Bab 5

620 105 5
                                    

Ketika kamu harus memilih, mana yang akan kamu pilih?Seuatu yang ada dalam genggamanmu, tetapi masih kamu ragukanAtau sesuatu yang dulu pernah ada dalam genggamanmu, sempat terlepas, tetapi ingin kembali pulang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika kamu harus memilih, mana yang akan kamu pilih?
Seuatu yang ada dalam genggamanmu, tetapi masih kamu ragukan
Atau sesuatu yang dulu pernah ada dalam genggamanmu, sempat terlepas, tetapi ingin kembali pulang?


Jisoo ternganga, begitupun Sejeong dan Doyoung yang ada di ruang tunggu ICU itu. Dengan gugup Jisoo menelan ludah, menatap Taeyong yang tampak begitu serius, menatap Sejeong dan Doyoung yang mengamati mereka dengan penuh keingintahuan. Jisoo bingung harus bicara apa. Kalau menurut kata hatinya, seharusnya dia langsung menolak mentah-mentah lamaran itu, bukankah saat ini mereka sedang mempersiapkan pernikahan yang hanya sandiwara? Kenapa Taeyong melamarnya di sini, di depan kedua adik mereka? Bagaimana Jisoo harus menanggapinya? dengan sungguh-sungguh atau bersandiwara?

"Taeyong...?" Jisoo bergumam lirih berusaha supaya tidak terdengar oleh Sejeong dan Doyoung yang ada di ujung ruangan.

Taeyong menatap Jisoo dengan mata membara, tampak tersiksa,

"Please." Mulutnya membentuk permohonan tanpa bersuara.

Jisoo menelan ludah lagi. Taeyong pasti punya alasan melakukan ini, mungkin dia akan menjelaskannya nanti. Dan jika ternyata mereka salah arah, Jisoo berharap Taeyong bisa mengeluarkannya dari masalah ini.

Dengan menguatkan hati, Jisoo menganggukkan kepalanya.

"Baik Taeyong aku bersedia menikah denganmu."

Terdengar suara helaan napas Sejeong di sudut ruangan, lega. Sementara Jisoo mencuri pandang ke ekspresi adiknya yang tercekat. Mungkin sama seperti dirinya, Doyoung kaget dan tidak menyangka hubungan Jisoo dan Taeyong berkembang secepat ini.

Sedangkan Taeyong, lelaki itu memejamkan matanya tampak lega luar biasa. Lalu dengan cepat, seolah takut Jisoo berubah pikiran, dia menyelipkan cincin yang mereka beli barusan ke jemari Jisoo,

"Itu jadi cincin pertunangan kita. Besok kita beli lagi cincin pernikahan.", bisiknya serak sambil mengecup jemari Jisoo yang bercincin. Taeyong lalu berdiri dari posisi berlututnya, tampak menjulang di depan Jisoo, "Baiklah Jisoo, karena kamu telah menyetujuinya, kita akan menikah besok."

"Besok??!"

Kali ini yang bersuara kaget bukan hanya Jisoo, tetapi juga Doyoung dan Sejeong.

Taeyong menghela napas panjang, lalu menoleh sedih ke arah ruangan ICU.

"Mama sedang memperjuangkan hidupnya di sana serangan ini tidak akan terjadi satu kali saja, pasti akan terjadi lagi, dan setiap terjadi kita mempunyai resiko kehilangan mama, satu-satunya permintaannya adalah bisa melihat aku menikah." Kesedihan di mata Taeyong bukanlah sandiwara, lelaki itu benar-benar sakit dengan kondisi mamanya, "Aku tidak mungkin menolak permohonan mama kan? Akan hidup dengan penyesalan yang mendalam kalau sampai mama meninggal dan aku tidak bisa melakukan amanat satu-satunya darinya."

Perjanjian Hati [Taeyong x Jisoo] REMAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang