twenty-six

6.5K 215 3
                                    

Raka terdiam menatap Veronica yang lagi asik di dapur. Cewek itu tampak sibuk membuat entah apa sampe gak menyadari kedatangan Raka sama sekali.

Raka lalu mendekat. Pertama, ia berdiri di belakang perempuannya. Mengintip sedikit buat tau kalo Veronica lagi membuat mie goreng. Lalu tangan itu menarik perut Veronica dan membawanya ke pelukan.

Yang Raka rasakan adalah nyaman. Sebelum selanjutnya cowok itu sadar kalau suhu tubuh Veronica panas banget.

“Kamu demam lagi?”

Raka membalikan Veronica demi menyentuh kening perempuannya. Panas. Cowok itu berubah panik dan khawatir.

“Kamu sakit lagi, Ve.”

Veronica malah tersenyum. “Gak pa-pa, udah gak kerasa pusingnya kok.”

“Abis ngapain? Lo abis ujan-ujanan, ya?” mengingat hujan deras turun sejak empat jam yang lalu, dan rambut cewek itu yang setengah kering, Raka yakin sama jawabannya. “Lo kan baru sembuh, kenapa sih udah cari penyakit lagi?”

“Sebentar ya, mie-nya takut gosong.” cewek itu berbalik lagi untuk mengaduk mie.

Raka berdecak menahan kesal. Di saat keadaan cewek itu yang memprihatinkan, bisa-bisanya dia masih kepikiran soal mie. Dia bener-bener gak habis pikir.

“Lo abis dari mana sebenernya? Tadi gue ke kelas lo, lo gak masuk??”

Veronica tidak menjawab. Tuh cewek tetap fokus pada mie goreng dan telur orak-arik yang lagi dimasak pake saus-kecap.

“Ve, jawab.”

Saat masakan itu telah jadi dan dituang ke piring, Veronica membawanya ke meja makan dan mulai melahap. Tanpa rasa bersalah cewek itu menawari Raka, yang bahkan udah gak berselera untuk makan.

Tapi Raka mencoba untuk tetap sabar. Cowok itu membuka kulkas untuk mengambil kopi kalengan yang ada dan meneguknya sampai habis, baru menghampiri Veronica yang masih asik makan.

“Abis makan, minum obatnya ya. Gue siapin dulu.”

Veronica seketika terdiam menatap punggung berbalut kemeja yang sama seperti pagi tadi itu. Di saat ia udah bikin cowok itu kesal dan khawatir, bisa-bisanya Raka masih tetap perduli dan mengambilkannya obat? Dia yang punya badan aja udah gak perduli sama badannya sendiri.

“Lo harus tetep sehat, ini musim ujan, lo tau. Lo gak boleh ujan-ujanan lagi, punya badan gampang sakit juga.”

Veronica cuma mengangguk.

“Tadi kenapa gak ngabarin gue kalo gak jadi jalan-jalan? Gue ke underground lho nyariin lo.” Tanya Raka lembut kayak ngomong sama anak kecil.

“Maaf, hape gue mati.”

Raka mengangguk kalem. Dielusnya rambut Veronica yang lepek, lalu mencubit pipi tirus cewek itu.

“Makan yang banyak, gue suka liat lo makan gini.”

Cewek itu mengangguk.

Sedangkan Raka memperhatikan Veronica yang menyantap masakannya dalam diam. Segala sesuatu di dalam cewek ini selalu membuatnya kagum dan suka. Cara Veronica mengunyah makan dengan tenang, cara cewek itu melilit mie goreng pakai garpu, cara cewek itu menyelipkan rambutnya ke telinga saat helaian kehitaman itu sedikit menghalangi, Raka suka.

“Lo manis banget sih hari ini.” Raka kembali memeluk Veronica saat cewek itu lagi cuci piring di wastafel. “Gue kangen.”

“Raka, lepas, gue belum selesai.”

“Bodo, gue maunya gini.”

Maka Veronica nggak lagi menghalangi. Membiarkan cowok itu merengkuh dan mengendus-endusnya walaupun sedikit geli.

she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang