Admit it! [2]

1.3K 197 46
                                    

Di dalam kamar luas bernuansa abu itu seorang pemuda tengah berbaring dengan pikiran kacau. Kelopak mata itu terbuka dan menampakan iris biru safir nya. Kejadian siang tadi benar-benar mengganggu pikirannya saat ini.

Flashback On

Naruto memarkirkan mobilnya di depan sebuah toko kue yang terkenal di kota mereka. Pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah itu melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam toko tersebut.

Ia sempat menggerutu kesal karena ibu nya yang meminta ia untuk singgah sebentar dan membelikan beberapa pastry kesukaannya. Naruto sempat menyindir perihal mobil mewah koleksi ibu yang berjejer menganggur dan kenapa tidak digunakan untuk pergi membeli kue.

Bukannya membatalkan pesanan pada sang anak, Kushina malah mengomel panjang dan mengungkit semua pengorbanannya untuk Naruto. Jadi dengan malas, Naruto pun menuruti permintaan sang ibu tercinta.

Naruto disambut dengan wangi khas toko roti, tapi saat ini bukan itu yang menjadi fokusnya. Eksistensi seseorang yang tengah serius memperhatikan ke dalam etalase membuat Naruto terpaku sejenak. Beberapa saat kemudian ia memilih untuk melangkah mendekat untuk memesan.

"Cinnamon roll satu dan cheese cake satu." Hinata menyebutkan apa yang akhirnya ia putuskan untuk dibeli.

"Pantas saja pipi mu itu bulat, makanmu banyak."

Tubuh gadis itu terpaku mendengar suara seseorang di sebelahnya. Mata Hinata terbelalak melihat Naruto yang saat ini tengah menggeser layar ponselnya. "Na-Naruto-kun.."

"Ambilkan aku semua ini."

Kasir itu membaca catatan nama-nama pastry yang ada di dalam ponsel sang pemuda dan meminta nya menunggu sebentar. Hinata tersentak saat wajah datar Naruto kini menoleh ke arahnya. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, hatinya masih rawan dan takut kembali tertarik ke dalam keindahan mata itu. Beruntung pelayan sudah selesai mengemas pesanannya, Hinata buru-buru membayar dan keluar dari sana tanpa mengucapkan apapun pada Naruto.

Naruto mematung di tempatnya, sambil kedua matanya terus menatap keluar melihat kepergian Hinata. Entah kenapa, ia merasakan sesuatu yang mencubit hatinya. Hinata yang tampak jelas menghindarinya, membuat Naruto benar-benar merasakan perasaan asing, perasaan tak rela.

"Kenapa dengan perasaan ini.."

Panggilan dari pelayan toko membuatnya tersadar dari lamunannya. Naruto membayar dan mengambil pesanannya.

.

Sedangkan di luar Hinata sudah tak bisa menahan air matanya. Ia menghentikan langkahnya dan duduk di salah satu bangku terdekat. "Kenapa sakit sekali yaa.."

Flashback Off

"Semoga belum terlambat."

***

Hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga untuk kelas Hinata, dan hari ini mereka akan berlatih untuk pengambilan nilai baseball. Ebisu selaku Guru olahraga membuat semua siswa di kelas Hinata terkejut karena mendatangkan para pemain baseball kebanggaan sekolah mereka. Beberapa siswi di sana bahkan tak dapat menahan teriak kegirangan.

Ebisu-sensei menjelaskan bahwa hari ini mereka akan dibantu oleh para atlet baseball sekolah untuk berlatih. Hinata mencuri pandang ke arah salah seorang yang sedang berdiri di sana, matanya seolah enggan berkedip.

"Ayolah hati.. jangan lemah!!"

Sepasang tangan menutup kedua mata Hinata dari arah belakang, "Eits, kau tidak boleh melihatnya seperti itu!!"

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang