dulu, saat bertemu

33 6 146
                                    

Langit penuh gemerlap menciptakan bentuk abstrak konstelasi bintang. Angin laut berembus tenang menusuk tulang sekumpulan lingkaran manusia. Kehangatan menjalar dari kebersamaan dan api unggun di tengah mereka turut menjadi perantara.

Semua bahagia, walaupun terlihat jelas gurat lelah di wajah setiap orang setelah seharian melalui serangkaian kegiatan perekrutan anggota baru klub fotografi sekolah. Jaket-jaket dirapatkan, semua orang mulai fokus mendengarkan kata-kata dari salah satu panitia.

"Oke, guys, malam ini kita santai-santai dulu. Gue tau kalian semua pada capek. So, nikmati malam terakhir camp kita. Let's make tonight the night we dream of!"

Seruan itu mendapat sambutan riuh tepuk tangan anak-anak. Mereka memang menantikan malam ini. Di bawah langit hitam, di antara suara deburan ombak, persis suasana perkemahan yang diimpi-impikan sejuta manusia.

Nirmala merasa nyaman dengan keadaan di sekitarnya. Ikut menyenandungkan lagu yang dimainkan salah satu peserta dengan gitar, tertawa ketika ada yang menyanyi dengan nyaring tetapi fals. Melodi history dari one direction menghangatkan suasana di tengah dinginnya embusan angin. Kebersamaan yang seperti ini sudah lama tidak ia rasakan saat di rumah.

Ketika semua orang mulai berdiri untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama musik, Nirmala perlahan mundur dari barisan. Kepalanya terasa sedikit pening. Dia perlu mengistirahatkan otaknya dengan menjauh dari hingar bingar dan mencari tempat tenang ke tepi pantai.

Sebelum benar-benar pergi, dia meraih sebuah kamera DSLR canon keluaran terbaru tahun 2016 yang disediakan sekolah untuk acara perekrutan anggota klub fotografi ini. Setelah menyandangnya di leher, Nirmala menentukan angle kamera untuk memotret laut yang tampak gelap gulita yang berbatasan dengan garis langit yang bertaburan bintang.

Sayup-sayup terdengar petikan gitar dari arah belakangnya mengiringi pengambilan gambar pertama Nirmala. Sudah menjadi hobi sejak kecil membuktikan kualitas dalam bidang fotografinya tidak main-main.

"Coba turunin filter ND-nya satu lagi. Makin rendah gambar, makin gelap warnanya. Auranya lebih terasa."

Nirmala membalikkan badan. Rambutnya menghempas pelan mengikuti angin. Ketua Klub Fotografi, Argo Satria Bayu, berdiri di belakangnya mengamati jepretan gambar yang dibidik Nirmala.

"Kalau pakai tripod bisa bagus lagi tuh. Nggak ngeblur."

Nirmala mengamati foto di layar kamera, memang benar gambarnya sedikit tidak fokus akibat goyangan tangannya saat memegang kamera.

"Ng ... cuma iseng-iseng aja, Kak."

Argo berdecak. "Foto yang hampir sempurna itu cuma foto iseng-iseng lo, ya."

"Bukan gitu—"

"Lo ada bakat. Keliatan sih."

Argo kemudian mengambil alih kamera yang dipegang Nirmala. Mengutak-atiknya sebentar, kemudian mengarahkan ke objek laut yang jauh di sana. Sepuluh detik selanjutnya dia menunjukkan kepada Nirmala.

Perempuan itu berseru dalam hati. Skill memotret yang dimiliki si ketua ini memang tidak kaleng-kaleng. "Ya, ini versi sempurnya."

Argo hanya mengangguk-angguk. Memode off-kan kamera setelah jepretan gambar-gambar tadi tersimpan. "Kenapa lo ke sini? Nggak gabung sama yang lain?"

Nirmala sudah menebak, pasti sangat terlihat jika ada yang melipir ke pantai sendirian. Dia tersenyum canggung. "Maaf. Aku agak nggak nyaman di sana."

Argo menyatukan alisnya. "Apa yang bikin lo nggak nyaman? Ada dari mereka yang rese? Nge-bully? Gue bakal kasih peringatan ke orangnya karena itu ngelanggar aturan."

Say Chesee!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang