15

1.7K 127 9
                                    

Jeno menatap malas ke arah Jeffrey, teman kakaknya. Ya. Jeffrey. Dokter Jeffrey yang ia kenal adalah paman dari kekasihnya. Sudah tiga kali dokter Jeffrey berkunjung ke villa ini. Ia geram dengan kakaknya sendiri. Apakah Taeyong tidak tau bahwa dokter Jeffrey itu adalah paman nya Mark? Jeffrey pun membuatnya kesal. Tentu saja dokter itu mengenal Jeno karena memang pernah bertemu di rumah sakit dulu. Kenapa dokter itu tidak mengajak Mark berkunjung ke villa ini bersama nya? Jeno sangat kesal.

Lelaki itu berjalan ke teras depan. Ia mendudukkan dirinya dikursi besi ber-cat putih itu. Memperhatikan bagaimana angin bertiup kencang, membuat daun-daun bergesekan dengan suara gemerisik. Jeno menghela napas. Ia kembali memikirkan cara agar dapat melarikan diri dari villa ini.

"Pstt psstt"

Jeno mengernyitkan alisnya setelah mendengar suara yang entah milik siapa. Tapi suara itu terdengar dekat dan memanggilnya. Ia melayangkan pandangannya ke segala penjuru arah.

"Anjir horor banget"- gumamnya bergidik ngeri saat ia tidak menemukan siapapun.

Jeno bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan, berniat masuk ke dalam setelah merasa bulu kuduknya berdiri. Namun baru saja tiga langkah ia berjalan, ia merasa bahunya ditepuk seseorang dibelakangnya. Jeno yang terkejut, membolakan matanya. Napasnya tercekat dan ia tidak berani menoleh untuk melihat sosok dibelakangnya.

"Lo ngga kangen sama gue?"- ucap suara yang sangat Jneo kenali.

Perlahan Jeno memberanikan dirinya untuk melihat kebelakang. Ia membelalakan matanya lebih lebar, betul-betul terkejut.

"Mark?"- gumam Jeno yang masih terkejut.

Jeno segera berhambur ke pelukan lelaki didepannya. Membenamkan wajahnya di perpotongan leher yang lebih tua. Air matanya mengalir dengan sendirinya. Ia menangis dalam diam dipelukan kekasihnya.

"Gue kangen sama lo, Mark-kangen banget"- ucap Jeno dengan air mata yang terus mengalir.

Mark hanya tersenyum. Ia mengusap-usap punggung dan kepala yang lebih muda. Menyalurkan kerinduan, rasa aman dan nyaman serta kasih sayang untuk lelaki dipelukannya.

"Pantesan tadi gue merinding, ternyata lo dateng hiks"- ucap Jeno terisak.

Mark melepaskan pelukan nya, memasang wajah datar, "Oh. Jadi gue setan?"- tanya Mark datar.

Jeno yang mendengar pun segera menyengir kuda, "becanda ih ayang, hehe"- ucapnya takut-takut. Khawatir Mark tersinggung dengan ucapannya tadi.

"Pfftt"

Jeno menatap ke arah Mark saat baru saja yang lebih tua terdengar seperti menahan tawanya.

"Gue juga becanda sayang"- ucap Mark yang mengerti tatapan kekasihnya. "Yakali gue baper lo bilang kek gitu"- sambungnya dengan tawa receh nya.

Jeno mendengus kesal. Ia memukul lengan Mark beberapa kali kemudian membekap mulut Mark yang masih tertawa itu. Jeno menempelkan jari telunjuknya didepan bibirnya sendiri.

"Jangan berisik, ntar kakak gue denger suara lo"- ucap Jeno berbisik. Membuat Mark mengernyitkan alisnya.

"Sekarang mana kak Taeyong? Gue mau ngomong sama dia buat ngerestuin hubungan kita"- ucap Mark yakin. Ia akan memperjuangkan Jeno.

Baru saja Mark berkata seperti itu, Taeyong dan Jeffrey pun menunjukkan batang hidungnya. Taeyong sudah berkacak pinggang dengan wajah sangarnya sedangkan Jeffrey hanya diam disamping Taeyong.

Taeyong menghela napas nya. Berdiam sejenak sambil memperhatikan kedua pemuda di hadapannya yang hanya menundukkan kepalanya. Taeyong berdehem untuk menjernihkan suaranya.

BULOL - [MARKNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang