it's just a game

1.6K 149 43
                                    

"AH! KOK BISA GITU?" teriak Haruto sambil menampilkan ekspresi pura-pura terluka di wajahnya.

Yedam terkekeh, dia baru saja mengeluarkan kartu skip berwarna biru dan sekarang memiliki dua kartu yang tersisa di tangannya, keduanya juga berwarna biru.

Dua putaran lagi dan Yedam seharusnya akan menjadi pemenang di antara mereka, tapi terkadang ekspetasi tidak selalu sesuai dengan kenyataan.

Jihoon duduk di hadapan mereka dengan tenang, ini bukanlah hal yang asing baginya karena setiap kali mereka memainkan permainan, Yedam akan menjadi sangat kompetitif, sementara Haruto terlalu dramatis.

"Giliran aku, ya.." Jihoon menghela napas putus asa sebelum meletakkan kartu tiga biru di tumpukan.

Seringai menyebalkan yang muncul di wajah Yedam memberikan Jihoon ide yang cukup bagus tentang warna dua kartu yang dipegangnya sekarang.

"Aku pasti menang!" seru Yedam setelah meletakkan kartu enam biru di tumpukan, dengan seringainya yang semakin lebar.

Oh, tapi Jihoon tidak akan membiarkannya menang semudah itu, lagipula Yedam bukan satu-satunya yang kompetitif di antara mereka bertiga.

Haruto meletakkan kartu dua biru di tumpukan dan kemudian bersandar pada sofa, seolah-olah bermain kartu adalah hal yang paling melelahkan di dunia.

Yedam masih terlalu sibuk dengan prospek kemenangannya sehingga dia tidak memikirkan fakta bahwa Jihoon masih bisa mengalahkannya.

Jihoon menyeringai pada Yedam, memberikannya kedipan nakal dan menempatkan kartu seri empat pada tumpukan kartu di depannya.

"Uno!" kata Jihoon, menatap Yedam dengan senyum menyebalkan. "Dan warnanya.. hm, let's see."

Jihoon menopang dagunya sambil berpura-pura berpikir tentang warna yang ingin dia pilih. "Oh, gimana kalo merah?"

Yedam melirik sinis ke arah Jihoon, tapi itu tetap tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut yang muncul di wajahnya.

"Fuck you, Park Jihoon!" dengus Yedam.

Tawa keras dan riuh keluar dari Haruto saat mendengar Yedam mengumpat, dia kemudian melempar kartu empat merah ke atas tumpukan.

"Let's go, Hoon.. kamu pasti menang!"

Jihoon menggangguk pada Haruto sambil tersenyum, sementara Yedam dengan enggan mengambil empat kartu lagi dari tumpukan undian.

Yedam membuang muka saat Jihoon dan Haruto mencoba mengintimidasinya, dia berusaha menghindari kontak mata dengan mereka berdua.

Jihoon akhirnya menempatkan kartu enam merah di tumpukan sambil terus menggoda Yedam dengan menaik-turunkan alisnya.

"You see, babe? Aku menang."

"Nah, gitu dong! Itu baru pacar aku!" ujar Haruto yang mulai bertepuk tangan, dia kemudian mencondongkan tubuhnya untuk mencium sekilas bibir Jihoon.

Yedam hanya diam memperhatikan, merasa tampak dikhianati oleh mereka berdua.

"Love, kamu marah?" tanya Haruto yang mencoba memeluknya, tapi ditolak Yedam yang meronta-ronta dalam pelukannya.

"Pokoknya aku marah.." Yedam menunjuk Jihoon menggunakan telunjuknya, "..sampe dia minta maaf."

"Astaga, itu kan cuma game.." Jihoon mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Yedam, yang langsung ditepis olehnya.

Jihoon tahu seharusnya jangan terlalu menggoda pacarnya yang satu itu, tapi Yedam terlihat sangat menggemaskan ketika begitu ingin memenangkan sebuah permainan.

"Mau nonton film aja?" tanya Haruto yang tetap tidak mendapat jawaban dari Yedam.

