You give me feeling that can't put into words
[Nayarra]
Setelah check out, pagi ini kita langsung pergi ke rumah Mima dan kita akan kembali lagi ke Bandung besok malam karena jatah cuti kita mau abis. Rencananya kita nyisain dua hari jatah cuti buat diabisin di Bandung, ceritanya itu mau kita gunain buat beberes rumah dan istirahat sebelum kerja di hari seninnya.
Pas nyampe rumah mima, Argi langsung istirahat lagi soalnya tadi malem tiba- tiba ada temen kantornya yang ngehubungin dia, buat nanyain kerjaannya dan itu penting. Alhasil dia semaleman kemarin harus begadang.
Ketika Argi lagi istirahat, aku pergi bareng Mima buat bantuin Ibu Desi yang butuh bantuan buat nanem beberapa sayuran di kebun miliknya. Ini adalah musim yang baik buat nanem beberapa sayuran.
Ya ampun .. sumpah deh gue kangen banget bantuin yang kayak ginian lagi..
Mungkin ini karena setelah bekerja aku jarang main ke sini lagi, kan dulu pas kuliah bisa main setiap liburan, tapi sekarang? boro boro deh..
Jatah cuti tuh sekarang hal yang berharga banget, jadi harus dipake sebaik mungkin. Atau mendingan ditabung, biar pas makenya nanti langsung berasa liburannya.
Alhamdulillahnya semua sudah selesai dan saat kami sedang beristirahat sambil menyantap semangka di bawah pohon. Tahu - tahu Argi dateng nyamperin, aku langsung melambaikan tanganku untuk mengajaknya bergabung bersama kami.
"Aduh pengantin lelakinya baru dateng. Kayaknya cape banget ya Mas?" ledek si Ibu yang duduk di samping gue. "Jam segini baru bangun. haahahahha."
Aku dan Argi hanya saling bertukar pandang lalu sama- sama tersenyum.
"Iya nih bu.. lagi kejar setoran. Iya nggak Nay?" bales Argi yang ngebuat para ibu terkekeh dibuatnya. Bukannya ikut terkekeh, lelucon Argi membuatku yang tersedak karena semangka yang aku makan.
"Aduh Yang.. nggak usah malu- malu gitu." Argi mulai becanda lagi. "Nanti malam kita lanjut lagi ya?"
Kali ini aku langsung mencubit pinggangnya pelan, bukannya mengaduh kesakitan Argi malah kesenengan.
"Iya dong harus.. Mima kan pengen cepet- cepet punya cicit." Mima ikutan becandain kita berdua.
"AAMIIN" kata Argi dengan nada yang keras. "Tuh kan Mima aja dukung."
Setelah selesai bercengkrama, kami semua langsung membubarkan diri. Aku dan Argi sengaja masih duduk di bawah pohon, sedangkan yang lain sudah pulang duluan. Begitu juga dengan Mima yang memutuskan untuk kembali ke rumah bareng Ibu- ibu.
"Baru bangun ya?" tanyaku sambil mengusap wajahnya pelan.
Dia mengiyakan."Tadi pas aku bangun kamunya nggak ada," katanya sambil cemberut. "Kata Bi Ajeng lagi pergi sama Mima. Sebel ih nggak ngasih tau."
"Kamu kan cape abis begadang. Aku nggak tega banguninnya. Maafin ya." terangku sambil merapihkan rambut dan topinya yang miring.
"Yang.. sini deh deketin mukanya." ujarku setelah mengambil sesuatu dari tas kecil yang aku bawa.
"Ih mau ngapain Yang. Malu diliat banyak orang." kata Argi setengah berbisik karena malu- malu.
"Siniii deketan.. ngeyel banget deh" pintaku lagi.
"Yang.. ih." Bisa kuliat mukanya mendadak memerah.
Karena dia nggak mau mendekat, jadilah aku yang mendekatinya. Tanganku langsung mengoleskan sunscreen ke wajahnya. " Kamu lupa ya nggak pake? Mama pernah bilang kalo kamu punya alergi sama matahari. Pantesan aja dari tadi tuh keliatan agak merah mukanya." kataku sambil meratakan cream yang sudah ku oleskan dimukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
finale.
FanfictionThat smile taught me what I've been looking for. so together they built a life they loved note: side story of It Just is, so I strongly recommend you to read the first story.