14. Bising (2)

26 3 0
                                    


Warning: area sedikit panas

Happy reading..

       Malam menapaki angka 24.00 WIB. Namun suasana di dua kamar pengantin yang hanya di batasi kamar sang kakak, masih canggung.

Pasalnya, dua pasang pengantin  tengah sama-sama tidak bisa tidur.
Namun tidak pula saling berbicara.

Tidak ada janji, tetapi nyatanya walau dalam kamar berbeda, kegiatan mereka sama. Bingung akan melakukan apa.

Di kamar Agus, suasana semakin hening karena mereka sama-sama diam. Hanya suara badan Agus yang mengubah berbagai posisi yang terdengar.

Namun tak lama, akhirnya Agus memberanikan diri untuk memeluk istrinya. Yang mendapat balasan mesra pula dari seorang Hafiza.

Melanjutkan yang sempat tertunda, Agus kembali mencium lembut kening Hafiza, turun ke mata, pipi, dan bermuara di bibir merekah nan tipis milik istri tercintanya itu.

"Udah siap sayang?" tanya Agus.

Hafiza hanya mengangguk dengan pipi memerah.

Dalam balutan remang malam, kedua manusia itu pun mengawali ibadah pernikahan.

Mereka larut dalam kesenangan. Mereka bahkan sudah tidak sadar, andai uforia mereka menjadi racun bagi sang kakak tertua.

Mereka hanya tahu kegiatan mereka menyenangkan.

Mereka terus berusah memberikan yang terbaik yang mereka punya.

Hingga kemudian surga dunia benar-benar mereka raih keindahannya.

Dalam balutan selimut, Agus membawa Hafiza untuk berbaring dalam pelukannya. Keduanya pun mulai larut dalam rasa lelah dan kantuk yang mulai mendera.

                          😶😶😶

       Lain di kamar Agus, lain pula di kamar Muthia.

Di kamar si bungsu itu, pendekatan mereka baru di mulai.

Angga akhirnya berani membawa Muthia dalam pelukannya. Perempuan dua puluh empat tahun itu, tak menolak pelukan dari sang suami.

Mereka saling berpeluka erat di balik selimut yang tebal.

"Dek," panggil Angga.

"Kenapa mas?" tanya Muthia dengan muka yang menempel di dada bidang Angga.

"Kalau pengantin baru, ngapain sih dek?" pancing Angga.

"Emang ngapain, mas?" tanya Muthia pura-pura tidak mengerti.

"Adek ih... Pengantin baru itu ya ibadah dong, dek" celetuk Angga.

"Emang mas mau?!" tantang Muthia.

"Emang boleh?!" selidik Angga.

"Mau apa nggak?!" tanya Muthia.

"Ya mau lah!" girang Angga.

Setelahnya, keduanya bersamaan memohon kebaikan dan perlindungan.

Mereka mengawali ibadah pertama kali setelah menikah. Mencoba mengikuti insting, mereka berlomba saling memberikan yang terbaik dan memerima dengan suk cita.

Hingga kemudian, indah surga dunia benar-benar mereka tapaki.

Mengucap hamdalah, Angga dan Muthia kembali berpelukan dalam suasa yang masih mendebarkan.

Tak berbeda dengan di kamar masnya, Angga juga membawa Muthia untuk merebahkan diri dalam pelukannya. Keduanya pun tertidur dengan sisa-sisa rasa berdebar dan bahagia.

Dedaunan hiasan taman yang bergemerisik tersapu angin. Seolah menjadi nyanyian syahdu bagi dua pasang jiwa yang terlelap dalam Lena nikmatnya cinta halal dari sang Pencipta.

                       
                          😶😶😶

        
       Malika yang ada di kamarnya dan masih terjaga karena pekerjaan. Harus rela menyumpal telinganya dengan earphone, dan membunyikan musik dari ponselnya dengan volume lumayan keras.

Mereka berempat yang bertingkah di kamar masing-masing, Malika yang pening.

Adik-adiknya sungguh keterlaluan membakar adrenalinnya.

Ia juga wanita dewasa bahkan nyaris tua. Ia juga kerap kali ada hasrat tentang hal demikian. Namun ia sadar, ia tak boleh menyeberangi batasan.

Tidak hanya sekali ada yang menawarinya menjadi penghangat ranjang. Namun, biar kepalanya tak pernah tertutup hijab, ia masih berusaha mati-matian menjaga diri dan kesuciannya.

Ia tak akan sanggup menodai kepercayaan keluarga terhadapnya. Sampai sudah saatnya tiba, baru ia akan seperti kedua adiknya.

Ah, Malika semakin gila mendengar kehebohan di dua kamar di samping kanan kirinya.

Dengan perasaan dongkol, ia membawa laptop dan beberapa berkas keluar kamarnya.

Lantai satu ruang keluarga, adalah pilihannya untuk mensucikan telinga dan menjernihkan pikiran kotornya.

                           😶😶😶

Faidatul Mar'ah

Jember, 23 Desember 2021

Ternyata, kenyataan tak sesuai ekspektasi.. ternyata nggak cukup jentel buat ngetik hal beginian..

Wkwkwkkkk...

Maafkan segala kekurangan.

Makasih buat yg udah berkenan mampir

Dannnnn... Tap bintang sama komennya jangan lupa.

Krisarnya juga aku tunggu.

Makasih...

Di Bawah Bias Senja (Terbit)Where stories live. Discover now