Part 9

34.5K 1.6K 137
                                    

Anindira berjalan bolak-balik di dalam kamarnya sendiri, ia memakai bagy pants dengan rambut cepol khas anak rumahan karena weekend ini, dirinya hendak menyelesaikan semua tugas yang belum sempat ia lirik setelah perjalanannya menanam pohon.

Ia menggigiti kuku di jarinya, merasakan sengatan sakit saat ternyata kukunya sudah habis dimakan oleh dirinya sendiri, kemudian ia mengernyit ketika melihat sedikit darah keluar dari ujung ibu jarinya.

Firasatnya benar, Anindira sudah lama menaruh curiga pada hal-hal aneh yang ia rasakan.

Ia merasa ada hal yang secara tidak sadar ia lakukan selama ia tertidur seperti kejadian dua tahun lalu.

Ia memang tidak pernah berpikir kalau dirinya sudah sembuh, hanya saja sudah dua tahun ia baik-baik saja tanpa pernah sekalipun kambuh.

Sebenarnya apa yang membuat sleepwalking-nya kini kembali hadir?

Anindira terlalu takut untuk bertanya pada kakak tirinya setelah mendengar dari Caca bahwa sepertinya, kebiasaan tidurnya kumat. Ia takut sudah melakukan hal-hal aneh yang mempermalukan dirinya sendiri di depan Rangga.

Mungkinkah Anindira pernah menangis di depan lelaki itu?

Ah, memikirkannya saja membuat Anin sedikit mual, rasa ngeri menjalari dirinya saat membayangkan bagaimana tampang kaku yang akan abang tirinya perlihatkan.

Rangga pasti tidak peduli kan? Bahkan saat Anin mungkin saja melakukan hal-hal konyol seperti menari telanjang di depannya.

Hiii... Anin bergidik, tentu saja tidak mungkin ia melakukan hal itu.

Sejauh ini, kebiasaan tidur berjalannya terbilang cukup umum dan biasa-biasa saja, kecuali bagian dimana ia menangis sambil berjalan tanpa alas kaki di tengah malam.

Kebiasaan umumnya mungkin hanya makan di tengah malam, menghabiskan stok makanan dalam kulkas atau menonton serial yang keesokan harinya tidak pernah ia ingat alur ceritanya karena Anin akan melupakan semua hal yang ia lakukan saat sleepwalking-nya kambuh.

Tapi bagaimana jika kebiasaannya berubah? Ini sudah dua tahun semenjak terakhir kali Anin tidur sambil berjalan.

Padahal selama ini, ia juga selalu berusaha mengunci kamarnya sendiri dan menaruh kuncinya di tempat paling susah untuk dijangkau, yakni di atas lemari pakaiannya.

Tapi Anin selalu bisa membuka kamarnya sendiri, berjalan keluar seakan dalam keadaan sadar dan membuat orang-orang khawatir padanya.

Jantungnya berdebar, apa yang harus ia lakukan? Bisakah Anin berpura-pura tidak tahu kalau sleepwalking-nya kambuh?

Bisakah? Apakah Rangga tidak akan curiga setelah Caca memergokinya membantu Anin yang kelaparan di tengah malam tempo hari?

"Aaaaahhhh.... Bisa gila gue." Anin menggaruk tengkuknya, menggigiti bibir bawahnya untuk menggantikan kukunya yang sudah habis.

"Rangga gak sebodoh itu, kalo gue pura-pura, gue bakalan lebih malu, kan?" Anin bermonolog dengan dirinya sendiri, dan seperti kebiasaannya jika sedang risau, ia menjedot-jedotkan kepalanya ke dinding.

Tidak dengan keras teman-teman, ini hanya semacam ritualnya untuk menenangkan detak di jantungya yang bertalu karena rasa malu yang sedang melukai harga dirinya.

Dengan berkali-kali menjedotkan kepalanya secara lembut ke dinding, Anin akan tiba-tiba mendapat ide untuk menyelesaikan semua masalah yang menimpanya.

Kebanyakan ide yang ia dapatkan adalah membuat sebuah alasan karena selama ini, masalah yang hadir di hidup Anin hanya sebatas telat mengerjakan tugas dan takut dimarahi dosen.

Kamar SebelahWhere stories live. Discover now