Lembur lagi (?)

18 2 0
                                    

Chapter 01 – Lembur lagi (?)

Pukul 16.45 Waktu Indonesia Berdandan.

               “Kamu jadi ikut bareng kita, kan?” tanya Mbak Hera.

               Windy menaik-turunkan alisnya sambil memandangi Mbak Hera yang duduk di sampingnya. Wanita berusia 33 tahun itu sudah tampak segar dengan sedikit olesan bedak tipis di pipinya. Di meja seberangnya, pria seusia Mbak Hera duduk dan menatapnya curiga.

               “Apa sih, Bang? Kok menatapku macam itu?” tanya Windy sambil merapikan isi tas kecilnya.

               “Aku itu heran sama kamu loh, Windy. Kamu secantik ini masih single saja? Memangnya kamu cari yang bagaimana, sih? Makanya jangan terlalu pemilih.” Bang Dandi dengan sembarang menuduh Windy sebagai pemilih.

               Windy meresponnya dengan menjulurkan lidah, tak peduli. Sudah tiga tahun dia bekerja di perusahaan itu dan bukan barang baru kalau Bang Dandi sering memuji dan mengejeknya di satu waktu yang bersamaan.

               “Kita hanya mau nonton loh, Windy. Dandananmu kok sudah mirip orang mau kencan?” tanya pria lainnya yang baru saja kembali dari toilet.

               “Nah! Valdo saja tahu, loh. Penampilanmu sore ini sangat beda dari biasanya, Windy.”

               Windy menoleh ke arah Bang Valdo, pria pendiam yang lebih banyak membelanya kalau sedang berdebat dengan Bang Dandi. Di kantor itu, Windy adalah yang paling muda. Dia punya tiga teman kerja yang usia mereka bertiga sepantaran. Mbak Hera yang jadi teman ngerumpinya di setiap saat, Bang Dandi yang sering sekali mengusik ketenangan hidupnya dan ada Bang Valdo, pria yang sangat amat masuk kategori suamiable versi Windy meskipun sayangnya sudah menikah.

               “Kalian berdua tidak tahu, ya? Aduh! Terlambat dapat info, nih?” ucap Hera sambil menoleh ke arah Windy.

               “Gimana, ya? Aku memang tidak berniat kasih info ini ke mereka berdua terutama ke Bang Dandi. Tahu sendiri apa yang terjadi terakhir kali waktu dia tahu rencana itu, kan?” balas Windy.

               Dandi seketika tertawa. Suaranya menggema ke seisi kantor yang sudah mulai sepi.

               “Kamu mau bertemu lelaki dari aplikasi dating itu lagi? Astaga! Hahahaha. Windy? Kamu serius? Aduh! Seniat itu kamu ingin dapat pacar?” ejek Dandi sambil berdiri mencondongkan tubuhnya ke arah Windy.

               “Biarin! Biar ada pria yang mau membelaku dari godaan om-om macam kamu. Soalnya Bang Valdo sekarang sepertinya sudah membelot dan tak lagi setia kepadaku,” ucap Windy setengah merajuk sambil memandangi Valdo yang malah tersenyum.

               Itu, kan? Senyumannya bikin Windy mendesis kesal karena tahu pria itu sudah menikah.

                “Okey, Lets Go!” Dandi berseru penuh semangat waktu jam di dinding ruangan itu menunjukan pukul 17.00 tepat.

               Di saat yang bersamaan, pintu ruangan yang dari tadi tertutup rapat itu, terbuka. Seorang pria berusia hampir 30, dengan kemeja hitam yang digulung sebatas siku, melangkah keluar dari sana. Windy langsung mengembuskan napas pelan dan merasa jantungnya berdebar-debar ketika melihat wajah pria tersebut. Bukan karena pria itu memiliki wajah yang tampan, bentuk tubuh yang proporsional, rambut yang gondrong diikat rapi, dan juga menggunakan kacamata.

               “Sudah mau pulang, ya?” tanya pria itu, basa-basi.

               Windy mendesis pelan. Ini sudah jam lima sore lewat dua menit, tentu saja mau pulang. Mau kemana lagi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OVERTIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang