9. Minggu

53 13 2
                                    

"TIADA KU SANGKA SEJAK DETIK ITU KAU MEMBUKA PINTU"

Tiara mengusap wajahnya gusar sesaat setelah ia membuka pintu kamarnya. Matanya masih merem melek, atau lebih tepatnya ia baru saja bangun dari tidur cantiknya. Suara Shandy membangunkannya, membuat gadis itu mau tak mau keluar dari kamar.

Ia mengintip ke arah dapur dan melihat lelaki bertubuh tinggi itu sedang berjoget joget depan kompor dengan sendok di tangan kanannya. 

"Lu semua lah yang paling benar, lu semua nilai kita dari luar, tatoan tapi ga pake narkoba, jangan nilai kami dari covernya" Shandy tiba-tiba mengganti genre lagunya.

"I'm bad boy"

"BILA KAU TAK PERNAH BUAT DOSA SILAHKAN HINA KU SEPUASNYA KALIAN SEMUA SU-"

"BANG BERISIK" Tiara menarik kursi makan dengan kakinya sambil menutupi kedua telinganya. Ia jadi lebih sensitif ketika baru bangun tidur.

"Oh anjay. Mutiara sudah bangun bro. Masih ada belek di matanya. Anak gadis kok bangun jam sembilan" Shandy bernyanyi asal sambil bergaya aneh di depan Tiara yang masih setengah sadar.

"Rambut acak kadul, mulut bau belom sikat gigi, habis ini langsung makan, abis itu main hp"

"Bangsen berisik an-" Tiara menghentikan ucapannya ketika melihat mama yang masuk ke dapur dengan dua kotak susu di kedua tangannya.

"Ra kemarin tidur jam berapa? Kok jam sembilan baru bangun?" Tanya mama.

"Jam dua mah. Habis kerja tugas buat senin besok" Jawab Tiara sambil mengusap matanya.

Mama mengangguk kemudian mengeluarkan uang sebesar 20.000 rupiah, dan menaruhnya di atas meja makan.

"Tolong beliin mama sabun cuci piring, ya" Ujar wanita itu sambil tersenyum kecil. "Makan aja dulu" Lanjutnya.

Tiara mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya, lalu kakinya kembali melangkah ke dekat kompor dan memperhatikan Shandy yang sedang sibuk dengan mie instannya.

"HIH" Shandy menatap Tiara tajam.

"Kenapa?" Tiara langsung bergeser menjauhkan tubuhnya dari Shandy yang...kesal?

"Mienya uenakk" Shandy tertawa. Ia mengambil dua piring dan menuangkan mie itu ke dalamnya.

"Nih"

"Makasih, bang. Saya utang dulu" Tiara tersenyum senang ketika Shandy memberikannya sepiring mie goreng.

"Mikisih bing. Siyi ngiting ligi yi"

•...•
"Maaaaa hujan deras sekali karena dipanggil katak Upin Ipin" Tiara kembali menutup pintu rumahnya ketika ia menyadari hujan sedang turun deras di luar.

Ia duduk di sofa ruang tamu dan mengeluarkan ponselnya ketika sebuah pesan masuk. Keningnya berkerut ketika melihat nama Shandy di notifikasinya.

"Nitip siomay dong"

"BANG GUA BELOM BERANGKAT" Teriak Tiara kencang.

"NANI?!"

•...•
"Hujan pik" Fajri berucap dengan nasi uduk yang masih penuh di mulutnya. Ia mengamati butiran hujan yang turun di depan warung makan dengan serius sambil membayangkan bagaimana jika ultramen tiba-tiba datang.

"Buruan, Ji. Abis ini gua langsung mau pulang" Fiki meneguk air teh di gelas dan menumpuk piring-piring kotor yang ada di mejanya.

"Eh, " Fajri menepuk pundak Fiki.

"Ha?"

"Masih hujan. Bentaran lagi aja pulangnya. Kayak lagi di kejar kejar orang lu" Fajri berujar, lalu mengambil dua bakwan yang ada di nampan depannya.

REGENBOGEN  [ Fiki UN1TY ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang