L i m a

716 89 63
                                    

"Hai kak, udah siap?" Tanya Tzuyu seraya menghampiri Jihyo yang sedang memakai sepatu di depan kamarnya. Jihyo mengangguk lalu berdiri untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Tzuyu. Meskipun tetap tidak bisa sejajar karena perbedaan tinggi yang cukup jauh.

"Udah, ayo" ucap Jihyo dengan senyuman. Keduanya melangkah bersama menuju parkiran motor. Sebelumnya mereka sudah janjian bahwa malam ini yang akan membawa motor adalah Tzuyu.

"Sini pake helmnya" ucap Tzuyu sembari menarik tubuh Jihyo mendekat. Jemari lentiknya cekatan memasang helm ke kepala Jihyo. Membuat Jihyo harus sedikit menahan napas karena jarak yang terlalu dekat.

"Mau makan di mana kak? Atau aku aja yang milih?" Tanya Tzuyu.

"Kamu aja yang milih. Malem ini aku yang traktir"

"Eh nggak bisa gitu dong. Kak Jihyo aja nggak pernah mau aku traktir, selalu ikut bayar bill, masa tiba-tiba mau traktir gitu aja"

"Hehe nggak papa Tzu, aku baru dapet dividen" ucap Jihyo. Tzuyu tau itu. Tzuyu tau karena ia juga membeli saham di sekuritas yang sama dengan Jihyo, tapi bedanya uang dividen yang Tzuyu dapatkan sudah habis tadi siang. Habis untuk makan, nonton bioskop, membeli kacamata, dan juga jalan-jalan dengan Sana.

Tak mau membuang waktu, Tzuyu segera menjalankan motornya. Jihyo di belakang hanya diam dan menikmati suasana malam hari kota Yogyakarta. Mungkin saja malam besok tidak akan seindah malam ini.

****

"Silakan ditunggu pesanannya" ucap salah seorang pelayan yang baru saja melayani Jihyo dan Tzuyu. Keduanya sudah sampai di tempat makan dan sudah duduk dengan nyaman.

"Gimana tugas? Aman?" Tanya Jihyo memecah keheningan. Tzuyu mengangguk.

"Kakak aman kan?"

"Iya aman"

"Aku ngajak makan karena ada yang mau diomongin Tzu" ucap Jihyo. "Tapi abis makan aja ya?"

"Iya kak" ucap Tzuyu. Perasaannya sudah tidak enak. Bahkan saat makanan datang dan juga saat ia menyatap makanan, rasanya seperti hambar.

Waktu terus berlalu, Jihyo sudah selesai dengan makannya begitu juga dengan Tzuyu. Gadis berambut pendek itu segera membuka suaranya.

"Tzu sebelumnya aku minta maaf kalo ini terkesan mendadak, tapi aku mau kita udahan aja ya" ucap Jihyo tiba-tiba, membuat Tzuyu stagnan di tempat. Otaknya membeku sepersekian detik. Ia tak menyangka kalimat pertama yang Jihyo keluarkan adalah kalimat itu.

Tzuyu kira Jihyo hanya akan menanyakan perkara absennya Tzuyu dari aktivitas mereka bersama. Entahlah ini terlalu tiba-tiba untuk Tzuyu. Tzuyu yakin Jihyo hanya bercanda. Mana mungkin Jihyo mau mengakhiri hubungan ini begitu saja kan? Tzuyu masih diam saja, masih mencoba menelaah apakah Jihyo serius atau tidak.

Suasana jadi hening. Jihyo memilih untuk melanjutkan kata-katanya. Ia tak suka dalam keadaan hening begini.

"Aku merasa kita udah nggak cocok, udah nggak sefrekuensi, mungkin juga itu semua karena aku bikin kamu nggak nyaman"

Hening.

Hening yang sangat tidak nyaman.

Mungkinkah Jihyo mengetahui apa yang Tzuyu lakukan? Atau jangan-jangan Jihyo juga ada yang lain? Berbagai kemungkinan melintas di kepala Tzuyu. Membuat stigma-stigma baru bermunculan.

