Chapter 5

927 83 11
                                    

16.47 p.m

Awan abu tak begitu indah dilihat sekarang ini, angin yang kadang berembus sangat dingin menusuk pori-pori kulit, membuat bulu kuduk meremang kedinginan. Membuat sebuah candu akan kelembutan hangat nya selimut dan nyaman nya kasur. Tapi, siapa yang tau akan takdir hidup seseorang?

Mungkin sore ini kalian bisa pergi pulang dan beristirahat lah sejenak, memejamkan mata dengan tenang, tertidur terlentang menatap langit-langit kamar yang tak begitu diindahkan. Hanya menatap nya dengan mata namun jiwa nya entah kemana.

Banyak yang dapat kita lakukan di sore ini bukan? Menghabiskan waktu bersama keluarga? Teman? Sahabat? Pacar? Entahlah. Atau kalian dapat menghabiskan waktu sendiri tanpa orang siapapun itu.

Sama seperti pemuda safir itu, ia berjalan menyisiri kota dengan headset sebagai teman nya kali ini. Menikmati semua dengan iringan lagu musik yang mengalun dari headset benar-benar membuat suasana hati menjadi tenang bersama sore kali ini. Sore tak sejingga biasa nya pun, tetap bisa dinikmati dengan cara apa pun.

Semua itu berawal dari kita, bukan dari orang lain.
Semua pasti ada pilihan, kita tinggal pilih mana yang menurut mu itu adalah pilihan yang terbaik dan membuat mu beruntung untuk dirimu sendiri.
Semua bukan lah kata orang lain, tapi semua berawal dari kata hati mu yang menyakinkan bahwa apa yang kau lakukan adalah hal yang terbaik.
Dirimu adalah dirimu sendiri, jangan dengarkan kata orang lain kalau dirimu di remehkan, kembali jawab agar mereka menciut.
Mungkin dirimu boleh menjadi penyelamat, menjadi superhero, tapi tolong jangan sampai kau terjerumus dan kau pun ikut menjadi korban.



"Bosan... ". Ia bermonolog dengan menatap langit sore yang mendung. Berjalan beriringan melewati semua tempat yang nyaman, tapi ia memilih untuk tetap berjalan.

"Biasa nya sore-sore begini kita akan keluar dari rumah dan memulai petualangan, mendaki bukit meskipun itu cuma di belakang rumah. Tapi kini kita harus sibuk ya?". Ia tersenyum miris, menunduk, membuat poni nya menutupi sebagian mata nya. Ia menatap kesebuah jam di tangan nya, menunjukkan pukul 16.50 p.m, ia bergegas mengambil langkah cepat menuju kesesuatu tempat yang mungkin bagi nya nyaman. Entah lah. Tunggu saja.

Kafe.

Hm, itulah tempat yang pemuda safir di tuju. Ia masuk membuat lonceng kecil diatas sana berbunyi, semua mata tertuju pada nya namun setelah itu tidak memperdulikan nya, melanjutkan kegiatan mereka masing-masing. Ia memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, semburat cahaya jingga tak begitu terlihat karena mentari sedang redup-redup nya. Ia melepas topi biru kesayangan nya diatas meja tepat dihadapan nya, menatap lama kearah topi itu. Pandangan nya mungkin tertuju pada topi itu namun mungkin jiwa nya mengulik ke masa lalu, dimana masa-masa yang dimiliki nya sangat lah indah.

Ia menghela nafas berat, memejamkan mata sejenak, lalu memesan minuman. Seketika mata nya tertuju pada sebuah panggung kecil di sudut kafe sana. Panggung itu membuat diri nya terhasut dalam sebuah alunan. Tanpa berpikir panjang, ia melahkan kaki nya menuju panggung kecil itu, tangan nya menyambar sebuah gitar klasik, lalu ia terduduk di kursi diatas sana. Menyalakan mic lalu mendekatkan kedua belah bibir nya ke permukaan mic hitam itu.

"Hai selamat sore". Seketika kalimat itu membuat mereka yang ada di dalam kafe itu menaruh tatapan mata kepada pemuda itu, yang kita kenal Taufan.

"Kita sadar, sore kali ini tak begitu jingga dan tak begitu hangat seperti biasa nya bukan?".

"Sore kali ini biarkan lah mendung".

"Jangan lupakan alunan musik yang akan mengusik kalian dengan nada pelan dan bermelodi landai".

"Kini kepersembahkan lagu yang mungkin bisa membuat kalian nyaman menikmati sore kali ini. Selamat menikmati". Ia memejamkan kedua mata nya, membuat iris biru shappire nya yang indah tertutup oleh tirai mata. Membuat sebuah penghayatan yang akan ia persembahkan. Sebuah petikan gitar menggema seketika. Sebuah suara kecil mengalunkan sebuah lagu seketika samar-samar hampir tak terdengar.

IT'S RAINING, IT'S POURING - Anson Seabra

It's raining, it's pouring

My eyes, oh, they're stormy

And I don't wanna leave this bed

It's raining, it's pouring

It's four in the morning

And I don't wanna cry

But I need you here 'cause I'm a mess

Blue skies turn to grey now

My eyes turn to rain clouds

And I'm tired

It's been three weeks since you left me

So tonight, I'm feeling empty

I don't know why

We were nine clouds high, then we fall down

Now here to hide, caught in the fallout

And I can't lie, wish you'd call now

For one more time, one more time

It's raining, it's pouring

My eyes, oh, they're stormy

And I don't wanna leave this bed

It's raining, it's pouring

It's four in the morning

And I don't wanna cry

But I need you here 'cause I'm a mess

Flashback to your apartment

Slow dancing in the darkness

We were fine

I knew then, we should've seen this

And we tried but somehow we missed

All the signs

Now we're nine clouds high, then we fall down

Nowhere to hide, caught in the fallout

And I can't lie, wish you'd call now

For one more time, one more time

It's raining, it's pouring

My eyes, oh, they're stormy

And I don't wanna leave this bed

It's raining, it's pouring

It's four in the morning

And I don't wanna cry

But I need you here 'cause I'm a mess

Come back home

Just come back home

Just come back home

It's raining, it's pouring

My eyes, oh, they're stormy

And I don't wanna leave this bed

It's raining, it's pouring

It's four in the morning

And I don't wanna cry

But I need you here 'cause I'm a mess

I need you here 'cause I'm a mess

I need you here 'cause I'm a mess


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


TO BE CONTINUED . . . . .

Dengarkan Aku! (BoBoiBoy Taufan)Where stories live. Discover now