Bersedia

193 45 17
                                    

Happy Reading



Tuk...

Tuk...

Tuk...

Tuk...

Sebuah pulpen terus diketuk kan di atas menja oleh seorang wanita yang tampak tengah berpikir keras, suara jam dinding terdengar begitu jelas yang menunjukkan betapa sunyi nya ruangan itu hingga akhirnya pintu pun terbuka dan beberapa orang berdiri di hadapannya.

"Bagaimana? Sudah ada perkembangan?" tanya wanita itu

"Maaf, sampai sejauh ini kami belum menemukan bukti apapun lagi... Kami menemui jalan buntu ketua," ucap salah satu di antara mereka yang di seragamnya terdapat nametag bertuliskan "Andra Wijaya Kusuma".

Brakk....

Kapten wanita itu menggebrak meja dan menatap bawahnya satu-persatu dengan tatapan tajam, ia berdiri menghampiri mereka bertiga dan melemparkan sebuah map di atas meja yang berada di hadapan mereka.

"Sudah ada hampir delapan kasus yang sama dalam dua minggu ini, hampir setiap hari banyak anak-anak yang menghilang tanpa sebab namun apa yang kalian bilang tadi? JAWAB... JADI SELAMA INI KALIAN NGAPAIN AJA, BAGAIMANA CARA KALIAN BEKERJA, MENEMUKAN SATU PETUNJUK SAJA KALIAN TIDAK BISA... JIKA KALIAN TIDAK NIAT BEKERJA, Maka silahkan tulis surat pengunduran diri kalian dan taruh di atas meja saya," ucap wanita itu dengan yang lantas membuat seluruh bawahnya hanya menunduk dalam dan terdiam.

"Keluar, cari petunjuk dan laporan pada saya," lanjutnya yang langsung membuat ketiganya segera hormat padanya dan berlari pergi.

"Laras, apa kamu tidak terlalu keras pada mereka? bisa-bisa nanti mereka kabur karena memiliki kapten tim yang terlalu galak sepertimu," ucap seorang lelaki yang baru saja memasuki ruangan petugas wanita itu.

"Kak Dimas? hah... Jika tidak seperti itu mereka tidak akan pernah bisa berpikir, mereka akan selalu leha-leha," jawab Laras dengan lemas

"O iya, kamu ingat kasus kemarin? Empat orang pemuda yang tiba-tiba hilang di dalam kamar?" tanya Dimas yang langsung membuat Laras kembali menghela nafas lelah.

"Kasus itu baru kemarin malam terjadi, tidak mungkin aku melupakannya semudah itu," jawab Laras frustasi

Dimas meletakkan sebuah map di meja kerja Laras dan duduk di kursi yang berada di hadapannya serta menatapnya dengan serius

"Kamu tahu kan kalau aku tidak pernah percaya pada yang namanya dunia gaib, aku tidak percaya pada mitos dan aku bahkan sangat sulit percaya ucapan orang lain... Tapi sepertinya kali ini aku harus mempercayai nya," ucap Dimas yang semakin mengecilkan suaranya di akhir kalimat namun berhasil membuat Laras menatap bingung padanya

"Lilin yang kemarin kami bawa untuk di jadikan barang bukti terus menerus meneteskan cairan merah, kan kamu tau apa? Kami membawa sampel tetesan itu ke rumah sakit dan hasilnya... Satu tetes dari lilin itu terdeteksi sebagai darah dari empat orang yang hilang itu," ucap Dimas menjelaskan dan menunjukkan bukti dari hasil tes yang ia dan timnya lakukan

"Apa menurutmu tidak aneh, mereka hilang, lilin itu terus menetes walaupun api tidak menyala, dan yang menetes bukan cairan lilin tetapi darah dari empat orang yang hilang itu," lanjut Dimas yang semakin membuat Laras kebingungan.

Jika di pikiran secara logika, hal itu tidak mungkin terjadi namun jika dipikirkan kembali tentang tidak adanya bukti dan juga orang yang dapat mereka jadikan tersangka, mungkin hal yang Dimas katakan bisa jadi penyebab utama dalam kasus ini.

BLACK DOOR ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang