Game

212 44 20
                                    


Happy Reading

Suara sirine polisi terdengar malam itu. tepat setelah kedua orang tua Fiki dan Shandy pulang, Fiki segera menceritakan seluruh kejadian yang mereka alami dengan tangisan yang belum usai dan suara yang terbata-bata, hingga akhirnya Zweitson lah yang melanjutkan cerita dan mengajak kedua orang tua sahabatnya itu naik keatas untuk melihat tempat kejadian.

Jujur sebenarnya kedua orang tua Shandy tidak dapat mempercayainya, mereka awalnya mengira bahwa ini hanyalah untuk konten prank seperti yang biasa kedua kakak beradik itu lakukan, namun pemikiran keduanya langsung terbantahkan dikala melihat situasi di kamar putra sulungnya itu, yang bahkan juga terdapat darah yang masih menetes dari lilin yang sebenarnya telah padam, serta darah segar di atas lantai di dekat tempat tidur yang membuat mereka panik dan segera melapor polisi.



Kini di depan kamar Shandy telah terdapat garis polisi dengan beberapa petugas yang mencoba mencari petunjuk serta memotret kondisi di dalam kamar, beberapa benda yang menurut mereka bisa di gunakan sebagai petunjuk telah mereka amankan. Dan kini Fajri, Fiki serta Zweitson hanya dapat duduk di ruang tamu dan menjawab seluruh pertanyaan yang dilontarkan para mereka.

"Jadi kalian mendengar suara teriakan dari dalam kamar dan saat kalian mengecek... Sudah tidak ada siapapun di dalam kamar?," tanya seorang petugas setelah mendengarkan penjelasan dari ketiga remaja itu dan ketiganya hanya mengangguk lemah.

"Pak, tolong temukan kakak saya, belum lama ini kakak saya sakit dan dia baru diperbolehkan keluar rumah beberapa hari yang lalu... Saya takut kakak saya sakit lagi," ucap Fajri memohon dengan suara paraunya karena terlalu lama menangis

"Tolong temukan abang saya juga ya Pak, walaupun abang saya nyebelin dan gak bisa diem tapi saya sayang banget pak sama abang saya," ujar Fiki yang kemudian kembali menangis dan Zweitson yang berbeda di sampingnya hanya dapat memeluknya dan mencoba menenangkannya

Petugas itu hanya menghela nafas panjang, dan mengangguk ragu di hadapan ketiganya, ia beranjak untuk memeriksa CCTV yang memang terpasang didalam kamar Shandy, karena menurut rekannya terdapat hal aneh pada rekaman CCTV.

"Bagaimana?" tanya petugas itu pada rekannya yang masih mengamati rekaman CCTV

"Kalau tidak salah anak-anak itu tadi bilang kalau ada tujuh orang didalam kamar kan?" tanya polisi wanita itu yang lantas langsung di angguki oleh rekannya yang barusan mengintrogasi Fajri, Fiki dan Zweitson.

"Tapi kenapa di CCTV justru terlihat ada delapan orang yang berada di dalam kamar pada saat itu, bahkan orang itu terlihat beberapa kali mencoba untuk menutup CCTV," tegas petugas wanita itu.

Para petugas itu kembali mengamati CCTV namun sayangnya cctv itu tidak merekam apa yang sebenarnya terjadi setelah Fiki, Fajri dan Zweitson keluar dari kamar. Yang lantas menimbulkan kecurigaan dari beberapa petugas kepada Fajri, Fiki dan Zweitson.

Petugas itu kembali keruang tamu dengan laptop di tangannya, di lihatnya ketiga pemuda itu yang masih menangis di dekapan orang tuanya masing-masing.

"Permisi, maaf sebelumnya... Boleh saya kembali bertanya?" tanya petugas itu yang langsung meletakkan laptop di meja yang berada di hadapan ketiga pemuda itu.

"Kalian bilang tujuh orang didalam kamar, lantas siapa satu orang yang tersisa yang ada di dalam video ini?" tanya petugas itu dengan tegas

Fajri mendekat dan memperhatikan video itu dengan teliti begitupun dengan Fiki dan Zweitson yang bahkan langsung menggelengkan kepalanya.

BLACK DOOR ✅Where stories live. Discover now