Bagian Empat Puluh Tujuh

1K 111 24
                                    

Cassil tak langsung pulang. Dia menyempatkan diri untuk pergi ke suatu tempat. Menatap lekat-lekat gundukan tanah di depannya. Membuat dirinya kembali teringat akan kenangan yang ada. Dia masih setia berdiri dengan tatapan dingin dan wajah datarnya itu. Memandangi makan orang yang berharga di hidupnya. Ya, makam Dirgo. Cassil menaruh seikat mawar hitam di atas makam Dirgo.

"Aku mendapatkan tugas untuk pergi ke bumi, kau pasti tau itu," ujar Cassil berbicara dengan gundukan tanah itu, seakan Dirgo dapat mendengarnya.

Setelahnya Cassil pergi dari sana.

Kini Cassil duduk termangu sendirian. Danau ini adalah salah satu tempat yang memiliki kenangan dirinya bersama Dirgo. Seketika Cassil ingat bahwa seharusnya naga itu masih ada di sini. Tapi, dia tidak mengetahui bagaimana caranya untuk memanggil naga itu. Cassil pun memilih untuk merebahkan dirinya di atas rerumputan hijau yang ada. Menutup matanya untuk menghilangkan penat.

"Cassila," ucap seseorang.

Di sekitar Cassil, semuanya hanya berwarna putih. Di mana dirinya sekarang berada.

"Cucuku," ucap seseorang itu lagi.

"Siapa?" tanya Cassil.

"Aku kakek mu."

"Kakek? Kakek Lin?"

"Benar."

"Ini di mana kek?"

"Alam bawah sadarmu Cassila."

"Ada apa? Pasti ada sesuatu sampai kakek membawaku ke sini."

"Kau akan ke bumi?"

"Iya."

"Seseorang telah menunggumu di sana, kau harus bisa menemukannya," ucap kakek Lin. Cassil ingin bertanya, tapi suara seseorang telah menyadarkannya.

"Cassil bangun."

"Uugh," lenguh Cassil.

"Ada apa?" tanya Cassil, mendudukkan badannya.

"Ada apa? What! Kau lupa kita akan berangkat sebentar lagi?"

Setelah sadar sepenuhnya, Cassil menatap langit. Ternyata langit sudah berganti warna menjadi gelap.

"Oh," ujar Cassil, lalu bangun dari duduknya lalu meninggalkan Lorez yang kesal di sana.

"Beruntung kau adalah sahabatku, kalau bukan ...." Ucapan Lorez terhenti.

"Kalau bukan kenapa?" tanya Cassil.

"Ah, bukan apa-apa," ucap Lorez sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Melihat Cassil yang sudah jauh, Lorez pun berlari mengejarnya.

"Cassil, tunggu!!"

*****

Malam pun tiba, kini mereka sudah berkumpul. Namun, Zay dan Beth tidak ikut bersama mereka. Zay sudah menjadi Duke, jadi dirinya tak sebebas dulu. Sedangkan Beth, dia adalah sepupu Zay sekaligus tangan kanan Zay. Jadi dia juga tak bisa ikut, dia akan membantu Zay mengurus kerajaannya. Sangat di sayangkan bukan.

Kini tinggal Cassil, Lorez, Qarin, Sam, dan Frex yang akan pergi ke bumi. Mereka berlima segera masuk ke mobil yang akan di kendarai oleh Mr. Jhon tentunya.

Semua sudah duduk di tempatnya masing-masing. Mobil itu pun melaju ke arah hutan. Hening yang ada membuat Jhon frustasi. Akhirnya dia berniat untuk memecah keheningan tersebut.

"Apa kabar Nona Cassil? Lama tidak berjumpa. Dan sekarang anda nampak bertambah cantik," puji Jhon.

Cassil hanya menaggukkan kepalanya untuk membalas. Mr. Jhon merenggut karena hanya mendapat respon singkat oleh Cassil. Sedangkan Qarin dan Lorez menahan tawa melihat ekspresi Mr. Jhon. Cassil tetaplah Cassil yang dingin.

LIORENCO ACADEMY Where stories live. Discover now