Part I

2.2K 152 4
                                    

Sudah hampir setengah jam berlalu, namun keriuhan yang ada di sebuah gang sudut kota tidaklah padam. Bukan, bukan keriuhan yang bersumber pada sebuah acara misalnya festival atau apa, tapi lebih ke arah keriuhan suara yang bersumberkan pada teriakan dari beberapa orang disertai suara benda-benda tumpul yang saling bersinggungan. Jarang sekali ada orang yang berlalu lalang di gang tersebut sehingga tidak ada satupun orang yang menyadari bila tengah terjadi adegan pem-bully-an dengan pelaku anak-anak di bawah umur.

Mark Lee, awalnya tidak begitu paham mengapa sehabis pulang sekolah dirinya tiba-tiba diseret oleh segerombolan anak yang seumuran dengannya kemudian memukulinya dengan balok kayu di gang sempit, kotor dan kumuh seperti ini. Demi Tuhan, bahkan Mark tidak mengenal bocah-bocah ini! Selain itu, Mark juga menyayangkan kenapa dirinya hanya pasrah-pasrah saja dipukuli dan tidak bisa melawan sama sekali. Padahal sakitnya sungguh tak tertahankan. Lagipula, sebenarnya apa alasan dirinya diperlakukan sejahat ini? Apa salahnya?

"Anak dari musisi tukang selingkuh sepertimu harusnya musnah saja dari dunia ini! Dasar sampah!"

"Jangan-jangan kau juga hanyalah salah satu anak dari selingkuhan Ayahmu!"

Tawa membahana sontak menggelegar dan memenuhi seluruh pelosok gang, membuat Mark kini mengerti alasan mengapa dirinya mendapat perlakuan seperti ini. Mark sungguh tidak menyangka bila alasannya diperlakukan serendah ini hanyalah gara-gara gosip murahan yang sedang melanda orang tuanya yang memang berprofesi sebagai musisi ternama. Tentu saja Mark sebagai anak lebih percaya kepada kedua orang tuanya jika gosip tersebut tidak benar dan hanya akal-akalan media saja untuk menjatuhkan kedua orang tuanya.

Ingin sekali rasanya Mark melawan dengan setidaknya menghadiahi sebuah tinju ke salah satu bocah yang telah lancang menghina orang tuanya, namun semua itu terhalangi oleh pergerakan tubuhnya yang ditahan oleh sisa bocah yang lain dan pemikiran yang selalu membayangi kepalanya berupa; jadilah anak baik yang tidak mencari gara-gara dengan orang lain agar tidak mempermalukan nama orang tua. Sungguh Mark hanya bocah polos yang terlalu menyayangi kedua orang tuanya dan tak mau menjadi pembawa masalah dalam keluarganya.

Mark refleks menutup matanya rapat ketika melihat bocah yang telah lancang menghina ayahnya tadi kembali mengayunkan sebuah balok kayu ke kepalanya, dan...

BUAGH!

Mark sedikit membuka matanya untuk melihat keadaan sekitar karena merasa aneh. Sungguh tadi dia benar-benar mendengar suara benda tumpul yang dihantamkan kan? Namun kenapa Mark tidak merasa sakit sama sekali?

"Hei! Apa yang kalian lakukan? Beraninya keroyokan! Dasar pengecut!"

Mark baru berani membuka mata lebar ketika menemukan sesosok bocah asing tampak berdiri dengan gagahnya sambil memandang sengit ke arah orang-orang yang tengah mem-bully-nya. Tak hanya itu, bahkan Mark juga menemukan bila bocah yang tadi hampir memukulnya sudah tersungkur ke tanah dalam keadaan memegangi kakinya seolah-olah baru saja ditendang seseorang.

"Sialan! Kau yang apa-apaan? Ini urusan kami bukan urusanmu!" balas bocah yang menyiksa Mark seraya bangun dari posisinya, "Ho, atau kau juga ingin merasakan dihajar oleh kami berempat juga, begitu?" lanjutnya menantang.

"Memangnya kalian sanggup menghajarku? Yang ada kalianlah yang akan hancur di tanganku!" balas Sang Penyelamat dari Mark dengan terlewat percaya diri.

Baiklah, sebenarnya Mark merasa bersyukur ada orang yang bersedia membantunya di saat terdesak seperti ini. Namun lambat laun Mark tidak bisa memungkiri rasa khawatir yang tiba-tiba datang menyelinap ke relung jiwanya akan sikap Sang Penyelamat yang menurutnya terlalu bergaya. Sungguh Mark hanya tidak siap menerima kenyataan bahwa pada akhirnya ia dan Sang Penyelamat akan dibantai habis-habisan oleh keempat bocah berandal yang sedang mem-bully-nya tersebut.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang