1

821 11 0
                                    

Sodam mengulurkan mangkuknya, menerima ikan pemberian Johnny dalam diam, ini situasi canggung, mereka baru berkenalan dan memutuskan untuk bertemu disebuah rumah makan.

"Kamu gag banyak makan lauk?" Tanya Johnny usai melihat nasi yang Sodam kumpulkan diatas mangkuknya.

Sodam menggeleng, lanjut makan dalam diam tanpa mau membuat interaksi lanjutan, memandang pun Sodam enggan, dia hanya makan, sesekali minum atau memainkan ponsel setelah ada notiv masuk. Sungguh akward.

Mereka bertemu dari kenalan Sodam yang sekaligus rekan kerja Johnny, Kim Doyoung yang secara acak memberikan nomor telp Sodam pada Johnny setelah mendengar keluhan ingin memiliki pasangan, terasa begitu random, namun Sodam mengiyakan perkenalan ini meski ia tahu status Johnny tidaklah bujang. Johnny duda beranak satu, Maria berusia 5 tahun, masih kelas TK kecil, gadis manis bertubuh bongsor yang jago mewarnai. Sodam sering mendapat kiriman video Maria saat beraktivitas ketika dirinya berkirim pesan dengan Johnny.

"Kamu gag nyaman dengan pertemuan kita?"

Damn!

Sodam hanya ingin makan, dia benci kenapa Johnny terus melontarkan pertanyaan. Kepala Sodam terangkat dari mangkuk, menatap Johnny dan menggelengkan kepala. "Kenapa saya harus gag nyaman?" Tanya Sodam balik.

Johnny nampak mengedikkan bahu. "Mungkin, karena status saya."

"Apa status Mas terpampang jelas sampai saya harus merasa tidak nyaman?"

Kali ini, Johnny menggeleng.

"Kita makan saja dulu, nanti lanjut ngobrol." Sodam kembali pada makanannya, Johnny mengangguk mengikuti saran kawan kencannya.

Mereka menghabiskan makanan dalam diam, Johnny sesekali mencuri pandang pada Sodam yang tak bergeming dari makanan, ini situasi akward karena Johnny berharap dari acara makan bersama ini dia bisa lebih banyak mengenal Sodam atau sebaliknya.

||

Johnny membayar bill, tentu setelah berhasil memenangkan debat kusir bersama Sodam karena perempuan itu bersikeras membayar sendiri makanan yang ia pesan dan makan. Tidak enak tuturnya jika tiba-tiba makan dibayari.

Sodam menunggu didepan rumah makan, bermantel tebal karena dinginnya malam tidak bisa di prediksi, Johnnny keluar dengan dua kantung makanan.

"Ini untuk keluarga dirumah." Sodam menerima dengan sungkan, tidak percaya jika Johnny akan membungkuskan makanan untuk orang dirumahnya. "Satu ini, buat Maria."

"Maria belum makan malam?"

"Buah tangan saja sih, ini juga baru pukul 7 malam."

"Kenapa tadi tidak diajak saja sekalian?" Kening Johnny mengerut, tak percaya dengan apa yang baru ia dengar.

"Saya sengaja gag ngajak Maria karena takut situasi kita bertambah canggung." Johnny sudah melalui banyak kencan dan mengajak Maria pergi bersama adalah ide buruk.

Sodam tak menjawab, dia tak tahu harus menjawab apa, maka dia hanya mengangguk saja, berterimakasih karena Johnny sudah mau mentraktir dirinya dan membelikan makanan untuk orang dirumah. Mereka pulang bersama, berjalan menyusuri gang hingga sampai di halte.

"Hati-hati." Ucap Johnny, Sodam mengangguk dan melambaikan tangan sebelum naik kedalam bus, bahkan saat Sodam sudah duduk pun, perempuan itu melambaikan tangan karena Johnny belum menghilang.