"Aku rasa kalau kita udahan—"

"Kak..." Akhirnya Tzuyu membuka suara. Gadis itu memotong omongan Jihyo dengan suara pelan. Tzuyu sedang menahan sesuatu yang menyesakkan di dalam dada. "Kakak tau ya kelakuan ku?" Tanya Tzuyu secara gamblang. Air mata menggenang di pelupuk ketika selesai menanyakan hal itu. Memang terlalu berat ketika seseorang harus mengakui kesalahannya di depan orang yang paling tidak ingin ia buat kecewa. Seperti menorehkan luka di tubuh sendiri.

Jihyo hanya diam. Diam karena sibuk menguatkan diri untuk tidak menangis. Walaupun pada akhirnya setitik air mata jatuh ke pipi Jihyo kala gadis itu mengangguk. Anggukan yang menandakan bahwa ia tau semuanya. Gerakan sederhana yang menghancurkan hati Jihyo dan juga Tzuyu.

Tzuyu tidak menyangka Jihyo bisa tau. Dan melihat Jihyo menangis ternyata rasanya sesakit ini. Tzuyu tidak bisa berkata-kata barang sedikit pun. Jiwanya terlalu malu dan sedih untuk berbicara. Ia tak mampu untuk mengucap maaf ataupun menahan Jihyo. Pikirannya kalut. Air mata mulai luruh ke pipinya.

"Mungkin kamu memang salah, tapi aku yang bikin kamu nggak nyaman makanya kamu ngelakuin itu. Maaf ya Tzu, ini salahku. Aku yang nggak bisa bikin kamu bahagia." Tzuyu menggeleng karena tidak setuju dengan kata-kata Jihyo. Namun mulutnya tetap terkunci rapat. Tetap tidak mau menyanggah kata-kata Jihyo. Padahal dalam hati mati-matian berteriak tidak.

"Makasih selama ini udah mau nemenin aku kemana-mana, nemenin makan, nemenin belanja, nemenin nugas, nebengin aku berangkat ke kampus, jadi support system aku. Pokoknya aku bener-bener berterima kasih atas semua kebaikan kamu—"

Tidak. Ini tidak benar. Tzuyu harus berbicara barang hanya satu kata.

"Aku.......milih kakak, apa.... ada kesempatan kedua?" Hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya. Hanya itu. Lidahnya sudah terlanjur kelu. Jihyo yang mendengar hanya tersenyum. Tersenyum seraya menghapus air mata yang terus berjatuhan.

"Nggak usah milih, aku mundur aja" ucap Jihyo yang semakin melukai perasaan Tzuyu. Rasanya seperti palu godam baru saja menghantam dadanya.

"Aku minta maaf kalo selama kita pacaran sering ngerepotin kamu, sering bikin kamu susah, sering nggak bisa ngertiin kamu, sering nuntut waktu kamu. Pokoknya aku minta maaf atas semua kesalahanku ya Tzu" Rasanya Tzuyu ingin meneriaki dirinya sendiri. Apa yang Jihyo sebutkan bahkan tidak pernah Jihyo lakukan. Jihyo tidak pernah bikin Tzuyu repot, Jihyo tidak pernah bikin Tzuyu susah, Jihyo selalu mengerti Tzuyu, dan Jihyo tidak pernah menuntut waktu Tzuyu. Kelakuan Tzuyu lah yang membuat Jihyo sampai berpikir demikian.

"Semoga setelah ini kamu dan aku bisa bahagia dengan jalan masing-masing. Sekali lagi maaf kalau selama ini aku nggak bisa jadi seperti yang kamu harapkan"

"Jangan sungkan ya, Tzu, kita tetep temenan kok. Kamu tetep orang penting di hidupku. Tapi mungkin aku nggak bisa kayak dulu lagi, aku butuh waktu untuk melupakan kamu sebagai seorang pacar. Thank you, Tzu. Terima kasih untuk kenangannya selama dua tahun ini"

"Aku pulang duluan. Makanannya biar aku yang bayar hari ini. Sukses terus yaa. See you!"

Dan perlahan tubuh Jihyo pergi dari hadapan Tzuyu, meninggalkan kepahitan yang bahkan tidak bisa diterima oleh lidah siapapun. Kini yang tersisa hanyalah Jihyo dengan segala kenangannya. Tzuyu memang tidak akan pernah bisa meninggalkan Jihyo, tapi ia tidak pernah ingat bahwa ternyata Jihyo tidak selamanya bisa bertahan.

END

____________
28-11-2021

Kita selesaikan saja huhu

Heartfelt (Jitzu)Where stories live. Discover now