8. Berusaha Selagi Bisa

1K 232 26
                                    


"Kamu seharian ke mana saja Lila, kandunganmu masih sangat muda, rentan terkena apa-apa." Hartini menatap resah wajah Lila yang terlihat lelah namun tetap masih bisa tersenyum, tak ada keluh kesah atau kata lelah sama sekali dari bibirnya.

"Aku mencari tempat yang strategis Ibu, lalu ke bank mencoba bertanya-tanya kredit usaha dan akan aku pelajari enaknya gimana, trus tadi nanya-nanya ke orang-orang di sini kantor untuk mengurus ijin usaha, sudah tahu semua tinggal mempelajari dan akan aku selesaikan semuanya sendiri." Lila menyeka keringatnya dan menghidupkan kipas angin yang tak jauh dari tempatnya duduk.

"Nunggu Arka dulu lah Lila, ibu jadi kepikiran kalo kamu keluar seharian."

"Arka lagi, nggak Ibu, nggak akan pernah, kemarin pas ke bank kok ya kebetulan orang bagian kredit punya adik yang mengelola spa juga jadi aku di kasi nomor hpnya jadi kalo ada apa-apa suru menghubungi dia, bahkan katanya lagi ada tempat usaha tak jauh dari tempat tinggal adiknya, aku merasa beruntung hari ini dipertemukan dengan orang-orang baik, aku hanya butuh dia Ibu untuk memperlancar segalanya."

Hartini menatap terharu pada Lila yang meski sedang hamil tapi semangat untuk terus berusaha tanpa tergantung pada siapapun membuatnya merasa bangga, anak perempuan satu-satunya yang saat ini selalu berusaha membahagiakannya karena anak laki-lakinya meninggal karena kecelakaan kerja saat bekerja ditambang batu bara. Sementara suaminya juga telah meninggal saat anak-anaknya masih kecil-kecil. Sejak itu pula ia sendiri berusaha membesarkan kedua anaknya dengan membuka warung kecil-kecilan hingga saat anak-anaknya besar dan bisa mencari uang ia sudah tidak lagi diperbolehkan melakukan kegiatan apapun.

"Istirahatlah Lila itu ibu sudah masak sayur asem sama pepes tongkol, kesukaanmu."

"Ibu nggak usah capek-capek masak, aku tadi pagi juga sudah masak seadanya."

"Ibu kalo tidak bergerak sama sekali ya sakit semua, ibu akan tetap kerja sebisa ibu, kalo hanya duduk-duduk malah jadi kaku ini badan."

"Oh iya Bu, aku minta tolong jangan cerita apapun pada Arka jika aku akan membuka usaha spa di sini."

"Kenapa?"

"Nggak papa, tidak semua yang aku lakukan dia harus tahu."

.
.
.

Arka kaget saat malam hari tidak biasanya Mayoka datang ke apartemen mewah yang biasa ia tempati, Mayoka datang bersama gadis belia yang entah apa maksudnya.

"Tumben malam-malam boleh keluar kan biasanya kau tak pernah mau karena selalu anak yang jadi alasan."

"Mumpung Maxi sedang di rumah papa dan mama, ini aku bawa si Wati, anak pembantuku agar membersihkan apartemen ini, sayang kalau apartemen mewah dan mahal ini kalo nggak keurus, lagian ini masih jam tujuh, aku hanya ngasi tahu ke dia jalan jika dia mau ke sini, sudah sana Wati kamu bersihkan dulu, paling dua jam nanti kita pulang bareng, seminggu tiga kali ya ke sini."

"Iya Nyonya." Wati mengangguk, dan berlalu dari hadapan keduanya menuju dapur.

"Aku hanya nyuruh dia pagi ke sini, pas kamu nggak ada di sini, jadi tadi aku ke pengelola apartemen dulu, karena dia kan aku kasi tahu password unit ini, dia bisa dipercaya, nggak akan macam-macam."

"Oh." Arka melirik gadis muda belia yang baginya terlihat sangat menarik, masih belia namun tubuh sintalnya mampu membuatnya membayangkan hal erotis jika mereka hanya berdua di apartemen ini.

