⠀⠀05. Tolong Berhenti

718 91 4
                                    

Ah, kenapa juga ada acara menangis di makan malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah, kenapa juga ada acara menangis di makan malam itu. Kendati demikian, Juna sama sekali tidak mempermasalahkan anaknya, Natya. Toh menangis adalah hal yang sangat wajar dilakukan anak seusianya.

"Om Tera, buka mulut!"

"AAAAA!"

Juna sungguh ingin menertawakan dua sejoli yang hubungannya antara karam dan terapung itu. Terala Suryanitas dan Uga Janaira.

Sebagai permohonan maaf, tiga puluh menit lalu, Uga segera mengambil Natya dari gendongan Tera. "Maaf yah sayang, om Tera nakal nih," ucap wanita itu membujuk putri bungsu Juna Astakoma dan Sekar Yeratna.

Natya masih gentar dengan air mata yang terus mengalir. Membasuh pipi gembul gadis itu dan bibir ranum semerah delima yang alami. "Iya, gapapa." Akhirnya luluh juga, Natya langsung memeluk leher Uga. Ia benamkan wajah kecilnya pada lekukan kulit, lemak, dan tulang itu.

"Silahkan dilanjutkan."

Uga berucap sedikit canggung dengan nada yang hampir-hampir terdengar kikuk. Wanita itu berjalan pelan membawa Natya ke ruang tamu.

Juna yang sadar bahwa sedari tadi mereka menghentikan percakapan dan malah menatap anaknya menangis tadi, ikut meramaikan konversasi yang diucap setengah mati oleh si Uga, sahabat istrinya. "Tera, duduk sini."

"Makasih yah kak Uga. Maaf, Natya agak rewel."

Yera menimpali dengan senyum tipis. Dia baru saja datang dari dapur. Kedua tangan wanita itu masing-masing membawa mangkuk berisikan makanan yang berbeda--spaghetti dan ayam panggang yang sempat dibeli Juna.

"Iya gapapa!" Balas Uga dari jauh, kembali fokus pada makhluk yang dekatnya itu, Natya.

"Rea, gue denger-denger lo dapat projek baru dari si dia?"

Lain lagi yang terjadi di ruang makan.

Juna sudah mengumpulkan minat diskusi antara dua sahabatnya itu. Tera yang tadi berdiri sudah duduk di meja makan berdampingan dengan Juna dan Rea. "Si pejabat negara? Mampus, dijamin calon istri sama anak-anak lo bakalan kaya raya. Gue jamin nih," sosor Tera dengan semangatnya sambil menerima piring dari Yera pun mengambil nasi dan menyantap tanpa aba-aba dari si tuan rumah.

"Eh, Yer, gue makan duluan gapapa nih?"

"Aman Tera. Biasanya malu-maluin juga." Yera asik bermain ponsel sambil pantatnya lengket sekali pada salah satu kursi meja makan.

Tempat yang sempat canggung dan kikuk itu mulai diisi suasana ramah serta adem karena percakapan demi percakapan yang kian semakin panjang lebar. Dan Yera membiarkan suaminya serta dua orang teman Juna yang juga dianggap teman dekatnya itu untuk bercakap lama.

"Kalian makan duluan. Aku sama kak Uga nyusul!"

"Iya, sayang."

Juna membalas singkat dan kembali terbuai pada omongan Rea yang bijak--tak sengaja ditangkap oleh Yera yang kebetulan juga masih setia di meja makan bersama mereka tiga, belum menyusul Uga yang duduk manis di sofa ruang tamu. (Ruang tamu dan ruang makan keluarga Astakoma berjarak dekat).

The Last Person ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang