05

79 19 4
                                    

Happy Reading:*

Tandai jika penglihatan kalian menjumpai typo<3

Kalian tahu nggak cara menghargai seorang penulis?

Cara buat penulis senang terus semangat menulis?

Kalau nggak tahu coba kalian komen disini nanti aku jawab

Berhubung hari ini tanggal merah dan tentunya seluruh sekolah di Indonesia libur termasuk SMA Antariksa, sekolah Ata dan Ara. Pagi tadi Yunita, mama Ara meminta tolong pada Ata untuk mengantar dirinya belanja ke pasar.

Jadilah saat ini Ata menginjakkan kakinya ke pasar tradisional untuk pertama kalinya di tahun ini. Ingat! Ata ini termasuk jajaran anak sultan yang mainnya keluar masuk Mall, tapi bukan berarti tidak pernah berpijak pada tempat ini, pernah kok walau maksimal cuma dua kali setahun. Contohnya disituasi seperti ini.

"Tan, masih lama apa gak? Ata capek nih." Keluh Ata, lututnya terasa linu karena sejak satu jam lalu berputar mengelilingi pasar tanpa istirahat.

"Bentar, Ta, tante mau beli ayam dulu tadi Ara minta dimasakin ayam." Jawab Yunita tanpa melihat wajah melas Ata yang sudah mulai merasa tersiksa.

"Pak! Ini ayam sekilo berapa?"

"Empat puluh empat ribu, buk."

"Kok mahal banget pak, kemarin aja bibi saya beli masih tiga puluh delapan ribu loh! Gak bisa kurang apa?" Penjual itu menggeleng menolak tawaran Yunita.

"Nggak bisa bu, harga ayam emang lagi naik."

"Kurangi deh pak, empat puluh ribu deh, ya." Bujuk Yunita berharap pedagang di depannya ini mau memberi sedikit penurunan harga, namun nihil.

'Allahu, cuma naik lima ribu tan, mending iyain aja deh ketimbang Ata pulang ngesot gegara linu ini lutut berdiri mulu.' Ata mulai menggeram dalam hati, ingin sekali dia duduk lesehan dibawah, namun ia enggan, bisa-bisa dirinya mendapat lemparan uang receh dari orang-orang pasar.

"Udah deh tan, gapapa cuma naik lima ribu doang, udah mulai siang ini kasihan Ara nunggu lama di rumah."

'Kasihan Ata juga rasanya udah mau lumpuh ini'

"Nggak bisa Ta, lima ribu juga lumayan bisa buat tambahan beli bumbu lainnya." Kekeh Yunita yang masih mempertahankan penawaran nya. "Ya pak boleh dong, empat puluh ribu."

"Maaf bu nggak bisa."

"Ck, yaudah gak jadi, makasih pak. Yuk Ta pulang aja." Seakan mendapat hadiah lotre seratus juta dengan semangat Ata mengangguk dan menenteng tas belanjaan Yunita di kedua tangannya.

Baru berbalik bahkan belum sempat melangkah, tiba-tiba "Yaudah bu, empat puluh satu ribu, gimana mau gak?"

"Emm, yaudah deh pak kasihan juga anak saya udah nunggu ayamnya."

Jangan tanyakan komuk Ata saat ini, ingin sekali ia mengumpat melihat drama dunia pasar.

"Kenapa gak dari tadi anjir."

"Kenapa, Ta?" Tanya Yunita, telinganya sempat mendengar Ata bergumam walau tidak begitu jelas.

"Ah, enggak tan, tadi Ata lihat ada ayamnya yang terbang."

Yunita menggeplak pelan lengan ata seraya terkekeh. "Bisa aja kamu kalau ngelawak."

Batin Ata saat ini yang tertekan

Batin Ata saat ini yang tertekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ata&AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang