One Shoot!

368 60 124
                                    

“Halo abang!” Sapa lembut anak 12 tahun yang masih mengenakan seragam sekolahnya.

Anak imut itu baru menyelesaikan sekolahnya.

Yang merasa terpanggil hanya menatap datar sang pemilik suara, detik berikutnya anak berusia dua tahun lebih tua itu kembali menatap layar ponselnya.

Haikal memajukan bibirnya lalu membuang nafas pasrah.

Ini memang bukan usaha pertamanya untuk membujuk kakaknya dan juga bukan pertama kalinya ia ditolak secara tak langsung oleh sang kakak.

Tapi mau bagaimana lagi, mungkin kakaknya masih terpuruk setelah kepergian kedua orang tuanya dua bulan yang lalu.

“Kok gak di jawab sih?” Gerutunya kesal seraya mendudukan dirinya disebelah sang kakak yang masih fokus pada layar ponselnya.

"Ck gausah disini bisa gak sih?" Tegasnya kasar.

Haikal menelan ludah kasar.

Detik berikutnya sang kakak yang diketahui bernama Mahen itu pergi meninggalkan Haikal dengan raut wajah kesal menuju kamarnya.

"Abang mau begitu terus?" Monolognya sedih seraya menatap punggung Mahen yang semakin menjauh.

Sorenya Haikal baru ingat jika ada tugas menggambar dan yang membuatnya panik adalah tugas itu harus dikumpulkan esok hari.

Sesegera mungkin ia menyiapkan peralatan menggambarnya.

"Gambar apa ya?" Gumamnya menatap langit gelap di luar jendela.

"Hmm abang dulu suka bangetkan ngegambar? Abang mau gak ya kira-kira ngegambar bareng Haikal?" Ucapanya tanpa ia sadar satu senyuman terukir diwajahnya detik berikutnya senyuman itu menghilang.

"Emang Abang mau ngegambar bareng Haikal?" Tiba-tiba ingatan saat itu tergambar di otaknya.

Flashback on

"ABANG! NGEGAMBAR BARENG HAIKAL YUK!" Ajaknya dengan antusias.

Ditangannya sudah terdapat alat-alat menggambar seperti tempat pensil warna, kertas dan lainnya.

Mahen menatap sang adik datar sangat tak tertarik dengan ajakan sang adik.

"Gak" Tolaknya tanpa berpikir panjang.

"Ayo! Sekali aja!" Pintanya memohon sangan memohon.

"Di bilang gak ya enggak!" Bentaknya yang membuat Haikal mematung takut.

"Gak usah keras kepala kalo dibilangin!" Detik berikutnya Mahen kekamarnya, sebelum benar-benar pergi ia menyempatkan untuk menabrak bahu sang adik dan membuat benda-benda yang ada di tangan Haikal terjatuh berserakan dilantai.

Flashback off

"Abang mau apa sih? Haikal udah nyoba ngehibur tapi selalu ditolak, niat Haikal kan baik, haikal gak mau Abang terlalu lama sedih" Ia kembali bergumam merasakan sunyinya malam.

Tak terasa sebutir air mata terjatuh karena pelupuk matanya sudah tak bisa menampung cairan bening itu.

Menyadari kertasnya basah Haikal segera mengusap air matanya lantas menggantinya dengan yang baru.

Haikal menggeleng mencoba menghapus pikiran randomnya lalu beralih pada kertas putih kosong di hadapannya.

Jari-jari kecil anak manis itu mulai bergerak dengan lincahnya di atas keras putih polos yang akhirnya sekarang sudah berwarna.

"Nah! Jadi juga akhirnya" Haikal terkekeh melihat hasil gambarannya.

Tampak ada dua orang yang lebih tua dan dua anak kecil yang tingginya hampir sepantar, ya siapa lagi jika bukan keluarga kecilnya.

Abang ; Markhyuck [✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang