MONSTER API

7 0 0
                                    

Saat apinya semakin besar, seorang anak keluar dari gudang tersebut. Ia berjalan dengan begitu santai. Jaya memperhatikan langkah ringan anak tersebut. Setiap kakinya menapak, rumput-rumput langsung hangus. Jaya bergidik ngeri. Sebagian tubuh anak itu berapi. Matanya menyala jingga dan ia menyeringai tajam.

Jaya spontan terkejut ketika melihat wajah anak itu. Ia sangat mengenali pipi dengan luka gores itu. Anak kecil yang sedang berjalan ke arahnya itu adalah Banus. Jaya menggelengkan kepala. Tidak percaya dengan apa yang ia saksikan. Rasanya tidak mungkin putra pertamanya yang melakukan semua ini. Lantas Jaya berjalan mundur sambil mengangkat senapan.

"Berhenti. Jangan mendekat!" perintah Jaya.

"Ayah takut?" ujar Banus. Ia mengulurkan kedua lengannya, hendak meraih Jaya.

"Ayah tidak menyangka kalau kau yang melakukan ini semua, Nak."

Banus menghentikan langkah kakinya. "Ayah tahu, setiap malam Banus merasakan sakit. Banus juga tidak tahu, kenapa Banus bisa begini. Tapi api itu selalu berbisik untuk meminta tumbal dan Banus gak bisa ngelakuin ini, Yah ...."

Banus menundukkan kepala. Ia pun mulai menangis sesenggukan.

"Jika Banus menolak, api itu akan menyiksa Banus," tambahnya. "Api itu juga bilang kalau Banus tidak menuruti permintaannya, ayah dan Pati bakal mati. Banus gak mau itu terjadi, Yah."

Jaya mendadak beku. Ia kaget karena Banus selama ini menyembunyikan hal tersebut darinya. Jaya merasa gagal menjadi seorang ayah. Ini akibat terlalu sibuk dengan pekerjaan dan mengabaikan kedua anaknya.

Banus mengangkat wajahnya. "Sudah cukup berbincangnya," ucap Banus. Suaranya mendadak berat. Jaya yakin itu bukan Banus, melainkan makhluk lain.

Banus kembali menghampiri Jaya.

"Itu bukan Banus. Itu bukan Banus," kata Jaya pada diri sendiri. Ia tetap menjaga jarak dengan anaknya. "Kau monster."

Saking takutnya, Jaya terpaksa menarik pelatuk dan .... Dor! Dor! Dua peluru bersarang di bahu anak itu. Banus terjatuh. Namun tidak lama kemudian, anak itu kembali bangkit. Lubang bekas tembakan di tubuhnya mengeluarkan peluru Jaya dan luka perlahan memulih. Disekitar luka tembakan juga terbentuk garis yang memanjang dan bercabang seperti sungai lava.

Jaya berhenti mundur saat berada di depan halaman rumah. Ia membuang senapannya. Pria itu tidak sanggup melukai anaknya sendiri. Bahkan Jaya sangat menyesali tindakannya barusan. "Nak, hentikan semua ini. Kamu tidak akan membunuh ayah, iya 'kan?"

"Tapi ayah tadi menembak Banus."

"Ayah minta maaf. Ayah tadi cuma ketakutan," ucap Jaya gemetar. "Tapi ayah tetap sayang sama kamu."

Lantas api ditubuh Banus memudar dan perlahan kembali ke bentuk anak kecil. Sementara itu, dari balkon Deri terperangah jika itu adalah Banus.

"Jadi, selama ini monster api yang membakar istriku hidup-hidup adalah ... Banus?" Rahang Deri mengeras seketika. Hatinya pedih mengingat peristiwa nahas itu. Sesuai rencana, ia memutar keran dan mengarahkan selang air ke tubuh Banus. Saat apinya padam, Deri akan turun dan membunuhnya.

Banus mendengar suara Deri dan ia melirik ke atas. Jaya mendongak sambil berteriak, "Deri, jangan!" Namun sudah terlambat. Air dari selang keluar begitu deras.

Mata Banus langsung merah menyala. Ia mengamuk seketika. Api di tubuhnya kembali membara. Anak itu menjadi ganas. Ia mengangkat tangan dan menyemburkan api yang sangat besar. Secepat kilat api itu melahap Jaya, Deri, dan rumahnya hingga tak tersisa.

***

Beberapa jam kemudian, Pati terbangun dan melihat ia berada dalam dekapan Banus. Ia mencium bau rumput gosong. Anak itu segera berdiri dan melihat rumahnya terbakar. "Apa yang terjadi, Kak?" tanyanya kebingungan.

"Ayah lupa mematikan kompor," ucap Banus pelan. Kini ia terlihat seperti anak-anak pada umumnya. Tidak ada api yang membara di tubuh.

Polisi datang tidak lama kemudian. Mereka terkejut. Lantas Salah satu dari mereka menghubungi pemadam kebakaran. Banus dan Pati pun segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Tahukah kalian, sebagian kulit Banus melepuh. Itu akibat Deri menyirami dirinya dan justru sebagian tubuh yang tidak terkena air terlihat biasa-biasa saja. Sempurna sudah ... ia tampak seperti korban kebakaran yang selamat, bukan sebagai monster api yang mengerikan.

Banus diam-diam menyeringai dengan mata yang berkaca-kaca.

Tidak akan ada yang curiga ....

BANUS(PATI) : TEROR MONSTER APIWhere stories live. Discover now