Date

1.2K 223 15
                                    

Takemichi dan Manjirou baru saja selesai memesan makanan lalu mulai duduk disalah satu bangku sampai beberapa Mahasiswi datang menghampiri mereka dan meminta tanda tangan.

Mereka dengan senang hati memberi dan beruntung keduanya di beri Privasi saat makanan datang.

Takemichi menyeka krim di sudut bibir Kekasihnya dengan tisu usai Manjirou menelan kue yang mereka pesan. "Bagaimana rasanya?"

"Cukup bagus," jawab Manjirou. Takemichi tertawa, "Benarkah? Padahal Chifuyu bilang ini sangat enak. Keduanya telah datang lebih cepat dari kita."

"Kenapa kalian selalu bersaing? Hmm?"

Takemichi mengerucutkan bibirnya, "Aku hanya tidak ingin melihatnya menang."

Manjirou tertawa kecil. "Kalian ini apa? 5?"

Takemichi mencolek dagu Manjirou dan mendekatinya. "Nn, aku 5... Daddy~."

Manjirou menatap balik, menyahuti perannya. "Lima tidak cocok untukmu, ini mungkin 3 karena kurangnya berperilaku."

"Apakah aku akan di hukum?" Takemichi semakin berani menggoda Kekasihnya. Ia bisa melihat bagaimana alis Manjirou terangkat sebelum dia tersenyum miring.

Dan Takemichi mengantisipasi ini.

Jika bukan karena mereka berada di ruang yang sedikit tertutup Manjirou tidak akan terlalu berani untuk mendekatinya barang sejengkal pun.

Suara rendah, seks cair itu membisikkan sesuatu. "Kau akan mendapatkannya, hanya jangan lari dariku," Manjirou memperingatkan, bibir menempel di telinga Takemichi.

"Atau apa?" Takemichi bertanya dengan gemetar, "Kau akan memakanku?"

Manjirou tersenyum licik dari sudut mata Takemichi. "Ya, sampai kau berteriak dan hanya namaku yang kau sebutkan. Berbahagialah, itu sangat ringan, baby."

Leader Bonten itu menyelipkan tangannya di sekitar tenggorokan Takemichi yang lembut, merasakan darah mengalir deras saat dia mengetuk jarinya tepat waktu dengan denyut nadinya. "Jadi berperilaku sekarang sebelum kau boleh mendapatkan hadiahmu."

"Daddy, itu hukuman bukan hadiah."

Jari telunjuk Mikey mengelus telinganya, "Bukankah sama saja. Kau menikmatinya sayang. Sangat banyak."

Takemichi menelan ludah dan Manjirou merasakan gerakan di bawah telapak tangannya. "Dan jika aku tidak?"

Jadi bagaimana jika aku tidak berperilaku?

"Oh, tapi kau akan melakukan itu. Takemitchy... Kau dan tubuhmu menginginkannya, sayang."

Kata-kata itu diucapkan dengan intensitas yang membuat Takemichi tergelitik dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia tahu perasaan itu dan sekarang dia tahu dia tidak sendirian dengan perasaan itu, ketegangan seksual diantara mereka menebal.

Sialan, sialan sialan! Takemichi merengek kecil, Manjirou menekan titiknya semudah itu.

Takemichi menelan ludah, pipinya merona merah jambu.

"Manjirou~," bisiknya, berjinjit untuk menekan ciuman malu-malu ke bibir merah itu seolah-olah mereka tidak berada di ruang umum dan siapapun bisa melihat mereka, merekam dan menyebarluaskannya.

Sano Manjirou tertawa lagi, mengelus paha-nya. "Habiskan makananmu."

"Tapi—

"Setelah ini."

Final.

Sisa di restoran benar-benar menyiksa Hanagaki Takemichi.

Jika Chifuyu dan Inupi mengetahuinya, kedua membernya itu pasti akan menertawakan Takemichi karena dialah yang memulai, dia juga yang terkena imbasnya.

"Aku tidak tahan lagi," cibir Takemichi setelah keluar dari restoran. Dia menarik tangan kekasihnya dan melihat love hotel di seberang jalan.

"Hotel kita lebih bagus sayang."

"Sekarang!"

"Baik-baik, kita kesana."

Takemichi berseri-seri.







Purwakarta,
29/November/2021

BONTEN BAND -TAMAT✓Where stories live. Discover now