Jam menunjukan pukul tujuh pagi, sinar matahari mulai masuk ke kamar apartemen bercat abu-abu itu. Jay, si pemilik kamar tersebut perlahan membuka kedua matanya, tangannya memegang kepalanya yang terasa sakit akibat mabuk tadi malam.
Jay bangkit dari posisi tidurnya, kini ia duduk di atas ranjang sambil mengusap wajahnya. Kemudian Jay mengedarkan pandangannya, dan seketika terkejut ketika melihat seorang gadis sedang tertidur lelap di sofa berukuran kecil yang posisinya tidak jauh dari ranjangnya.
"Naveera?" ujarnya dengan suara pelan.
"Masih mimpi kali ya gue," ujarnya lagi kini sambil menepuk-nepuk pipinya sambil memejamkan mata.
Setelah dirasa pipinya sakit, Jay pun kembali membuka kedua matanya dan melihat Naveera benar-benar ada di depan matanya. "Bukan mimpi ternyata..."
Jay turun dari ranjangnya lalu mendekati Naveera, ia berjongok di sebelah sofa sambil memperhatikan Naveera yang masih tidur nyenyak. Jay tersenyum tipis, ia tidak terlalu ingat apa yang terjadi semalam, namun apapun itu, Jay senang ada Naveera di hadapannya sekarang.
Jay mengangkat tangannya dan mengusap kepala Naveera dengan sentuhan yang lembut. Jay sangat merindukan gadis itu.
Jay senang dengan kehadiran Naveera di sini, namun ia teringat perpisahan mereka beberapa hari lalu, ditambah saat semalam ia mendengar bahwa Savian masih menyukai Naveera, itu semua membuat Jay yakin kalau Naveera dan Savian punya hubungan yang spesial, dan menyukai satu sama lain.
Jay berasumsi kalau Naveera dan Savian memang selingkuh dibelakangnya, dan Jay sangat membenci perselingkuhan. Jadi Jay tidak punya alasan lagi untuk menahan Naveera, ia harus melepaskan gadis itu walau rasanya berat sekali.
Naveera perlahan membuka matanya, dan orang pertama yang ia lihat adalah Jay.
Namun Jay dengan cepat melepaskan tangannya dari kepala Naveera, lalu berdiri dari posisinya. Tapi Naveera menahan tangannya. "Semalam kamu mabuk, terus aku jemput kamu, dan aku ketiduran di sini, maaf ya..."
Jay diam, tidak menjawab apapun. Naveera berdiri lalu menatap Jay. "Mau sarapan apa? Aku masakin ya?" Tanya Naveera sambil merapikan rambut Jay yang sedikit berantakan.
Jay menahan tangan Naveera lalu dengan pelan melepaskan tangan gadis itu dari rambutnya. "Gak perlu, aku beli sarapan di aplikasi online aja nanti. Kamu pulang aja. Makasih udah jemput aku semalem, maaf kalau aku ngomong yang aneh-aneh waktu mabuk," ucap Jay, lalu ia menjauh dari Naveera dan merapikan ranjangnya.
Jay terlihat menolak skinship dengan Naveera, dan terlihat menjauh dari gadis itu. Tidak seperti biasanya, tapi Naveera sadar diri, kalau Jay begitu karena beberapa hari lalu ia memutuskan hubungan mereka.
Sekarang yang Naveera rasakan hanyalah sikap Jay yang dingin dan cuek kepadanya, dan itu cukup membuat hatinya terasa sesak. Seharusnya Naveera sudah terbiasa dengan sikap Jay yang seperti itu, namun ternyata ia belum bisa terbiasa. Rasanya sulit untuknya menghadapi sikap Jay yang dingin seperti ini.
Naveera menghela nafas lalu berusaha mendekati Jay lagi. "Jay..." panggilnya.
"Hmm?" gumam Jay yang masih sibuk merapikan ranjangnya.
"Aku udah bilang kan kalau aku gak suka kamu mabuk, tapi kenapa semalam mabuk?" tanya Naveera.
Jay menghentikan kegiatannya, lalu menatap Naveera dengan tatapan dingin yang menusuk hati. "Kamu udah bukan siapa-siapa aku lagi, kan? Kamu udah gak ada hak untuk ngatur aku, Naveera."
Sakit, rasanya sakit mendengar Jay berkata seperti itu padanya. Ini pertama kalinya Jay bersikap dingin pada Naveera, dan ia takut. Takut kalau Jay benar membencinya.

YOU ARE READING
felicity ; enhypen jay
Fanfiction•felicity ; the great happiness• ''Kebahagiaan bisa kamu dapatkan dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, asalkan kamu mau menerima kebahagiaan tersebut dengan sepenuh hatimu.'' Karena trauma masa lalu, Naveera Qalesya membuat 'dinding' untu...