prolog

85.9K 613 2
                                    

Cairan merah itu mengalir melalui pergelangan tangannya, tapi wajah si pemilik tangan tetap datar. Satu lagi ia bergerak, mengiris tanda lurus menggunakan silet, dan darah kembali merembes keluar.

Sakit, memang. Tapi ia sudah terbiasa. Baginya ini bukan apa-apa.

Ada banyak bentuk garis abstrak di tangannya, seperti sebuah tatto yang menempel di kulit pucatnya, menandakan ini memang seperti kebiasaan baginya.

Pain is good. It's reminds you of life.

Veronica mendesah pelan dan menaruh silet kecil itu ke dalam laci. Kemudian ia mendongak, bertemu pada satu wajah cantik lewat cermin.

Bunyi pintu terbuka sama sekali tidak membuat Veronica menoleh. Ia justru mulai memolesi wajah mulusnya dengan cairan dari botol silver.

Orang itu bersiul. Mungkin tergoda karena Veronica hanya mengenakan bathrobe tipis menerawang yang membungkus tubuhnya.

"Seksi banget kamu, yang."

Rafe memegang dua bahunya, berbisik sensual di telinganya yang di-piercing. Kemudian lidah kurang ajar itu menjilati telinga sampai leher Veronica.

Veronica membiarkan.

Dan tetap membiarkan ketika tangan Rafe mulai nakal menjelajahi tubuhnya, membuka pengikat bathrobe itu hingga yang tersisa tinggal dalaman senada berwarna hitam.

Mata Rafe berkilat penuh nafsu.

Emangnya siapa yang gak bakal nafsu melihat tubuh semok di depannya? Cowok Gay seperti Andre sekali pun mengakui kalau Veronica seksi. Dan si seksi ini kini akan menjadi makan malamnya.

Ah. Kalau diingat-ingat lagi ternyata mudah juga menggaet cewek tercantik dan terseksi di kampusnya ini. Ia kira Veronica tipe jual mahal atau setidaknya yang munafik, ternyata cewek ini murahan juga.

Tapi persetan. Rafe lebih suka cewek jujur seperti Veronica, ketimbang yang ngomong gak mau padahal haus belaian.

Rafe mendesah berat saat tangan kecil nan mulus Veronica menyusup lewat boxer Calvin Klein miliknya, menyentuh sesuatu yang sejak tadi sudah mengeras dan tegang hanya dengan melihat tubuh indah itu dari jauh.

"Ahh, iya gitu V. Hmm, enak. Shit, tangan lo aja udah enak banget."

Mata Rafe terpejam dan kepalanya mendongak di bawah kendali Veronica. Wajah tampan pemuda itu memerah sampai ke kuping-kuping, menahan sensasi yang sebentar lagi akan meledak dan melupakan segala-galanya.

Saking lupanya, Rafe sampai tidak menyadari ada kamera kecil di atas lemari yang merekam perbuatan hina mereka.

Atau setidaknya merekam bagaimana Rafe kesetanan dan orgasme dalam tiga puluh dua detik hanya dengan 'servis tangan' Veronica-yang tentu saja tidak ikut terekam wajah atau pun tubuhnya.

Veronica tersenyum jahat. Lelaki dan segala hormon bejatnya yang membuat mereka tidak bisa berpikir. Atau bahkan malah jadi tolol.

Veronica sudah tidak sabar untuk menyebarkan video porno tiga puluh dua detik ini di situs kampus, dan menyaksikan bagaimana si brengsek biadab ini bakal malu sampai ke ubun-ubun.

Dikeluarkan dari universitas adalah hukuman yang sudah pasti.

Tapi yang paling membuatnya senang adalah, tukang penghancur hidup orang lain ini sebentar lagi juga bakal hancur hidupnya.

Hanya dengan sebuah tangan.

Ah, dasar lelaki bodoh!

***

C a s t

Veronica Abbygail.

Veronica Abbygail

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang