3 - Goes to Pondok Indah Mall

382 17 2
                                    

Seiring dengan berlalu nya malam, penonton CTC (Chicser Tour Conser) pulang ke rumah mereka masing-masing. Tak terkecuali dengan dua wanita yang sama-sama mengenakan celana jeans hitam dengan atasan ungu, Vanessa dan Rea.

Karena berdesak-desakan, Vanessa dan Rea pun bersabar menunggu sepi sembari menikmati jaringan wifi gratis. Oke, tak heran. Nenek-nenek main gadget pun betah lama-lama di hotspot area.

"Sayangnya udah selesai," Kata Rea.

"Ya setidaknya aku bisa menghindari buku-buku pelajaran yang sudah berteriak minta dibaca," Balas Vanessa.

"Lagian, tumben banget kamu mau nonton konser? Padahal kan besok sekolah?" Tanya Rea bingung.

Vanessa mengangkat bahunya sedikit, "Refreshing dikit apa salahnya sih?"

"Udah jam 12 malam nih, udah agak sepi juga. Pulang yuk, Re," lanjutnya.

Mereka berdua berjalan menuju pintu keluar dengan rasa senang menjalari seluruh tubuh. Entah sejak kapan Vanessa terpikat dengan penampilan Philippines Dance Group, Chicser, yang baru mereka tonton.

Beberapa menit kemudian keduanya sudah berada di dalam mobil Vanessa. Jalanan Jakarta lumayan ramai meskipun tengah malam. Pertanyaan muncul begitu saja di benak Vanessa. Apa yang mereka lakukan malam-malam begini? Apa mereka bekerja malam hari? Atau pulang nonton konser seperti dirinya? Atau kemungkinan yang paling aneh, mereka mengigau dan menjalankan mobilnya dalam tidur. Tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut segera ia buang dari kepalanya.

"Bagus banget ya tadi?" Decak kagum Rea belum berhenti.

Vanessa hanya mengangguk pelan. Tak lama kemudian, ia menguap. Matanya sudah tinggal 20 watt. Untung saja tak butuh waktu lama untuk mereka kembali ke rumah.

"Re, aku nginep ya? Capek," Pinta Vanessa memohon.

"Loh? Kan belum persiapan, Nes? Besok bolos sekolah? Udah kelas 12 loh?" Cerocos Rea.

"Gampang. Buku-buku udah rapi. Tinggal telepon Pak Agus, biar besok dianter sama seragamnya."

Rea ber-o panjang tanda menyetujui.

Mereka berjalan lemas, lunglai, dan tak berdaya menuju kamar Rea. Sesampanya di pintu kamar, bau vanila pengharum ruangan langsung menyeruak hidung Vanessa. Wallpaper kamar nya yang bergambar langit-langit malam sangat khas. Mereka berdua langsung berbaring dan tertidur pulas di ranjang big-size Rea.

***

"Ke PIM yuk? Ada meet up sama penulis favorite aku," Ajak Rea kepada Vanessa sepulang sekolah.

"Aku pulang dulu ya, dari kemarin belum nginjek lantai rumah rasanya aneh."

"Iya, jam 3 berangkat ya. Pake mobil ku aja, nanti aku samperin ke rumahmu deh," Kata Rea mengangguk.

Vanessa pulang dengan mobil putih nya yang dari semalam (sama seperti dirinya) belum pulang ke rumah.

Kemacetan yang sedang malas datang menguntungkan Vanessa, dan tentu saja semua pengendara. Mereka menjadi lebih cepat sampai tempat tujuan.

Saat memasuki pintu utama rumahnya, Vanessa di sambut oleh Mbak Sus, asisten rumah tangga nya.

"Ibu sama Bapak kemarin malam ke Singapore, Dek. Katanya pulang besok pagi," Ujar Mbak Sus.

Vanessa mengangguk dan duduk di sofa. Karena Vanessa anak bungsu, maka Mbak Sus memanggilnya dengan sebutan 'Adek'. Sedangkan Kevin, kakak sulung Vanessa, dipanggil dengan sebutan 'Mas'. Dan kakak perempuan nya, Zira, di panggil dengan sebutan 'Mbak'.

"Makan dulu, Dek? Ada nasi goreng sossis," lanjut Mbak Sus.

"Nggak. Nanti aku mau ke PIM sama Rea. Makan disana aja," Balas Vanessa.

"Kak Zee sama Kak Kev mana, mbak?" Timpalnya.

"Belum pulang. Mas Kevin ada acara di kampusnya, pulang nanti sore katanya."

"Yaudah. Aku capek, tidur dulu ya, Mbak."

Vanessa naik ke kamar nya di lantai dua. Setelah berganti baju, ia tidur dengan nyenyak. Rupanya ia memang benar-benar kelelahan.

Pukul 14.37 WIB

Vanessa terbangun dari tidur pulasnya. Jam dari iPhone yang tergeletak di sampingnya memaksa untuk segera pergi ke kamar mandi. Entah untuk mandi atau hanya sekedar membasuh muka.

Sambil beberapa kali menguap, Vanessa melangkahkan kaki-kaki panjang nya menuju wastafel kamar mandi. Ia melihat wajah nya sendiri yang baru bangun tidur di cermin wastafel porselen dan mengacak-ngacak rambut yang sebenarnya sudah teracak sendiri.

Vanesaa menguap untuk entah yang ke berapa kali. Ia pun segera membasuh wajahnya dengan air segar yang mengalir. Baru dua kali basuhan, suara klakson terdengar menggema di depan rumah nya. Vanessa mengintip dari balik tirai jendela kamar, dan benar saja, itu Rea.

Vanessa segera turun dan mempersilahkan Rea masuk. Lalu kemudian ia kembali lagi ke atas dan mengganti pakaiannya.

"Teh apa es lemon, mbak?" Tanya Mbak Sus kepada Rea.

"Nggak usah, Mbak Sus. Habis ini langsung berangkat kok," Senyum Rea mengembang di akhir kalimatnya.

Sekitar 10 menit, Vanessa turun. Kaos biru cerah di lapisi dengan jaket hitam tipis yang tidak di kancingkan, dan celana jeans hitam tak terlalu ketat menempel di badannya. Ditambah sepatu nike hitam-merah muda menghiasi yang kaki nya menambah kecantikan Vanessa.

Di depan Vanessa, kini berdiri Rea dengan kemeja merah kotak-kotak, celana jeans biru, dan sepatu bermerek sama dengan Vanessa tetapi berwarna putih-merah. Tak lupa, tas orange kecil nya yang menggantung di bahu terlihat mencolok.

"Ayo!!" Rea menarik tangan Vanessa ke mobil.

---

Jeng jeng .. !!
Pendek ya? ~[°-°]~ >> emoticon apa iniii???? Kenapa ada disini?? Nggak tau? Yaudah sama.
Tau kok, pasti males baca coretan-coretan yang bukan bagian cerita.
Tapi author cuma mau nge refresh otak aja setelah sekian lama menulis dengan penuh perasaan cinta dan kasih sayang yang mendalam *sok banget*

Rasanya ini cerita bakal panjang banget deh nanti?
Tapi entah kalo (seperti cerita sebelumnya) harus stuck karena beberapa kendala, dan langsung author ending-in cerita karena nggak mau di cap PHP.
Yahh setidaknya author telah berusaha dengan sekuat tenaga (dan sekuat uang pulsa) agar cerita ini bisa nyampe sepanjang alur di kepala.

Okay, segini aja dulu.
Salam hangat,

Ir. Author Kece, M.Pd (magister pendidikan), McD (McDonald)
*ala radith*

Ranz in My DreamWhere stories live. Discover now