Kegiatan Wajib Haikal

1K 65 4
                                    

Titara mengembuskan napas kasar tatkala melihat sang pacar ada di kampusnya. Dan perlu di garis bawahi, kalau pria itu masih mengenakan seragam sekolah dengan jaket kulit hitam yang melekat pada tubuhnya.

Emang, harus sekali ya? Di jemput seperti ini? Kalau begini kan, kesannya pemaksaan sekali. Apalagi Haikal sekarang duduk di bangku kelas 12, harusnya pria itu sibuk mempersiapkan diri untuk ujian. Bukan malah repot antar jemput Titara segala.

Tak tega melihat Haiklah yang kepanasan duduk di bangku, akhirnya Titara berlari kecil menghampiri pria itu.

Titara langsung menutupi kepala Haikal dengan buku di tangannya.

”Aku kan udah bilang, kamu fokus aja belajar. Aku bisa naik ojol kok,” tegur Titara.

Bukannya menjawab, Haiklah justru memeluk gadis itu dengan manja.

”Aku kangen banget kita satu sekolah, kapan ya aku lulus?” Haikal mendusel-dusel seperti anak anjing yang minta makan, sementara Titara hanya bisa pasrah di peluknya.

”Belajar yang bener makanya, jangan bucin mulu,” sindir Titara yang membuat Haikal mengerucutkan bibirnya.

”Emangnya gak bisa kalau kamu aja yang balik ke ke kelas 12?” dengan cepat Titara menyentil dahi Haiklah pelan.

”Ngawur, masa aku mundur lagi. Udah capek-capek ikut tes dan segala macem malah di suruh balik lagi ke kelas 12, ogah deh.” Haikal terkikik pelan.

Oh ya, Haiklah dan Titara ini beda satu tahun. Dulu, Titara adalah kakak kelas, Haikal. Dan singkat cerita, Haikal jatuh hati sama Titara saat gadis itu nolongin Haikal pas pingsan karena tragedi kelaparan pas olahraga. Dan semenjak itu, Haikal berusaha keras untuk meluluhkan hati Titara hingga akhirnya usahanya berbuah manis.

”Oh ya, tadi gak ada cowok yang genitin kamu kan?” Titara langsung merotasikan bola matanya.

”Enggak Haikal ... Aku kan udah kasih tau lewat chat. Masih gak percaya?”

”Ya enggak, cuma mau mastiin langsung dari mulut kamu. Kali aja kamu bohong kan? Who knows?”

Ini nih. Penyakit Haikal yang paling Titara benci. Negatif thinking dan over protektif. Oh, bahkan posesif jauh lebih mendominas sih. Jadi kadang, Titara suka muak sendiri.

”Enggak, Haikal.”

Haikal lalu melepaskan pelukannya, dia menarik Titara untuk duduk di sebelahnya.

”Pinjem hp kamu sebentar, aku mau periksa chat nya dulu.” Titara mengembuskan napas kasar sebelum akhirnya memberikan ponselnya.

Mau gimana lagi? Kalau gak di kasih pinjem, yang ada Haikal marah. Gak mau deh. Titara gak mau nambah pusing karena tugas kuliahnya saja sudah membuat mumet.

Sesekali Titara memperhatikan Haikal yang sedang memeriksa semua chat yang masuk ke ponselnya.

Memang begitu aktifitas wajibnya, sebelum pulang ke rumah, Haikal wajib memeriksa ponsel Titara.

”Ini siapa nih? Juju? Kok sok asik banget sama kamu, mana sering chat kamu duluan. Kamu juga ngapain di respon coba? Genit banget.” Sabar Tar.

Emang, punya pacar kayak Haikal itu susah-susah gampang. Tapi daripada gampangnya, lebih banyak susahnya.

Lagian siapa yang tahan sih kalau punya pacarnya kayak gitu?

Tapi gimana? Namanya sama-sama cinta. Jadi, Titara biasa di perlakukan seperti itu.

Harusnya dari awal, dia memamg mempercayai rumor tersebut agar bisa jaga-jaga.

”Kal, Juju itu temen kelompok. Jadi, wajar dong, kalo dia nanya ke aku? Udah lah, gak usah di permasalahin ...” Titara menarik napas panjang lalu kembali pasrah saat Haikal masih belum puas memeriksa ponselnya.

”Aku gak suka ya, kamu ke genitan sama cowok yang namanya Juju.” Titara mengangguk pasrah.

”Terus, siapa nih si Nata? Dia cewek apa cowok?”

”Cewek Kal, dia temen aku ...”

”Pantesan kalau bales chat suka lama, jadi Nata penyebabnya?”

”Apa sih, Kal? Kalo aku respon chat agak lama, berati aku lagi nugas. Kan aku udah bilang ... Kamu juga udah janji gak akan permasalahin ini.”

Haikal mendelik, pria itu lalu menunjukkan pada Titara kalau dia sudah memblokir nomor Nata.

”Haikal, kamu ini apa-paan sih? Kalau Nata mau tanya sesuatu gimana? Dia itu cuma deket sama aku loh ...”

Tapi sepertinya, Haikal tidak mau menggubrisnya. Pria itu masih sibuk menghapus beberapa chat masuk dari nomor tidak di kenal serta memblokir mereka satu persatu agar tidak menghubungi pacarnya lagi.

”Nih, sekarang hp kamu udah bersih.” Haikal lalu mengembalikan ponsel tersebut.

”Ra? Mukanya gak usah bete, cantik ...” Haikal mengusap pipi Titara lembut sembari mengulas senyum tipis.

”Aku lakuin ini demi kebaikan kamu, kebaikan kita. Biar hubungan kita bisa langgeng, kamu gak mau kan kita putus?” Haikal kembali mengusap pipi Titara lembut, dan bodohnya, Titara reflek mengangguk. Gadis tu seperti di hipnotis dalam sekejap.

”Jangan genit-genit ya, selama di kampus. Aku gak mau kamu banyak yang suka, kamu itu punya aku, jadi aku punya hak untuk atur kamu kayak apa. Ini demi kebaikan kita. Gak marah kan?” Titara terdiam di tempatnya. Gadis itu bingung harus menjawab apa.

Well, inilah yang Titara benci dari Haikal sejak tahu kelakukan freak Haikal.

Tapi gimana? Kenapa Titara gak pernah bisa nolak? Apa karena dia tipikal orang yang tidak enakan? Itu makanya dia tidak mau melukai perasaan Haikal?

Tapi Titara sadar tidak sih? Kalau dia sudah terlalu sering menyakiti perasaannya sendiri jika terus begitu.

Love u.” Haikal mengecup dahi Titara lembut lalu memeluknya sejenak.






•POSESIF•

An:Ada yang punya pacar bentukan kek Haikal? Kalo gua pribadi belom pernah sih wkwk, cuma temen gua ada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

An:
Ada yang punya pacar bentukan kek Haikal? Kalo gua pribadi belom pernah sih wkwk, cuma temen gua ada. Serius deh, cowoknya super ngatur banget, kek greget aja liatnya pengen cubit ginjal.

Cuma kalo cowoknya modelan Ruto, bisa di bicarakan baik-baik wkwk

Jangan lupa pren, vote dan komennya. Karena ini gak akan banyak kek story lainnya

Baybay

POSESIF • HARUTO AU✓Where stories live. Discover now