1/2

10.3K 177 14
                                    

Aku berjalan perlahan menyusuri jalanan depan salah satu Mall terbesar di kota ini. Ramai. Ah! Ini hari sabtu, pantas saja ramai sekali. Aku membuka pintu Mall perlahan kemudian masuk, berjalan sedikit tertatih karena begitu banyak manusia di dalam sini. Ada yang bersama keluarga, teman, ada sepasang kekasih yang sedang berjalan mesra. Aku merapatkan cardigan yang aku pakai dan mempercepat jalanku.

Aku tak tau mau kemana, ini malam minggu. Aku tak ada janji dengan siapapun, dan aku sedang tak ingin ditemani oleh siapapun juga. Jadi kuputuskan keluar dari kamar kosan ku dan kesini.

Sendiri. Entah mau kemana dan untuk apa.

Aku terus berjalan sampai aku sampai di tengah-tengah, kemudian berhenti sejenak. Diam. Memperhatikan sekeliling. Ramai. Ramai sekali. Tapi kenapa aku justru merasa sendiri. Ditempat seramai ini kenapa perasaan sepi ini malah semakin kuat. Kupejamkan mata sejenak dan memutuskan untuk pergi ke lantai paling atas. Aku berjalan masuk ke dalam lift, mengambil posisi paling belakang. Lift disini terbuat dari kaca, aku suka sekali menghadap kebelakang dan memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang dibawah sana.

Dentingan lift membuyarkan lamunanku, saat kulihat angka tiga muncul dilayar samping pintu lift aku bergegas melangkah keluardari dalam kotak kaca ini. Aku berjalan memutar dan masuk ke dalam kedai kopi langgananku. Sampai di dalam aku memesan hot cappucino dan memutuskan untuk duduk didekat jendela, ah diluar gerimis ternyata.

Aku selalu suka gerimis, dan kopi. Aku suka gerimis tapi aku tak pernah suka hujan. Hujan membuat sepatu kets ku basah, dan aku benci kalau sepatu kets ku basah.

Dan kopi ? tak tau kenapa aku selalu suka kopi. Kopi selalu bisa membuatku tenang. Saat aku minum cappucino ini misalnya. Manis, diawal mungkin terasa manis, tapi selalu ada rasa pahit yang tersisa. Begitu juga dengan hidup kan ? sesaat kita bisa merasakan manisnya hidup, tapi entah kenapa akan selalu ada satu hal pahit yang membekas dan mengikuti.

Aku menyesap kopi yang kupesan sambil memandang keluar jendela. Pahit. Aku hanya bisa mengernyit kebingungan karena yang aku rasakan hanya pahit yang membekas diujung lidah. Kenapa hanya pahit yang terasa dari cappucino kali ini ? biasanya selalu ada sedikit rasa manis tiap aku meminumnya.

Aku tertawa kecil, tawa menyedihkan yang beberapa hari ini selalu aku keluarkan. Tawa putus asa, tawa melelahkan yang belakangan ini entah kenapa juga menggangguku. Aku selalu benci saat perasaan ini muncul. Aku selalu benci saat rasa lelah ini tiba-tiba datang. Aku tak mau mengakuinya, tapi aku benar-benar lelah.

Aku bahkan tak tahu harus bagaimana. Untuk sekedar berceritapun rasanya aku tak bisa. Aku sendiri bahkan tak mengerti aku kenapa. Aku hanya, apa ya ?

Apa ada kata selain lelah yang bisa menggambarkan perasaan ku sekarang ?

-----

LELAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang