42. Odd

230 25 0
                                    

42

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

42. Odd

-HAPPY READING-

Senar gitar akustik menemani nyanyian Azka yang terdengar cukup merdu. Di sampingnya, ada Kalvin yang asik bermain game tema santai. Mereka berdua mengisi kekosongan Basecamp, di karenakan anggota Panthera yang lain belum datang ke Basecamp. Mungkin saja mereka masih ada urusan, atau terjebak macet. Mengingat bahwa Bandung sedang ada di puncak kemacetan.

"Kal," panggil Azka.

"Hmm?" sahut Kalvin tetap fokus dengan game yang ia mainkan di ponselnya.

Azka mendekap gitarnya, berhenti memetik senar gitar. Ia menatap langit-langit atap, kembali memutar memori saat Dito di keroyok habis-habisan dengan para pasukan gang motor Kavior. Ia kembali terbayang bagaimana suasananya saat itu. Cukup menegangkan.

"Gue tiba-tiba keinget waktu si Dito di keroyok sama pasukan Kavior." ungkap Azka.

Kalvin terdiam, dia mulai memutar kembali memori saat Dito di keroyok dengan pasukan Kavior. "Terus, kenapa?" tanya Kalvin.

"Enggak. Gue tiba-tiba keinget aja." jawab Azka.

Hening. Kalvin kembali fokus pada ponselnya lagi, sedangkan Azka hanya terdiam sembari menatap langit-langit atap, tidak memetik-metik senar gitarnya lagi.

"Kok sekarang Kavior udah jarang bertingkah ya?" sambar Azka.

Kalvin berdecak setelah mendengar sambaran Azka. "Ya bagus lah ege. Kita jadi aman, tentram, damai sentosa!"

-EROTAS-

Albar melangkahkan kakinya, memijaki satu persatu anak tangga. Bertepatan dengan itu, Alga menampakan dirinya. Anak tunggalnya itu tidak pernah ingin saling bertegur sapa dengannya di dalam rumah, semenjak Alga mengetahui sesuatu tentang Albar, yang di mana bukan fakta dan kenyataannya tidak benar.

Di pikiran Albar, Alga telah terpengaruh oleh omongan-omongan para pasukan Panthera. Sudah dari dulu Albar anti dengan gang motor bernama Panthera itu. Tapi Alga selalu tutup telinga saat Albar memintanya untuk keluar dan meninggalkan Panthera.

"Al, kamu mau ke mana?" tanya Albar.

Alga tak menjawab, ia seolah telah menutup akses telinganya untuk Albar. Alga beralih mengotak-atik ponsel untuk mengirim pesan kepada Arlando.

Albar bersedekap tangan di dada, menghela napasnya setelah pertanyaannya tidak direspon oleh Alga. "Kamu mau kumpul sama anak-anak berandalan itu lagi?"

Alga melirik sinis ke arah Albar, setelah mendengar ucapan lelaki itu. "Mereka bukan berandalan."

Alga memasukan ponselnya ke dalam saku jaket dengan kasar. Jujur saja, Alga ingin sekali mencakar wajah Papanya itu.

"Papa sudah ratusan kali bilang kalau Papa gak suka kamu ikut-ikut gang motor, Al. Papa nggak mau kamu malah jadi anak berandalan."

"Saya juga sudah ratusan kali bilang kalau mereka bukan berandalan. Saya nyaman di lingkungan mereka." balas Alga.

Albar berdecak, "Papa harus lakuin apa lagi supaya kamu bisa keluar dari Panthera?"

Alga terkesiap mendengar ucapan Albar. Seperti ada yang mengganjal di hatinya. "Maksudnya?"

"Papa harus ngelakuin apa lagi supaya kamu bisa keluar dari Panthera? Harus ngomong kayak gimana lagi? Dulu Papa pernah ngomong langsung sama Eren, buat ngeluarin kamu, tapi gagal. Papa udah ngerasin kamu, Papa udah sita motor kamu, sita jaket Panthera kamu, tapi semua itu nggak membuahkan hasil. Kamu tetep aja–"

"Berisik." pangkas Alga, merasa telinganya panas.

Alga melangkah keluar dari rumah setelah mempangkas ocehan Albar. Entah lah, Albar sudah tidak habis pikir dengan anak semata wayangnya itu. Tidak bisa di ajak bicara, dan tidak pernah mau mendengarkan segala ucapannya.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
EROTAS [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now