"Dia patuh sama aku karena ibu dan bapaknya kerja di rumah juga, turun temurun sejak kakek dan neneknya, jadi nggak akan macam-macam di belakang aku."

Mayoka seolah bisa membaca pikiran Arka hingga sejak awal dia sudah memberi peringatan jika Wati tak akan pernah mengkhianatinya.

"Kau cemburu udah gitu, kita bicara jujur ya, bohong kalo aku bilang dia nggak menarik, usia muda, wajah cantik, badan padat berisi hanya laki-laki gak normal kalo nggak mikir yang aneh-aneh."

"Siapa yang cemburu? Nggak mungkin aku cemburu sama pembantu, lagian masa iya kamu mau gituan sama pembantu?"

Dan Mayoka segera menarik Arka ke dalam kamar tanpa malu, lalu mendorong kasar laki-laki itu ke kasur. Arka hanya terkekeh dan melihat bagaimana Mayoka terburu-buru membuka bajunya.

.
.
.

"Bos sorry ya kalo nanti saya bergerak sendiri tanpa bilang apa-apa ke bos, yang penting bos aman dan istri bos yang ilang ketemu."

"Iya, tapi nggak usah kelewat batas."

Malam itu Hercules dan Ganen duduk berdua di sebuah club milik Ganen, menghindari hiruk pikuk, keduanya duduk di ruang kerja Ganen.

"Bos tumben ngajak ketemu di sini? Apa karena istri bos ke rumah laki-laki itu?"

"Nggak juga, hanya jenuh di rumah makanya ke sini, jarang aku ke sini kalo nggak perlu banget."

"Aku mual sama tingkah laki-laki simpanan istri bos, dia nggak tahu siapa aku, belum tahu rasanya ia dikuliti."

"Sudahlah nggak usah ikut-ikut, biar aku yang bergerak sendiri."

"Alaaah bos terlalu lambat dan sabar, dia akan terus menggerogoti uang istri bos."

"Biar aja dia yang punya kan?"

"Oh iya bos, aku menyusupkan orang ke spa dan salon istri bos, dia kerja sebagai terapis di spa itu, tenang aja, nggak lama lagi bakalan ketahuan di mana istri bos, ada dua orang, satunya tenaga keamanan kan laki-laki brengsek itu sok kuasa dia baru saja ngambil beberapa karyawan, itu semua apa istri bos tahu ya?"

"Nggak tahu lah, dia di mana aku juga nggak tahu." Wajah Ganen terlihat sedih, rindu yang membuncah serta khawatir pada kandungan istrinya membuat Ganen tak bisa tidur dengan nyenyak.

.
.
.

Wati menyeka keringatnya, ia terus bekerja membersihkan apartemen yang baginya bukan pekerjaan sulit, di usianya yang ke sembilan belas mau tak mau ia harus membantu ibu dan bapaknya mencari uang karena adik-adiknya yang harus terus bersekolah, baginya tamat SMA sudah lebih dari cukup.

Saat kaki Wati melangkah menuju ruang tamu ia mendengar suara-suara aneh, semakin dekat dengan kamar depan dadanya semakin berdetak tak karuan, dan mulutnya terbuka lebar saat melihat wanita yang selama ini ia anggap terhormat tengah berpacu di atas tubuh laki-laki yang sejak awal datang melihatnya dari atas ke bawah. Wati sungguh tak percaya bagaimana mungkin wanita seanggun Mayoka kini berbagi keringat, mendesah keras tanpa sehelai benangpun dengan laki-laki yang juga tanpa baju saling bergerak liar.

Wati segera menuju dapur lagi, ia mencari air dan meneguknya untuk menghilangkan rasa kagetnya. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa semua orang kaya bebas melakukan apapun yang ia suka termasuk bisa berganti-ganti pasangan bagai berganti baju sesukanya?

💔💔💔

27 Oktober 2021 (01.38)

Khalila (Bukan Wanita Kedua) Sudah TerbitWhere stories live. Discover now