12 − Beberapa percakapan.

168 26 29
                                    

"Janji ada untuk dipenuhi, bukan hanya sebagai penenang sebuah hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Janji ada untuk dipenuhi, bukan hanya sebagai penenang sebuah hati."

── ── ──

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Rembulan malam ini penuh bulat, walaupun awan samar-samar nampak menutupi sang sinar besar. Kediaman si kembar Wangsa terlihat sunyi dari luarnya. Tidak seperti biasanya memang. Karena hanya berisi dua anggota keluarga saja.

Benar-benar sepi. Kata Wayang, bisikan kecil saja bisa terdengar walaupun berdiri berjauhan. Sebut saja pemikirannya hiperbola, namun itu faktanya. Dia bahkan pernah mempraktekannya bersama sang kembaran saat dulu masih duduk bangku sekolah dasar. Sudah lama memang, tapi namanya juga kenangan, tersimpan.

Langkah kaki terdengar di penjuru ruangan, si sulung menampakkan diri dari arah dapur setelah keluar dari kamar.

"Mbarr," panggil Bramantara sembari membawa dua kaleng soda di tangannya. Yang akhirnya diberikan kepada Wayang yang duduk menghadap ke arah luar.

"Matur nuwun Bamm." Yaps, tepat sekali. Keduanya sudah kembali dekat lagi. Namanya juga kembar, barang cuma sehari susah buat saling diam.

"Bram Wa, pakai r. Bram, B-R-A-M. Kamu udah ngga cadel ya, jangan aneh-aneh."

"Sama aja, lebih enak Bam." Akhirnya si sulung diam mengalah, membiarkan si bungsu bertingkah. Keduanya berakhir terdiam, masing-masing memandang ke arah luar, tirai yang sengaja masih dibuka lebar.

Rintik gerimis datang dengan angin sebagai kawan. Membawa ragam suasana bagi perasa yang berbeda-beda. Terkadang rintikan hujan terdengar seperti alunan musik ballad yang menjadi pengiring cerita manusia. Menambah suasana melakonis bagi hati-hati yang menangis, membuat siapapun dengan mudah mengingat kenangan lama yang buat meringis. Hanya hujan yang bisa dengan mudah menggali segala ingatan, terlebih disaat sedang diam. Bukan begitu, kawan?

"Bam, Nana pulang jadi sepi ya. Ayah Bunda juga sibuk lagi," ucap Wayang sembari menyenderkan kepalanya di bahu sang kembaran.

Terdengar kekehan dari mulut si sulung. "Iya, Nana kan ngga bisa diem, cocok sama kamu yang 11/12 kayak patung Pancoran."

"Lah terus?? Aku patung kamu juga patung lah."

"Ogah banget samaan sama kamu."

"Oh iya beda deh, kamu bukan patung."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 17, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kronologi RelasiWhere stories live. Discover now