereka akan mendatangi rumah siswa baru tersebut.

Entah keberanian darimana, tetapi Yumna melangkah kaki masuk ke apartemen dan sekarang sudah di depan unit Jordy. Yumna ingin tahu keadaannya lebih dulu sebelum yang lain datang ke sini. Dia mulai mengangkat tangan, menekan bel lalu menunggu beberapa saat. Hingga lima belas menit berlalu, tidak ada sahutan sama sekali. Seperti tidak ada orang yang tinggal di sini.

Gadis itu mengecek ulang nomor pintu yang tertera --takut salah unit, tetapi ternyata benar. Ingatannya tidak seburuk itu untuk mengingat angka. Dia mencoba lagi menekan bel, hasilnya tetap sama. Dengan berat hati, Yumna mulai melangkahkan kaki ke luar dari gedung ini lantaran jam masuk sekolah sudah sebentar lagi. Sebenarnya temannya itu ke mana, sih?

Sepi.

Tidak ada yang mengusik hidupnya. Orang yang tiba-tiba datang memberikannya suatu hal yang aneh, atau ocehannya yang kadang tidak berfaedah dan kadang bermanfaat. Yumna seperti sudah mulai menikmati dan menerima saat-saat itu, terbukti dengan kehampaan yang menimpanya belakangan ini. Gadis itu mau mengakui kalau Jordy memang baik. Salah satu orang yang nggak mempermasalahkan sifat-sifatnya, juga orang yang secara nggak langsung sering melindunginya.

"Lu pasti pilih Ekonomi ya buat UN nanti?"

Suara Imelda menyapa telinganya begitu jam istirahat. Guru BK sudah meminta peminatan yang mereka pilih untuk UNBK nanti agar dapat didata segera.

"Iya. Lo?" tanya Yumna, selain dengan Jordy, Yumna juga sudah mulai sedikit-sedikit membuka diri dengan Imelda.

"Geografi. Sosio terlalu sulit diprediksi, ekonomi terlalu banyak ngitung," jawabnya dan dijawab anggukan oleh Yumna. "Hmm, kantin bareng?"

Kepala Yumna langsung menggeleng untuk menolak tawaran dari Imelda. Sudah beberapa kali memang Imelda mengajaknya ke kantin bersama, hanya saja Yumna masih belum terbiasa jika ada teman yang lain seperti Clara.

"Gak apa-apa, Clara lagi ngambil pesenan nasi mentai di anak IPA. Pasti bocah makannya di kelas," jelasnya seakan hafal dengan alasan Yumna yang nggak mau gabung.

Yumna sebenarnya masih belum mau karena tidak terbiasa makan semeja dengan orang lain. Di sisi lain, dia nggak enak sama Imelda yang berusaha menemaninya. Maka dari itu, Yumna mengiyakan. Walaupun nantinya Yumna tahu akan menjadi pusat perhatian di tengah keramaian kantin.

Atensi dari perkumpulan geng Arvin dan Della langsung menuju ke arah Yumna dan Imelda yang baru saja datang ke area kantin. Lirikan nggak suka terpancar dari semua wajah, terutama Tasya. Dia pikir, dengan tidak adanya Jordy di sekolah ini akan membuat Yumna tersiksa karena kesendiriannya. Namun ternyata, orang yang ia benci itu sudah memiliki teman baru sekarang.

"Tumben nggak sama Clara, Mel," celetuk Della begitu kedua orang itu lewat di meja mereka. Imelda berhenti membuat Yumna mau tak mau ikut berhenti.

"Dipaksa sama ini kali, sohibnya kan menghilang," sahut Chika.

"Jangan-jangan, dia mau rusak hubu--"

"Gua yang ngajak. Clara lagi nggak ke kantin." Imelda langsung memotong ucapan Tasya. "Yumna nggak rusak hubungan siapapun," lanjutnya seraya menarik Yumna yang sudah mukanya sudah menahan amarah.

"Vin, Mbak Crush ke kantin tuh. Nggak disamper?" Reno bertanya sekaligus meledek Arvin.

"Kalo gue samperin, bukannya kalian bakal ribut?" kata Arvin datar.

N O R M A L ✓Where stories live. Discover now