beautiful you.

519 73 5
                                    

Banyak waktu yang Sunwoo dan Eric habiskan disela-sela kesibukan, menyempatkan diri untuk bertegur sapa atau sekedar menanyakan; Apakah baik-baik saja? Bagaimana harimu? Apakah harimu berat?

Ketika pertama kali bertemu di rooftop sekolah, ditemani dengan semilir angin pagi hari. Sunwoo yang sedang mengalami hari beratnya merokok hingga suara asing menginterupsinya. Diperingati, dilemparkan sebatang permen stroberi dengan ancaman dikurangi poin sebab membolos pelajaran.

Sunwoo awalnya tak mengira pertemuan singkat itu akan menorehkan kenangan yang indah kala kini ia bisa duduk berdua dengan sang penegak kedisiplinan sekolah.

Menghabiskan waktu berdua, bercengkrama hingga senja tiba, sebelum pulang dengan hati bahagia.

Sengaja merokok agar bisa mendapat perhatian, sebelum dipukuli dengan sebatang permen stroberi— tak apa Sunwoo senang. Selama Eric Sohn ada disisinya, ia bahagia.

Ada banyak hal yang Sunwoo suka dari Eric. Ketika pemuda manis itu sibuk berceloteh tentang banyak hal, lalu pipinya memerah saat Sunwoo mulai iseng mengacak rambutnya gemas.

Hingga malam larut, Sunwoo memetik gitarnya dan bernyanyi dengan suara lembut, Eric tertidur disamping; posisi ternyaman baginya. Kelopak matanya terpejam rapat, wajahnya yang tenang kontras dengan sifatnya saat sadar— membuat Sunwoo tersenyum melihatnya.

Walau Sunwoo belum selesai menyanyikan satu lagu, Eric sudah terlelap dalam mimpi— tak apa, asalkan Eric bersamanya, ada di sisinya.

Sunwoo sudah bahagia.

Hari-hari terlewati begitu Eric dengan pipi memerahnya menerima tawaran Sunwoo untuk memulai sebuah hubungan. Betapa Sunwoo tak ingin melewatkan satu detik dihidupnya sia-sia.

Ataupun saat Eric pamit pulang, kecupan selamat tinggal sampai jumpa esok lagi— sebagai penutup hari-hari didapat Sunwoo. Lalu dengan ribuan kupu-kupu beterbangan diperutnya, pemuda Kim membawa Sohn kecil dalam sebuah dekapan hangat; harap mereka bisa bersama selamanya.

“Eric, lain kali kalau senja datang, tetap di sini.”

Sohn malah tertawa. “Terlalu merindu apa bagaimana hingga aku tak boleh pulang, Kim?”

“Kamu di sini saja. Di sampingku.”

Eric mengangguk-angguk sembari terkekeh geli. “Baik, baik, Tuan Kim.”

Lalu yang lain; sapaan pagi hari di saat Eric masih dengan wajah kusam, Sunwoo membawa Eric terbang dengan ciuman lembut dan usapan penenang layak berbisik gemas, semoga harimu menyenangkan, sayang.

Hingga kembali dalam realita saat sibuk tenggelam di nostalgia. Sunwoo berjalan menuju rooftop seperti biasa.

Sepi.

Dinyalakan puntung rokok pertama sebagai ucapan selamat pagi, Sunwoo menunggu datangnya Eric untuk mengawali hari. Namun hingga puntung rokok ketiga, pemuda manis itu tak kunjung datang.

Menoleh saat pintu rooftop berderit pelan, terbuka. Harap Eric berdiri di sana lalu melempar sebatang permen stroberi, namun yang ada malah Hyunjin dengan wajah suntuknya memarahi.

“Dicariin kemana-mana ternyata di sini. Ngapain ngerokok lagi? Gak bosen?”

Sunwoo menghisap rokoknya lagi sebelum menjawab. “Eric belum datang.”

Lalu Hyunjin berjalan mendekat, mengambil paksa rokok Sunwoo dan menginjaknya hingga padam— Sunwoo tak bergeming, malah menunduk.

“Eric gak bakal dateng, Kim Sunwoo.”

beautiful you, sunric ✓Where stories live. Discover now