Jihoon dan Haruto menghela napas lalu mulai membereskan kartu uno mereka, sementara Yedam masih duduk di sana dan merajuk, menolak untuk bergerak.

~~~^^~~~

Jihoon dan Haruto menyiapkan selimut serta bantal sementara Yedam pergi ke dapur untuk mengambil keripik kentang.

Setelah kembali dengan makanan ringan di tangannya, Yedam bisa melihat Jihoon dan Haruto yang sudah meringkuk bersama di bawah selimut.

Yedam yang masih salty tentang kekalahannya memilih untuk keras kepala dengan duduk di seberang sofa berjauhan dari mereka.

"Kamu yakin nggak mau duduk bareng di sini?" tanya Haruto yang tampak khawatir.

"Nggak." jawab Yedam tegas, sambil memeluk bungkus keripik lebih dekat ke dadanya.

Jihoon kemudian menekan tombol play pada remote untuk memulai film yang sudah dipilih Haruto.

Setelah film Black Widow diputar, Yedam bisa melihat tangan seseorang yang mencoba mengambil keripiknya.

"Siapa yang ngebolehin kamu ngambil keripik aku?" tanya Yedam sambil menepis tangan Jihoon.

Jihoon berdecak pelan sambil menarik tangannya kembali. "Yaudah iya."

Yedam sebenarnya ingin ikut memeluk mereka berdua, tapi dia masih belum bisa menerima kekalahannya karena permainan tadi.

Sekitar lima belas menit kemudian, Yedam merasakan dirinya menggigil karena udara yang cukup dingin.

Mengesampingkan dendamnya, Yedam akhirnya berjalan ke tempat Jihoon dan Haruto, lalu duduk di antara mereka, meringkuk ke dalam kehangatan mereka.

"Berubah pikiran?" goda Jihoon yang sudah melingkarkan tangannya di pinggang Yedam.

"Nggak. Aku masih marah sama kamu, tapi aku kedinginan." jawab Yedam, untuk membuktikan maksudnya.

"Ya, terserah.." kata Jihoon sambil mengangkat bahunya. "Pokoknya itu cuma game."

"Tapi kan aku mau menang!" ucap Yedam penuh ambisi.

"Hayo loh Jihoon, liat tuh gara-gara kamu Yedam jadi marah." komentar Haruto yang semakin memanasi keadaan.

"Ssst, kamu mending diem deh." jawab Jihoon sambil menoleh untuk menatap Haruto, dan kemudian menggenggam tangan Yedam.

"Padahal Haruto yang lebih noob dari kamu, tapi dia nggak pernah marah tuh kalo kalah."

Haruto mengernyit mendengar itu. "Heh, brengsek! Kenapa jadi ngebandingin aku sama Yedam?"

Belum sempat menjelaskan, Jihoon bisa merasakan pukulan telak yang diberikan Haruto pada bahunya. "Apa sih? Kok aku dipukul?"

"Ya kamu nyebelin!" balas Haruto kesal.

Melihat Jihoon yang sudah mengambil ancang-ancang untuk membalas pukulan Haruto, Yedam memutuskan untuk berdiri.

"Di sini tuh aku yang lagi marah!" protes Yedam, menyadarkan mereka berdua.

Jihoon terkekeh lalu menarik Yedam kembali ke bawah sehingga dia duduk di pangkuannya dengan nyaman. "Iya sayang.. Maafin aku, ya?"

Yedam mendongak, menatap mata Jihoon yang dipenuhi begitu banyak ketulusan sehingga dia dengan cepat langsung mengangguk.

"Oke, aku maafin."

"Love, kamu tau nggak?" tanya Haruto tiba-tiba.

Yedam menggeleng. "Apa?"

Haruto dan Jihoon diam-diam saling melirik lewat sudut mata mereka, sebelum akhirnya tersenyum penuh arti secara bersamaan.

Jihoon mendekatkan dirinya untuk berbisik dengan seduktif di telinga Yedam. "If you give us a blowjob, mungkin aku bakal biarin kamu menang di ronde selanjutnya."

Haruto mengangguk setuju. "Apalagi kalo kamu mau nyoba posisi baru pas kita having sex."

Yedam tidak bisa menahan dirinya untuk mencubit pinggang Jihoon sementara matanya memelototi Haruto. "MESUM BANGET!"

~~~^^~~~

Better as Three - [harudamhoon] Where stories live. Discover now