Awal mula

569 40 15
                                    

Sial

Jam baru menunjukkan pukul setengah enam pagi saat Woobin merutuki dirinya sendiri.

Kok gue bisa kebablasan.. Bodoh.

Seolah tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, Woobin memukul kepalanya keras-keras membuat orang lain yang tertidur disampingnya terusik

"Eunghh.. " mata itu belum sepenuhnya terbuka, namun Woobin sudah berjaga-jaga seandainya akan dimarahi

"Mo, gue beneran gak bermaksud buat rusak lo"

Sepasang mata terbuka, menatap Woobin dengan heran

"Ha'ah?ap-apaan yang rusak?"

Oh, no...

Selimut tersibak tanpa sengaja dan Jungmo bisa melihat jelas penyatuan mereka dibawah sana



..........





Kejadian dua bulan lalu kembali terputar dikepala Woobin saat melihat alat tes kehamilan yang Jungmo sodorkan padanya

"K-kok bisa?"

Merasa ditanyai dengan pertanyaan bodoh, Jungmo menoyor kepala Woobin pelan

"Kita ngelakuin itu, tanpa pengaman. Dan lo masih nanya 'kok bisa'?"

Woobin menelan ludahnya dengan susah payah "Maksud gue... Lo kan cowok"

"Gue krys"

Woobin terkejut, ia tidak bodoh untuk mengetahui apa itu krys dan kemampuan unik mereka yang bisa hamil. Ya, krys adalah laki-laki dengan rahim yang populasinya dikatakan hanya 7% dari total populasi seluruh pria di dunia.

Woobin sendiri berteman dengan seorang krys, Ham Wonjin namanya.
Tunggu, jati diri Ham Wonjin sebagai krys memang terlihat dari luar bahkan ia sudah menikah dengan senior mereka tapi bagaimana dengan Jungmo? Woobin yakin ia sering melihat pria itu dengan kekasihnya yang seorang wanita..

Jungmo mungkin sedang bercanda, kan?

"T-tapi lo pernah pacaran sama cewek, gak mungkin lo seorang krys mo, gak lucu"

"Siapa?". Tanya pria kucing itu datar

"Giselle anak manajemen bisnis?"

Jungmo menggeser duduknya disebelah Woobin sebelum menghela nafas berat

"Bisa mampus gue dicincang Winter kalo bener"

Ada jeda cukup panjang setelah jawaban itu meluncur dari bibirnya

"Gue gak minta lo tanggung jawab kok, bin. Kita mabuk saat itu.. Gue bisa urus sendiri"

Melihat ekspresi kecewa milik Jungmo, Woobin meraih bahu itu mendekat dan memberinya sebuah pelukan. Si yang lebih tinggi sedikit tersentak kaget atas perlakuan tiba-tiba itu namun kini dagunya sudah bertengger manis dibahu sang dominan.

Uh, dominan?

"Yakali bikinnya berdua, nanggungnya sendirian". Ia mengelus pelan punggung si ramping "Lagipula gue gak yakin lo sanggup, gak ada jaminan lo gak mampir klinik aborsi juga kan"

Jungmo hampir memukul kepala Woobin, sebelum mendengar ucapan lirih pria beruang itu

"Jangan bunuh anak gue.."

Satu kalimat yang membuat seluruh tubuhnya merinding dan matanya terasa panas

"Gue gak punya duit banyak sih mo.. Tapi gue pasti tanggung jawab"

Jungmo menjauhkan tubuhnya saat mendengar perkataan Woobin, menatap manik hitam calon ayah dari bayinya itu cukup lama sebelum air mata perlahan mengaliri pipi tirusnya

......

Seo Woobin hanyalah seorang mahasiswa seni musik biasa sebelum seseorang bermarga Koo pindah ke unit apartemen didepan unit miliknya. Sebenarnya tidak ada yang berubah, Koo dan Seo bahkan jarang sekali saling menyapa. Ya, hanya sekedar mengenal nama dan wajah. Kesibukan Woobin sebagai mahasiswa semester akhir ditambah dengan band musiknya membuat ia seringkali pulang larut malam, beda dengan Jungmo yang menerapkan sistem kupu kupu (kuliah pulang - kuliah pulang)

Saat itu adalah hari pertama di musim gugur, semua orang menyambut festival yang diadakan dengan sangat meriah. Tidak terkecuali Woobin dan Jungmo yang menikmati festival itu dengan rekan difakultasnya masing-masing.

Perayaan musim gugur dikampus mereka ditutup dengan band Woobin yang membawakan beberapa lagu milik pamungkas hingga pukul 12 malam. Band yang beranggotakan Woobin, Allen, Yohan dan Serim itu berakhir disebuah bar dengan beberapa gelas alkohol. Woobin tahu toleransinya terhadap minuman haram tersebut sangat buruk, ia hanyak menenggak satu gelas lalu bergegas pulang.

"Uh, lo gak apa-apa?". Berlari setelah memarkirkan mobilnya, Jungmo meraih lengan pria yang terkulai didepan lift

"Gue gak apa-apa kok mo, cuma sedikit pusing dan.. Kesel". Orang tersebut ternyata bisa berdiri dengan tegap namun langsung memegangi kepalanya sendiri

"Woobin mabuk ya, sini gue tuntun"

Jungmo menekan tombol lift dengan tergesa, mungkin takut Woobin akan pingsan

"Gue kesel banget"

Didalam lift, Woobin kembali memegangi kepalanya dan menggerutu

"Mo, gue kesel banget". Ucapnya lagi, kali ini sambil menyolek gemas pipi tirus Jungmo

"Hu'um hu'um, kesel kenapa sih lo?"

Pintu lift terbuka, namun Woobin malah menekan lantai teratas hingga pintunya kembali tertutup

"Kenap-"

"Ssshhhh..." Jari telunjuk berada tepat dibibir ranumnya "Gue kesel karena cuma bisa minum satu gelas. Kalo lebih dari itu, gue gak mungkin bisa balik"

Jungmo mengangguk kecil dan terkekeh setelahnya karena wajah cemberut yang dibuat-buat oleh Woobin

"Lo masih mau minum?"

Woobin mengangguk, menekan tombol 9 dimana unit mereka berada

"Lo bisa minum ditempat gue, err.. gue ada soju. Lagipula unit kita berhadapan kan"

Woobin tersenyum senang, mengekori Jungmo menuju unitnya saat pintu lift terbuka.

2:30, siapa sangka mereka akan menghabiskan berbotol-botol soju dan bahkan meneguk dua botol wine mahal yang Jungmo simpan untuk perayaan penting? Dan siapa yang menebak mereka akan berakhir saling melucuti pakaian masing-masing diatas ranjang?

Anghh

Bahkan sampai pelepasan ketiga untuk Jungmo, pria lain diruangan itu masih bergerak dengan kasar diatas tubuhnya.

Tbc

BEST MISTAKEWhere stories live. Discover now