32. Meninggalkan dengan perasaan

11 1 0
                                    

~Engkau boleh menganggapku tak punya perasaan. Tapi, asal kau tau, aku meninggalkanmu dengan penuh perasaan~

***
Jleppp !

Arman sungguh gila. Ia nekad menusuk kedua mata Robet agar dia bisa jatuh ke danau. Kini Arman dan Irma sudah tak bisa diselamatkan. Mereka meninggal dalam keadaan hanyut terbawa arus danau.

Robet terjatuh mengerang kesakitan. Darah terus mengucur dari kedua matanya. Tim penyidik bergegas membawanya ke mobil. Secepat mungkin kapten Richard mengendarai mobilnya ke rumah sakit. Tim penyidik juga sesekali mengusap darahnya dengan kapas. Ia terus mengerang kesakitan sampai-sampai meremas tangan mereka.

"Robet, bersabarlah. Sebentar lagi kita sampai. Kau pasti kuat," kata kapten Richard menenangkan.

Salah satu dari mereka juga mengecek denyut nadinya yang semakin lama semakin lemah. Ia semakin tidak berdaya.

Disaat yang sama, keluarga Romo Kiyai membawa Ning Fiyyah ke rumah sakit. Denyut nadinya pun juga semakin lemah.

"Kau pasti kuat Ning," kata Imaz menenangkan.

Kejadian tragis antara Arman dan Irma sudah tersiar di media pertelevisian. Tim penyidik yang lainnya berusaha mencari jasad mereka. Bagaimanapun juga mereka tetap bersalah. Mereka musti ditindaklanjuti dengan mendatangi ke rumah. Mewawancarai kedua orang tua mereka terkait permasalahannya yang sampai nekad melukai mantan polisi.

"Bagaimana pak kalau sampai jasad mereka tidak bisa ditemukan tapi malah ditemukan oleh warga lain?" Tim penyidik berembug ke tempat kejadian.

"Saya butuh sepuluh orang untuk masuk menyelami danau. Kalian harus berusaha keras menemukan mereka. Karena mereka sudah melukai Robet."

"Baik, pak."

Mereka tanpa basa basi mengajukan diri mengambil baju penyelam. Sesuai dengan perintahnya sepuluh orang. Dengan dipimpin kapten penyidik, mereka terjun ke kedalaman danau. Wawancara yang tak pernah ketinggalan berita, mereka sudah memberitakannya.

"Pemirsa," kata reportasi, "seperti yang kita lihat, di danau telah terjadi penusukan kedua mata mantan polisi yang bernama Robet. Si pelaku yang berinisial A lebih memilih bunuh diri dari pada menyerahkan diri ke kantor polisi. Sekarang pak Robet sedang dilarikan ke rumah sakit. Sabtu, 23 mei 2021. Kembali ke studio."

Tiba di rumah sakit, Ning Fiyyah dilarikan ke ruang ICU. Perawat meminta mereka menunggu keluar demi kelancaran dokter saat melakukan pemeriksaan. Pintu ditutup. Mereka duduk di depan tidak tenang.

"Ning, memangnya kapan terakhir kali Ning Fiyyah sudah tidak minum obat lagi?" Imaz bertanya.

"Seingatku, saat beberapa bulan kau menghilang."

"Kenapa dia tidak meminta pada kalian?" Imaz merasa bersalah.

"Aku juga heran. Semoga saja Fiyyah baik-baik saja Ya Allah..." Ning Dija mendongak ke atas memohon pertolongan pada Allah. Hanya itu salah satu caranya. Allah yang menciptakan. Allah juga membinasakan.

Tiba-tiba saja nada dering ponsel Imaz berbunyi. Ia bernapas sejenak. Lalu, mengambil ponselnya. Saat dilihat siapa yang menelpon, tidak ada identitas namanya. Ia pun mengangkat teleponnya. Mungkin saja penting.

"Assalamualaikum," salam Imaz.

"Waalaikum salam, apa benar ini dengan saudari Imaz?"

"Iya, pak. Maaf, ini dengan siapa?"

"Saya dari pengadilan agama ingin menginformasikan bahwasannya saudara Robet mengajukan perceraian pada Anda. Maka, kami sudah memutuskan akan ada hari persidangan perceraian kalian. Namun, sebelum disidang, kami perlu mengobrol banyak dengan kalian. Apa kalian masih saling kontak?"

Finding My LoveМесто, где живут истории. Откройте их для себя