Hari Baru

192 46 0
                                    

Happy Reading




Sesaat setelah dokter keluar ia pun langsung memberitahukan keadaan Zweitson telah berhasil diselamatkan, namun dokter menyatakan bahwa Zweitson sedang dalam keadaan koma dan entah kapan ia akan kembali terbangun.


Pernyataan dokter seketika membuat Fajri kembali lemas, ia hanya dapat meruntuki dirinya sendiri karena tak dapat berada di sisi sahabatnya di saat ia tengah dalam masalah, pikirannya kembali melayang entah kemana... Rasa takut pun semakin besar ia rasakan takala Salah seorang polisi menyerahkan lembaran kertas padanya dan mengajaknya berbincang sejenak.


"Jadi maksud bapak... Saya korban selanjutnya?" tanya Fajri yang menatap lurus pada Dimas  yang hanya menghela nafas lelah dan mengangguk kecil.


"Baguslah... Itu artinya saya bisa kembali berkumpul bersama mereka... Kakak saya, sahabat saya... Dan yang lainnya, yang sudah saya anggap sebagai abang saya sendiri," ucap Fajri tersenyum kecil namun tetap saja wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa takut yang telah menyerangnya secara bertubi-tubi.

"Jangan seperti itu... Jangan menyerah, kami janji akan membawa mereka kembali dengan selamat... Untuk saat ini kamu hanya perlu mengikuti perintah kami," ucap Dimas yang lantas membuat Lastri menatapnya dengan tatapan tak percaya dan menggelengkan kepalanya.

Pertemuan mereka berakhir dengan Lastri yang terus memendam rasa gelisah dan kesalahannya pada Dimas, hingga tibalah keduanya di parkiran, tepat didepan mobil Putih milik Lastri.

"Apa maksudnya janji itu?" tanya Lastri dengan nada kesal dan Dimas hanya dapat menggaruk ujung alisnya yang sebenarnya tak terasa gatal sama sekali.


"Aku hanya mencoba membuatnya optimis... Dia terlihat sangat lelah, bukan hanya fisiknya tapi juga mentalnya... Dia ditinggal oleh orang-orang yang selama ini selalu berada di sampingnya dengan cara yang tidak wajar," ucap Dimas yang mencoba memberi pengertian, namun bukannya mengerti Lastri semakin tak habis pikir pada seniornya itu.


"Hah... Lelah?... Lalu bagaimana denganku? Dengan yang lain? Kak, jangan pernah membuat janji yang belum tentu dapat kita tepati... Aku lelah, aku terus terbayang semua janji-janji yang kalian lontarkan... Namun apa nyatanya? Semua kejadian ini diluar kemampuan kita," ujar Lastri yang kemudian menggeleng kepala lelah dan segera pergi meninggalkan Dimas sendiri diparkiran mobil.







Pagi telah menjelang, helaan nafas lega terdengar di beberapa area hutan, termasuk di dalam sebuah rumah tua yang saat ini dihuni oleh dua orang remaja laki-laki. Fenly memejamkan matanya sejenak sesaat setelah sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui celah fasilitas udara. Tak lama ia kembali terbangun dan menatap Fiki yang masih terlelap dalam tidurnya hingga akhirnya senyum kecil mulai tampak diwajah tampannya.


"Lo, harus kuat Fik! Semua ini hanya permulaan... Gue harap lo bisa bertahan dan bisa nemenin adek gue... Disaat dia mengambil gue suatu saat nanti," ucap Fenly seraya mengusap surai lembut dan hitam Fiki.

"Gue bakal pastiin, lo bakal tetap hidup... Tapi sorry, gue gak bisa janji untuk apa yang akan terjadi pada abang lo nanti," lanjut Fenly dengan senyum manis yang masih tampak melengkung di wilayahnya, tatapan matanya tak dapat lepas dari sahabat adik kesayangannya itu, hingga akhirnya sang pemilik tubuh akhirnya terbangun dan menatap Fenly dengan sendu.

"Fen...," Panggil Fiki dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Kenapa?" tanya Fenly yang menahan tawa melihat Fiki yang terlihat menggemaskan saat ini

BLACK DOOR ✅Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz