00. Epilog

894 74 13
                                    

"Bu Kepala Sekolah, ada yang mencari Anda." Seorang staf pria berseragam serba hitam menunjukkan raut gugup di hadapan wanita senja itu.

"Siapa?"

Dia bangkit dari kursinya, meninggalkan berkas-berkas yang belum selesai dikerjakan, lantas berjalan tergesa menuju ruang tamu sekolah begitu mendengar nama yang tak pernah ia duga akan datang, disebut oleh stafnya.

"Adity," sapanya sedikit terengah dengan ekspresi senang dan separuh tak percaya.

Wanita berusia tiga puluhan bersama seorang pria bergaris wajah tegas dengan jambang tipis di sekitar dagu dan seorang balita laki-laki berdiri memberi hormat.

"Bibi." Adity disambut pelukan hangat oleh orang yang ia sapa.

"Ya ampun... Ini benar-benar kau. Apa yang membuat artis besar ini kemari sekeluarga, hum?"

"Memangnya Bibi tidak merindukanku?"

"Tentu saja. Ayo, kita ke ruanganku." Wanita senja itu, Bellatrix menggandeng tangan Adity serta memberi isyarat pada dua laki-laki di belakangnya untuk mengikuti.

Tak lama kemudian mereka tiba di depan ruangan yang dimaksud. Pintu berbilah dua itu dibuka oleh tangan pemilik ruangan, dan sebuah foto besar yang warnanya mulai dipudarkan oleh waktu, berbingkai kayu dengan pelitur coklat mengkilat, senada dengan meja kerja kepala sekolah di depannya menyambut mereka. Potret Victory Couval yang tengah tersenyum manis di tengah konfeti yang berjatuhan, tepat di belakang kursi kebesaran sang ibu, seolah menunjukkan pada siapapun yang memasuki ruangan ini bahwa dirinyalah esensi dari Victory School of Music.

 Potret Victory Couval yang tengah tersenyum manis di tengah konfeti yang berjatuhan, tepat di belakang kursi kebesaran sang ibu, seolah menunjukkan pada siapapun yang memasuki ruangan ini bahwa dirinyalah esensi dari Victory School of Music

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sentakan kecil terasa di dada wanita muda itu kala menatap potret sosok yang pernah memberi pengaruh begitu besar dalam hidupnya. Adity masih mengingat dengan jelas bahwa butuh lebih dari tiga tahun untuk membangun kembali dunianya yang runtuh. Bukan melupakan, sebab pengaruh Victory tak mungkin ia lupakan begitu saja, melainkan tentang membiasakan diri tanpa keberadaannya lagi. Tapi di atas semua masa sulit itu, pesan Victory sebelum kepergiannya menjadi pegangan bagi Adity untuk tetap hidup dan berjuang. Perjuangkan mimpimu dan cintai dirimu sendiri.

Buku catatan bersampul coklat yang ditunjukkan Bellatrix saat itupun turut membantu Adity menata kehidupan barunya. Meniti karir, kemudian bertemu dengan Krishna Mangeshkar enam tahun lalu dalam sebuah kegiatan sosial. Dan dapat dilihat bagaimana akhirnya.

"Ah Bibi, perkenalkan ini suamiku, Krishna. Dan ini putraku." Menjeda sejenak, Adity tersenyum penuh arti sembari menuntun putra pertamanya untuk mendekat padanya. "Victory."

Ya. Atas persetujuan sang suami, Adity menyematkan nama itu pada putranya. Dan Krishnapun sangat memahami bahwa yang dilakukan Adity bukanlah pengkhianatan pada dirinya, melainkan murni sebuah penghormatan untuk sosok yang telah memperkenalkan istrinya pada sebuah cita-cita, dan menuntun Adity hingga sampai pada titik 'Adity Chandra, ikon penyanyi klasik India'.

Ritardando - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang