33

1.5K 187 1
                                    

Lisa POV

"Mina, beri tahu Nona Kim bahwa aku tidak bisa bertemu dengannya sekarang jadi batalkan pertemuan dengannya. Aku harus menyelesaikan pemeriksaan laporan bulanan. Katakan juga padanya bahwa aku minta maaf." Kataku pada sekretarisku tanpa memandangnya karena aku sibuk melihat-lihat apa yang tertulis di kertas-kertas ini.

"Ya Bu." Dia menundukkan kepalanya dan pergi ke luar.

Setelah satu menit, aku mendengar teleponku berdering dan melihat nama Seulgi di layar. "Hai." Kataku sambil menjawab panggilan itu.

"Guess what bitch? Penjual baru saja mengatakan kepadaku bahwa dia akan pergi dengan harga yang kau inginkan. Dan akan ditransfer ke namamu." Dia dengan cepat menyatakan.

"Bukan namaku, Siput."

"Oh ya, aku lupa. Aku akan memberitahunya kemudian pergi ke bank nanti."

"Terima kasih telah melakukan ini untukku. Aku benar-benar berhutang banyak padamu. Hanya saja aku sangat sibuk sekarang." Kataku lalu memijat pelipis kepalaku.

"Kau berhutang banyak minuman padaku!" Dia tertawa.

Aku dan Seulgi berbicara tentang rencana lain untuk tanah itu sebentar lagi ketika Mina memasuki kantorku lagi.

"Ini Nona Kim." Dia bergumam sambil menunjuk ke telepon yang dia pegang.

Aku mengangguk. "Siput, bicara denganmu nanti... oke... sampai jumpa." Kataku lalu mengakhiri panggilan. Mina menyerahkan telepon dan pergi.

"Hello, Ms. Kim." Senyum lebar terlukis di wajahku.

"Apa yang kau lakukan?! Kau menunda pertemuan kita lagi?" Kudengar dia berteriak dari seberang.

Aku ingin tertawa tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk melakukan itu karena singa betina bisa membunuhku dengan ledakannya. "Uh. Tentang itu..."

"Apa kau mencoba untuk menunda proyek?"

"Apa? Tidak. Jangan berpikir seperti itu, Jennie. Aku hanya sibuk sekarang, tolong mengerti."

"Sekarang aku sangat ragu kau ingin membantuku dengan yang satu ini. Sial! James seharusnya tidak memilihmu sebagai mitra bisnisku. Dia baru saja melakukan kesalahan besar." Aku mendengarnya mengerang.

"Do you miss me?"

"The fuck?"

"Aku bertanya apa kamu merindukanku?" Kataku sambil tersenyum lebar. Senyum ini bisa merobek wajahku sekarang.

"Tidak! Tidak! Kenapa aku--"

"Lalu kenapa kau selalu terburu-buru menemuiku? Kupikir kau tidak ingin aku terlibat dalam proyek ini?"

"Agar kita selesai lebih awal! Aku tidak benar-benar ingin menghabiskan waktuku dengan hal-hal tidak masuk akal ini bersamamu."

"Yah, aku juga merindukanmu Jennie. Sangat." kataku dengan serius. Ya aku serius.

"Diam, Manoban. Dan mari kita selesaikan semuanya." Dia mengakhiri panggilan dan menatap telepon. Oke, aku membuatnya kesal lagi.

"Jennie-ya, kenapa begitu jelas?" Aku berbisik. "Aku tahu kau juga merindukanku." Aku memutar nomornya lagi dan menelepon wanita kucing itu. Setelah beberapa dering, dia menjawab.

"Stop calli--"

"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu."

"Aku tidak peduli Manoban!"

Kenapa darahnya selalu mendidih? Kami tidak pernah berbicara dengan tenang sejak aku bertemu dengannya lagi.

"Aku hanya ingin mengatakan aku mencintaimu, Jennie. Aku masih melakukannya." Kataku dengan suara yang sangat serius. Itu karena aku serius, ayolah.

THE MISTRESS [JENLISA] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang