22

2.1K 300 3
                                    


Jelena menatap kosong kearah gadis yang masih terbaring nyenyak. Di sampingnya Andreas terlihat sibuk menghubungi Jeremy untuk mencari tahu kejadian 15 tahun yang lalu.

"Maafkan aku. Seharusnya saat itu aku tidak egois dan membiarkan putri kita sendirian di luar sana," Jelena menatap Andreas penuh penyesalan.

"Ini semua bukan salahmu lagi pula dia sudah kembali. Fokuslah untuk merawatnya mulai sekarang," Andreas berusaha sebisa mungkin menenangkan wanitanya walaupun hatinya masih menyangkal keberadaan remaja yang masih terbaring itu.

Jelena menyenderkan kepalanya di dada Andreas dan memeluk erat tubuh itu menghirup aroma kesukaannya, "Siapa yang melakukan ini semua dan untuk apa?"

"Kak Raymond. Dia juga yang berusaha membunuh Yola," Jawab Andrina yang baru saja masuk dan melemparkan kotak kecil kearah Andreas.

"Jangan bercanda."

Andreas memandang kembarannya dengan pandangan menusuk. Jelena berdiri tegak dan memegang bahu Andrina.

Dengan tenang Andrina melepaskan tangan Jelena dan duduk dengan santai di sofa, "Untuk apa aku bercanda? Lihatlah, Andreas bahkan menatap ku seakan-akan bisa membuatku mati dengan pandangannya."

"Andreas, kau mengetahuinya?"

"Yeah. Baru saja aku akan memberitahu mu."

"Tapi tingkah mu seperti akan menyembunyikan hal sebesar itu dariku."

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah tahu? Sudahlah ini semua menjadi urusanku sekarang. Diam dan jangan menyusahkan ku."

"Apa maksudmu?"

"Diamlah Jelena."

"Bagaimana aku bisa diam saat anak-anak ku dalam bahaya!?"

"Lihatlah sikap mu ini. Inilah alasan ku tidak ingin memberitahu saat ini, menyusahkan ku saja!"

"Wow Andreas," Jelena memandang Andreas dengan perasaan terluka.

Menyadari ucapannya kelewat keterlaluan, Andreas berjalan keluar dan meninggalkan Jelena bersama Andrina.

"Upsie aku tidak tahu kalian akan bertengkar karena masalah seperti ini. Setelah sekian tahun lamanya kalian tidak cekcok tentunya," Andrina memberikan air minumnya untuk di berikan pada Jelena.

"Sudahlah. Jangan dimasukan hati ucapan kakak ku, kau tau sendiri bukan jika dia berada dalam mood tidak baik lebih baik jangan berbicara dengannya saat itu."

"Aish aku menyesal memberitahu mu."

"Tidak perlu, aku merasa baik jika tahu lebih dulu untuk saat ini walaupun bukan dari Andreas."

"Dia tidak memiliki nama. Kak Ray dan orang lain biasa memanggilnya angka satu entah apa artinya. Sedari kecil dia dilatih menggunakan senjata dan menjadi pencuri bayaran, dan yang pasti dia tidak tahu siapa orang tuanya."

🍓

"Hei, enak ya tidur di sekolah."

Alec memutar bola matanya malas melihat Zeno yang duduk di depannya membawa nugget untuk dirinya sendiri. Mana mau kakaknya itu berbagi dengannya kembali dia Yola.

"Dada mu masih sakit?" Pertanyaan Zeno membuat Alex reflek menyentuh dadanya dan menggeleng pelan.

"Kau tidak memberitahu siapapun bukan? Kalau papa dan mama tahu aku tidak bisa mengikuti kompetensi,"

"Tidak, malas mereka bertanya-tanya."

"Oh iya. Dimana lainnya?" Alec mengerutkan dahinya.

"Menunggu Kaira dan Natasha mempersiapkan lomba menyanyi bulan depan,"

Mi casa (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang