Chapter 12-Ketidakberdayaan

460 71 11
                                    

~Happy Reading~

Sudah otomatis Jihoon melonggarkan semua ototnya di saat matahari mulai menunjukkan wujudnya. Melenguh panjang beserta menggaruk tengkuknya. Merasa ada yang kurang.

"Hyunsuk?" Sosok mungil itu tak ada di sampingnya.

Di pagi hari tanpa ada suara ribut dari dapur atau teriakan membahana dari Hyunsuk adalah sesuatu yang kurang di rumah ini. Bau masakan pun tak tercium atau suara protes dari anak-anaknya kala dibangunkan.
Hyunsuk tak mungkin pergi belanja, kemarin Jihoon sudah menemaninya belanja seperti biasa.

Jihoon turun dari ranjang dan mencarinya. Seisi rumah telah ia cari dengan memanggil namanya. Namun nihil, tak ada hasil sama sekali. Jihoon pun memutuskan untuk membangunkan anak-anak saja.

Tak membutuhkan waktu yang lama keempat pemuda itu telah bangun karena Jihoon membangunkan mereka dengan tenaga.

"Appa, Eomma di mana?"

"Hari ini sarapan apa?"

Tanya dua bocah beda 6 bulan itu.

"Appa tidak tahu. Eomma tiba-tiba saja menghilang."

"APPA, ADA DARAH!!" Jerit Doyoung dari lantai bawah. Jeritan Doyoung membuat seisi rumah berlari ke arahnya tepat pada ruang tamu. Termasuk Junkyu yang langsung mengumpulkan seluruh nyawanya.

Setetes darah yang sudah sedikit kering menempel pada lantai marmer putih itu, juga sumpit stainless berlumur darah. Pasti ada yang melakukan perlawanan di sini, bukan?

"Appa." Junkyu menghampiri Jihoon sambil menunjukkan pesan dari nomor tak dikenal lagi yang mengirimkan foto.

Dalam foto itu, terlihat Hyunsuk yang terbaring tak sadarkan diri dengan alat medis menancap di titik-titik tertentu dalam tubuhnya.

Juga tertera alamat yang harus Jihoon kunjungi. Terakhir tak kalah penting, 'selamatkan istri mu ini dalam kurun waktu 3 jam setengah atau kau akan kehilangan dia.'

"Anak-anak bersiaplah!"



Brum!!

Jihoon mengendarai mobil van-nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ayah empat anak itu terus diam dibandingkan anak-anaknya di belakang yang saling berunding mengenai posisi masing-masing.

"Junghwan, kau nanti ikut Jeongwoo. Kalian berdua masuk ke jalan tikus ini." Junkyu mencorat-coret tabletnya penuh keseriusan. "Aku akan mengirimkan kodenya pada Junghwan nanti setelah kau masuk." Junghwan pun ditatap dalam oleh kakaknya.

"Mengerti."

Seperti inilah penampakan bila Junkyu sedang serius. Terlebih lagi ini menyangkut nyawa ibu negara mereka.

Jihoon menginjak pedal rem secara mendadak, menciptakan gaduh dari empat anaknya yang duduk tanpa menggenakan sabuk pengaman.

"Aduh, kepalaku!"

Inilah pentingnya memakai sabuk pengaman ketika berkendara.

"Kita sampai." Suara datar Jihoon mengundang mereka untuk melenggokkan kepala keluar. Di dalam bangunan haram itu Hyunsuk disekap.

Jihoon yang masih menatap marah ke depan, akhirnya sadar dengan putranya yang kini menaruh perhatian padanya.

"Eomma kalian akan baik-baik saja. Kalian juga harus jaga diri, ya? Ingat kata Appa, jangan pernah saling meninggalkan, paham?"

"Paham!"



Penuh genit Doyoung berjalan masuk ke dalam bar sekaligus tempat berjudi itu, bahkan ia tak ada rasa malu untuk menggoda para wanita di sini. Doyoung tidak boleh membuat kecewa, dia sudah berpengalaman dengan posisi yang seperti ini.

Little Monster {HoonSuk}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang