Bebas?

182 46 20
                                    

Happy Reading



"Dimana ya... Dimana? Aku sedang mencarimu... Shandy... HAHAHA,"

Suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas dan guncangan yang dirasa pun semakin hebat, semakin dekat, semakin dekat dan sangat dekat.


Kreettt...


Pintu pun terbuka dan sesosok gadis kecil dengan mengenakan gaun hitam pun muncul, ia mengacungkan sebilah pisau daging yang dipenuhi dengan lumuran darah hingga mengalir di tangannya. Dalam seketika ruangan pun hening, tak ada lagi suara deru nafas yang memburu, tak ada lagi suara detak jantung yang tak beraturan. Semua suara itu kini telah tergantikan oleh suara tetesan darah yang terus mengalir dari pisau tajam itu.






Kring....




Suara bel sekolah telah berbunyi dan dalam sekejap kelas pun menjadi sepi dan hanya meninggalkan tiga orang pemuda yang masih tampak tak semangat dan lesu. Zweitson, si pemuda berkacamata itu tampak tak henti-hentinya mencoba menghibur kedua sahabatnya yang saat ini sudah tampak seperti mayat hidup.

"Ayolah, jam istirahat cuma sebentar loh... Makan dulu yuk, gue yang teraktir deh mumpung gue lagi baik nih," ucap Zweitson yang lagi-lagi hanya di jawab gelengan kepala oleh kedua sahabatnya itu

"Kak Fen, udah makan belum ya?... Kak Fen kan asam lambungnya suka kumat kalau telat makan," lirih Fajri yang masih menyandarkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan sebagai bantalnya.

"Biasanya bang Shan paling heboh buat nyomot makanan gue... Setiap makan, pasti selalu ada pembahasan gak penting yang dia ributin," lirih Fiki yang juga menyandarkan kepalanya di atas meja.

"Kalian ini mau sampai kapan sih kayak begini? Bukannya kalian bilang mau nyari mereka? Nyari orang itu gak cuma pakai doa dan celingak-celinguk gak jelas, nyari orang itu harus pakai tenaga juga buat jalan kesana-kemari," tegas Zweitson yang berhasil membuat kedua sahabatnya tersentak akibat bentakannya dan akhirnya menuruti permintaannya.

Ketiga pemuda itupun akhirnya berlalu menuju kantin, sesampainya di kantin seluruh perhatian mulai tertuju pada ketiganya yang lantas membuat ketiganya merasa tidak nyaman namun tetap tak menghiraukannya dan memilih untuk segera duduk di bangku yang kosong yang masih tersedia.

"Gue ambil makanan dulu ya, kemarin gue udah request ke Bi Sumi, gue minta di bikinin nasi uduk spesial buat kita, tunggu ya," ucap Zweitson dengan semangat 45-nya segera bergegas untuk mengambil pesanannya, meninggalkan Fajri dan Fiki yang masih tampak tak nyaman diposisinya dengan semua mata yang masih mengarah pada keduanya.

Tak sampai lima menit Zweitson akhirnya kembali dengan membawa nampan besar berisi banyak makanan di atasnya, ia pun mulai menurunkan makanan satu persatu, dari mulai makan berat hingga cemilan dan minuman ia sajikan.

"Lo, abis ngerampok di mana Son?" tanya Fajri yang tampak tak percaya dengan hidangan di hadapannya saat ini

"Gue, habis ngerampok dompet Bapak gue," jawab Zweitson dengan entengnya dan meneguk minuman botol setelahnya.

"Ya ampun... Tangan gue pegel banget, jadi pengen nusuk orang rasanya,"

Braak...

Fiki langsung menghantamkan garpu yang berada di dalam genggamannya di atas meja, hal itu lantas membuat orang-orang yang sedari tadi memperhatikan ketiganya segera mengalihkan pandangan dan berpura-pura tidak melihat kearah mereka.

BLACK DOOR ✅Where stories live. Discover now