See You When I See You

224 47 2
                                    

[June 2008]

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat sejak kejadian di tebing itu. Sejak itu mereka benar-benar menjadi asing dan tak memperdulikan satu sama lain lagi. Mereka semakin jauh saja dari kata baik.

Pertemuan waktu itu seharusnya menjadi titik balik hubungan mereka menjadi semula. Tapi itu tidak sesuai ekspektasi dan semuanya malah menjadi lebih buruk. Kejadian itu adalah kejadian terburuk di sejarah pertemanan mereka. Pertemanan yang telah mereka bangun sejak lama hancur begitu saja karena hilangnya kepercayaan.

Sama sekali tak ada dari mereka yang mencoba mendekat untuk memperbaiki. Malah sebaliknya, mereka saling menjauh dan bersikap seolah mereka adalah musuh. Tak ada interaksi apapun yang terjadi pada mereka. Tak ada tawa. Tak ada canda. Tak ada saling bercerita tentang hari yang telah mereka jalani. Tak ada yang saling menyemangati di ujian akhir mereka. Itu semua hilang begitu saja.

Semakin waktu berjalan juga semakin mengantar pada akhir masa sekolah. Jeongyeon telah lama berfikir dan merenung. Ia menyadari jika ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Mereka tidak seharusnya seperti ini. Tentu Jeongyeon masih kesal dengan Jihyo tapi ia sadar ini bukan cara bagaimana mengakhiri ini semua dan ini bukan akhir yang ia inginkan.

Ujian akhir sekolah telah usai. Bisa dibilang Jeongyeon yang terlambat menyadari ini mulai mendekati Jihyo. Sesuai dugaannya Jihyo sama sekali tidak meladeni bahkan menengok saja tidak jika dipanggil. Tapi Jeongyeon masih berusaha mendekatinya.

Hingga waktu tidak banyak lagi dan Jeongyeon masih mencoba bahkan sampai mendatangi kamarnya.

"Jihyo buka sebentar kita harus bicara!"

Suara ketukan pintu sedari tadi tak henti terdengar. Kira-kira sudah sepuluh menit Jeongyeon mengetuk dan memanggil Jihyo yang ada di kamarnya tapi sampai sekarang sama sekali tak ada balasan dari sang pemilik kamar.

"Jihyo please, sebentar saja kita bicara"

Jeongyeon masih mengetuk pintu itu dengan lebih keras tetapi sama saja.

'brugg!"

Yang terakhir itu adalah sebuah pukulannya ke pintu. Ia menundukan wajahnya, pasrah dan frustasi, sepertinya memang sudah tak ada harapan. Jeongyeon menarik tangannya dari pintu dingin itu. Dengan berat hati ia menjauh dari pintu kamar Jihyo turun ke lantai bawah.

"bagaimana jeong?" Mrs.Park menghampiri Jeongyeon.

Jeongyeon hanya menggeleng dengan lemas. dengan wajah kecewanya.

"maafin Jihyo ya, mungkin dia masih butuh waktu" ucap Mrs.Park sambil mengelus kedua pundak Jeongyeon.

Jeongyeon menarik kedua sudut mulutnya membentuk senyum kecil. "kalau begitu aku titip ini saja eomma"

Jeongyeon memberikan sesuatu pada Mrs.Park dan ia menerimanya sambil berkerut kening.

"tapi... "


-


Satu minggu lalu Jihyo baru saja melakukan ujian masuk universitas dan sekarang ia tinggal menunggu hasilnya saja. Sepertinya ia cukup percaya diri dengan hasilnya nanti. Ia mengisi waktunya itu untuk melakukan salah satu hobinya yang sempat tertunda karena sibuk belajar.

Jihyo keluar dari salah satu toko buku sehabis membeli novel. Sepertinya ini terlalu siang jika pulang sekarang jadi ia memutuskan pergi ke taman di dekat sana. Ia duduk di salah satu meja dan tak lama setelah itu, ia melihat ada seseorang yang datang menghampirinya. Haish, sebenarnya ia malas sekali bertemu orang itu tapi orang itu sudah terlanjur melihatnya.

"hai ji!" sapanya.

"hai Sana" sapa Jihyo.

Sana duduk di depan Jihyo dan disaat itu Jihyo baru menyadari jika Sana tidak sendirian. Orang itu juga duduk di sebelah Sana.

Soulmate | JeonghyoWhere stories live. Discover now