Johnny masih disana, menunggu bus berlalu, Sodam melihat kebelakang dari kursinya yang berada paling burit, Johnny masih berada di halte?

Kini Sodam duduk termenung, memikirkan bagaimana jika hubungan ini berhasil dan dia melangkah lebih serius? Johnny duda beranak satu, fakta yang membuatnya merasa ragu, apa dia siap menjadi seorang istri? usianya lumayan matang dan kesiapannya sudah 90%. Namun mendadak menjadi seorang Ibu? Sodam kadang berbohong pada dirinya sendiri. Dia jelas menginginkan pria lajang, bukan pria yang pernah gagal berumah tangga.

||

Maria menyantap makanan dengan lahap, ini pukul 8 malam dan gadis 5 tahun itu baru Johnny jemput dari rumah orang tuanya. Kedua kaki kecil Maria yang tergantung mulai berayun, menikmati makanan yang Ayahnya bawa.

"Enak?"

Maria mengangguk, masih makan dengan lahap, Maria bukan tipe anak yang gampang makan, dia hanya makan makanan rumah atu yang Ayahnya bawa. Ibunya dulu mengajari Mari hal ini dan sudah terpatri dalam diri gadis kecil kita.

"Tante yang Ayah ceritakan, kapan mau diajak main kerumah?" Johnny acap kali mengajak kawan kencannya kerumah, dia fikir sebelum melangkah lebih jauh, lawan kencannya harus mengenal Maria, karena Johnny dan Maria adalah satu paket.

"Tante masih sibuk kerja."

Sodam tidak sibuk bekerja, Johnny memang tidak menanyakan hal ini sama sekali. Pertemuannya begitu akward, nampaknya kencan bersama Sodam tidak akan berhasil. Mereka nyaman saat berkirim pesan, nanun saat bertemu langsung, Sodam seperti orang lain.

Maria menyelesaikan makan, pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi, menganti pakaiannya dengan piama yang sudah Johnny siapkan. Gadis 5 tahun ini harus tidur. Sementara Johnny usai membacakan satu buku dongeng dan Maria terlelap. Dia pergi ke dapur, membuat secangkir kopi dan duduk di meja makan, menyesap kopinya pelan sambil memikirkan mungkin dia bisa menarik diri dari Sodam. Johnny ingin mendapatkan sosok wanita yang menerima dirinya apa adanya, menerima Maria tentunya.

Baru ia berfikir akan rencana menjauhi Sodam, ponselnya berbunyi. Nama Sodam nampak pada notive pesan masuk.

Sodam -Ibu sama Ayah bilang terimakasih untuk makannya.

Hanya itu, tak lebih. Johnny membalas cepat dengan stiker jempol. Dia tak berharap percakapan ini akan berlanjut. Namun layar menampilkan jika Sodam sedang mengetik.

Sodam  -Boleh saya kasih hadiah mainan buat Maria? Itung-itung ucapan terimakasih sudah mau traktir makan.

Johnny tak faham akan Sodam, tadi dia bersikap begitu diam, seolah tak acuh pada dirinya. Namun sekarang?

Johnny -Tidak perlu repot-repot, saya memang sudah rencana mau traktir kamu makan kok.

Sodam mengetik dengan cepat.

Sodam -Saya maksa!

Sodam –Boleh minta alamat rumah, Mas? Mau saya kirim.

Johnny bimbang. Sodam bertingkah beda, caranya seperti ini seolah ia menerima Johnny apa adanya. Lalu Johnny dengan nekat mulai mengetik.

Johnny –Kenapa harus dikirim, kamu gag mau ngasih langsung ke Maria?

Johnny mengutuk dirinya sendiri.

Sodam –Ide bagus, kalau Mas ada waktu, kabari ya.

Cukup! Johnny tak meladeni pesan masuk dari Sodam. Ponselnya ia geletakkan agak jauh dari cangkir kopi. Tak berniat membuka pesan hingga esok pagi.


||

Jarak | Johnny SuhOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz